S1 Eps. 08 - Sacrifice

117 20 3
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

Pintu kabin yang agak ringkih itu Arashi buka perlahan ketika dia memastikan hari sudah fajar. Tragedi kemarin malam membekas erat dalam ingatan. Dia harus pergi. Siapa yang bisa menjamin keselamatannya di tempat antah-berantah ini?

Ketika daun pintu terkuak, deretan kabin-kabin dengan warna serupa tampak sepi. Tak ada manusia sama sekali di sana. Sepertinya mereka belum bangun. Arashi melirik ke halaman, hanya ada beberapa tiang berdiri sebagai tempat menggantungkan lentera. Kawasan ini mirip seperti komplek dengan kabin-kabin yang berjejer rapi. Halaman di depan nampak luas seperti lapangan basket. Komplek ini juga dipagari oleh gerbang berteralis tajam.

Seperti penjara saja.

Arashi keluar dari kabin dengan langkah yakin. Ia bahkan tak repot-repot menoleh ke belakang sekadar untuk penasaran dengan pemilik kabin-kabin di sebelahnya. Dia berjalan lurus menuju gerbang besar itu dengan ekspresi tak karuan.

Namun langkahnya terhenti.

Manik abu itu mendapati seseorang bertubuh besar berdiri di dekat gerbang utama. Sepertinya ia adalah seorang penjaga. Pria itu juga sempat bertukar pandang dengan Arashi. Keraguan menyorot hati gadis itu. Namun, tekadnya untuk kabur lebih besar sehingga dia yang biasanya malu dan mengalah, kini menyambangi sang penjaga.

"Kau~ penjaga di sini?"

Pria berbadan besar itu menatap Arashi waspada. "Mau kemana?"

Gadis berambut indigo itu diam. Tak ada siapapun di sana kecuali mereka. Jika ia memaksa untuk menerobos, pasti hasilnya takkan bagus. Apalagi perbedaan ukuran tubuh mereka yang jomplang pasti akan menambah kerugian di sisi Arashi.

"Hei, Paman Jared. Kau sudah minum kopi?"

Suara itu menyentak Arashi dari lamunan. Gadis itu berbalik, mendapati sosok Alvaro berjalan mendekati mereka dengan kedua tangan tersembunyi di saku celana. Lelaki yang tengah mengenakan pakaian kasual itu menebar senyum pada sang penjaga.

Sosok pria besar bernama Jared itu menunduk sedikit, seolah memberi hormat atas kehadiran Alvaro. Hal eksplisit itu menambah kebingungan di benak Arashi.

"Hari ini stok kopi hitam habis," jawab Jared. "Sera bilang stoknya akan datang besok."

Alvaro mengangguk. "Ah, benar. Aku lupa kalau Bibi Sera sempat mengatakan soal itu kepadaku." Manik cokelatnya menelisik Jared dari ujung kepala hingga kaki. "Kalau begitu, kau kuat juga ya bisa berjaga tanpa kopi."

Ada jejak senyum formal di bibir Jared ketika Alvaro memberinya pujian. "Karena saya sudah menjaga gerbang selama bertahun-tahun, Alvaro." Mata hitam pria itu lalu bergulir pada Arashi yang mematung sejak kehadiran Alvaro. "Oh, dan siapa gadis ini? Kelihatannya dia ingin keluar. Aku baru saja hendak membuka gerbang tapi dia belum menjawab ke mana dia akan pergi."

"Kau...." Arashi mengerjap. "Maksudku, Paman akan membukakan gerbangnya untukku?"

Jared mengangguk. "Tentu saja. Kau juga VIP di sini kan?"

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang