Page 1

2.2K 58 0
                                    

••

"Duluan, ya, Nin!"

"Oke. Hati-hati," jawab Kanin seraya sibuk merapihkan peralatan tulis di atas mejanya.

"Nin, abis ini mau ke mana?" Seorang laki-laki berkulit putih menghampiri meja Kanin dengan tas yang tersampir di sebelah bahu.

Kanin melihat sekilas. "Langsung pulang sih. Kenapa, Ri?"

Laki-laki itu bernama Kairi. Dari semester 1 ia selalu berusaha mendekati Kanin dan Kanin sadar itu hanya saja tidak ingin memusingkan.

"Ngopi-ngopi di cafe deket sini dulu, yuk? Mau ga?" ajak Kairi dengan wajah berseri.

Kanin menyampirkan totebag-nya sambil satu tangan memeluk binder. Perempuan itu nampak berpikir sejenak. Maksud dari kata ngopi-ngopi yang Kairi katakan ialah mengajak Kanin untuk ngobrol-ngobrol, dan beberapa kali Kanin selalu menolak ajakan itu. Kanin tidak ingin terlalu dekat dengan Kairi kecuali jika ada tugas kelompok yang memang mengharuskan mereka bersama.

Kairi adalah salah satu mahasiswa yang digilai para mahasisiwi di kampus. Otaknya yang encer dan memiliki paras yang tampan juga segudang bakat yang ia punya. Dan jujur, siapa yang tidak tertarik dengan pesona Kairi. Kanin pun kagum dengan sosok laki-laki di hadapannya itu, namun balik lagi saat ini Kanin tidak berselera menjalin hubungan. Ia tak ingin dipusingkan oleh masalah percintaan.

"Duh, gimana ya Ri."

"Ayo dong, lo udah ketiga kali lho nolak ajakan gue, Nin," ucap Kairi membujuk.

Belum sempat menjawab iya, ponsel Kanin berbunyi menandakan notice masuk. Kanin merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya di sana.

"Sebentar," kata Kanin pada Kairi.

Kairi mengangguk dengan senyum, sepertinya kali ini Kanin akan menerima ajakannya.

Kairi memerhatikan Kanin yang sedang mengetik sesuatu di layar berukuran 6,5 inch itu. Kanin terlihat cantik dengan alis tebal yang sudah rapi tanpa bantuan pensil alis, bulu matanya yang panjang nan lentik di sempurnakan hidung dan bibirnya yang mungil. Wajahnya sangat natural tanpa riasan apapun, hanya sedikit lipstik di bibirnya agar tidak terlalu pucat. Dan yang paling Kairi kagumi dari Kanin adalah gadis itu pekerja keras. Mungkin hanya beberapa teman sekelasnya yang tahu bahwa selain menjadi seorang mahasiswi Kanin juga menyambi menjadi guru les private di berbagai tempat.

Kanin menatap Kairi tak enak setelah membaca sederet pesan dari salah satu murid lesnya.

"Duh, Ri, maaf ya."

"Kenapa, Nin?"

Kanin tidak berbohong, ia memperlihatkan sederet pesan itu pada Kairi.

Nada: Kak kaniiin, kalau les hari ini di majuin jadi sekarang kira-kira kakak bisa ga kaaak? Soalnya nanti malam aku mau ada acara😔😭

Dan Kanin sudah membalas iya karena bagi Kanin pekerjaannya lebih penting. Toh, dia bersama Kairi hanya sekadar nongkrong dan itu bisa lain waktu. Berbeda dengan mengajar, Kanin sudah dibayar oleh orangtua murid dan Kanin harus profesional serta memberikan yang terbaik untuk anak dari orangtua murid tersebut.

Kairi mengangguk lemas. "Oke deh, gapapa, Nin."

"Sorry banget, Ri. Next time, ya," kata Kanin seraya kembali memasukkan ponselnya ke saku celana.

Kairi tertawa kecil. "Chill, Nin. By the way, lo mau ke sana sama siapa?"

"Sendiri."

"Bawa kendaraan?" tanya Kairi.

KANATH [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang