S1 Eps. 04 - Avoiding Him

100 21 6
                                    

___________________________

Happy Reading!
___________________________

Menyaksikan sendiri bagaimana kantung matanya membengkak akibat tidur malam yang tak nyenyak membuat Arashi tak bersemangat mengikuti permainan hari ini.

Kelompoknya sendiri juga tak seakrab itu untuk kompak dalam permainan sehingga di beberapa sesi hari ini, mereka tak pernah mencapai semifinal. Kenyataan itu tidak terlalu mengganggu Arashi mengingat hubungannya dengan Amelie memburuk sejak kemarin.

Kalung itu masih ada pada Amelie. Dia tak ada membuka suara sama sekali pada seniornya itu sejak kegiatan dimulai. Arashi cenderung menghindari masalah dan menyendiri. Kedua sahabatnya tentu menghabiskan waktu dengan kelompok mereka masing-masing sejak tadi.

Tak ada yang bisa dikerjakannya membuat Arashi mulai melakukan hobinya; memotret. Sejak matahari mulai menunjukkan sinar lembutnya di antara arak-arakan awan, gadis berambut indigo itu menggenggam kamera dan memotret objek-objek manapun yang ia senangi.

Millie yang juga sendirian, kadang mengomentarinya. Teman sekamarnya itu berdiri tak jauh darinya, menonton permainan yang sekarang sudah berada di tahap semifinal.

"Wah, kelompok 4 sepertinya akan jadi juara pertama."

Pernyataan Millie diam-diam disetujui Arashi. Kelompok Rana itu benar-benar bagus solidaritasnya sejak awal sehingga di beberapa permainan, mereka bisa sampai di tahap akhir.

"Kau sedang memotret apa?" Millie mengganti fokus pada Arashi.

Gadis yang sedang membidik objek dengan tustel itu menoleh, lalu kembali berkonsentrasi pada kamera. "Apapun. Kebanyakan sih suasana, orang-orang, dan momen."

Kameranya menjepret momen di mana kelompok 4 membentuk lingkaran dan bersorak bahagia atas kemenangan yang mereka raih. Ekspresi orang-orang di sana tertangkap jelas di kamera yang Arashi genggam.

Kali ini dia memutar tubuh, memotret momen di mana para anggota kelompok lain yang sudah gugur sedang duduk bersantai di rerumputan sembari bersenda-gurau dengan sekitar.

Dia berbalik arah, mengangkat kameranya dan membidik lanskap vila berikut dengan pemandangan di sekitarnya dan beberapa panitia yang duduk santai, menunggu, atau juga mengawasi jalannya kegiatan.

Arashi tersenyum. Kakinya berputar 90 derajat untuk meninjau halaman depan vila yang dekat dengan gerbang keluar. Manik abunya mengamati bagaimana lingkar birai kamera mampu membingkai detik-detik kejadian yang nyata.

Sesaat kemudian, senyumnya surut kala lensa alat potretnya menangkap kehadiran sosok figur yang berdiri agak jauh darinya. Sosok itu sedang menghadap ke arahnya sembari mengamati dalam diam.

"Senior Alvaro...," gumamnya.

Cepat-cepat Arashi menurunkan kamera, membatalkan keinginan untuk menekan tombol potret. Saat alat pemotret itu menghilang dari hadapan Arashi, kini sosok Alvaro yang berdiri di dekat pohon-pohon pinus itu mampu ia lihat dengan jelas.

Mereka bertukar pandang seperkian detik sebelum Arashi langsung memutus kontak. Gadis itu membalikkan tubuh, memutuskan untuk mengabaikan keberadaannya.

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang