S1 Eps. 01 - Family Gathering

254 53 66
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

Jalanan berbatu itu berjejak basah akibat hujan kemarin malam. Sisa air hujan menetes dari daun satu ke daun lainnya sebelum menemui tanah. Suhu masih lembap dan udara pagi itu cukup segar untuk dihirup dibanding udara di perkotaan.

Di jalur bebatuan yang menuju gunung Rosenca, terdapat genangan-genangan air kecokelatan yang bervariasi ukurannya. Para burung hinggap di dahan pohon, berkicau untuk menyemarakkan pagi sementara di kaki gunung, para petani mulai beraktivitas seperti biasa.

Dua buah bus berukuran sedang mencoba peruntungannya dengan menerobos jalan berbatu itu. Bus itu mendaki jalanan berliku dengan tikungan tajam dan kelokan curam. Tebing terjal di sisi kanan dan kiri juga menambah tingkat adrenalin penumpang yang ada di dalamnya.

Pohon-pohon pinus menjulang tinggi di sisi-sisi jalan. Beberapa dari penumpang sempat menikmati suasana itu melalui jendela bus. Hingga beberapa jam setelah bus itu melaju, mereka berhenti di sebuah penginapan yang memiliki parkiran luas.

Para penumpang turun. Tentunya dengan sorak yang membara dikarenakan umur mereka masih muda. Status mereka sebagai mahasiswa-mahasiswi di Universitas Adelaidne membuat tempat itu seketika ramai dengan canda tawa.

Seorang gadis berambut indigo turun dari bus dengan wajah super ceria. Kamera yang sejak tadi ada di genggamannya kini mulai melakukan tugas untuk menjepret tiap sudut vila yang terlihat indah.

Vila yang mereka sewa untuk acara family gathering selama tiga hari ini terkenal dengan pemandangan indahnya karena terletak di kaki Gunung Rosenca. Vila ini mengusung konsep penginapan bernuansa alam pedesaan, dengan desain yang artistik yang terbuat dari bahan bambu serta kayu. Ada sepuluh kamar yang disediakan di vila. Cukup untuk menampung 60 orang yang ikut di acara ini.

"Arashi!"

Gadis itu menoleh ketika dipanggil oleh komandan tingkat angkatannya.

"Apa sih, Bara?" Arashi menoleh jengkel.

Bara Sullivan berjalan mendekat, ekspresi tengil tersirat di wajahnya. "Kau terlihat senang sekali di sini. Memotret sana-sini seperti semuanya aman saja."

Arashi mengerjap. Dia menurunkan kamera. "Memangnya apa yang tidak aman?"

"Kita tidak tahu kan vila ini berhantu atau tidak?"

"Hei!" Ditepuknya punggung Bara dengan keras.

Lelaki itu tertawa ketika melihat Arashi memberengut. "Kenapa sih? Kan aku benar. Kau baru tiba di tempat asing tapi yang kau lakukan adalah memotret."

"Bagaimana ya...," keluh gadis bermanik hitam itu. "Aku kan suka memotret. Kau tahu itu."

"Kau suka hal itu tapi tak pernah ikut klub fotografi," ujar Bara. Matanya menelisik gadis di sebelahnya.

"Dulu aku pernah masuk klub melukis saat masih sekolah," balas Arashi. Dia kembali mengangkat kamera dan membidik objek. "Tapi sekarang rasanya malas sekali bergabung ke klub atau komunitas. Aku merasa kalau aku menjadi anggota, aku tidak akan menjadi anggota yang baik. Kau tau konsep hit and run? Ya seperti itulah."

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang