Page 9

700 65 6
                                    

Ya benar, mungkin malam ini Kanin tidak akan bisa tidur. Bukan karena perasaannya berbunga-bunga karena habis bertemu Nathan dan foto dengan laki-laki itu. Atau hatinya bermekaran karena bisa berinteraksi dengan Nathan. Bukan. Semua bukan tentang itu. Tidak ada perasaan berbunga-bunga ataupun wajah yang berseri-seri dari Kanin.

Sepanjang mobil yang dikendarai Gea menuju pulang, Kanin melamun sambil menyandarkan kepalanya ke jendela mobil. Dia memutar ulang kembali kejadian beberapa jam yang lalu, perasaannya campur aduk.

"Kenapa gue nggak nolak, ya, waktu foto itu?" gumam Kanin tiba-tiba.

Gea yang sedang fokus menyetir langsung menoleh. "Kenapa, Nin?"

Kanin menghembuskan napasnya berat, mendadak dia jadi pusing sendiri.

"Harusnya gue nolak, kan, Ge?"

"Nolak apa?"

"Waktu Nathan ngajakin foto bareng," jawab Kanin.

Malu. Kanin malu kalau harus mangingat itu. Dan takut, ia takut banyak yang diam-diam mendokumentasikan mereka lalu menyebarkan. Nathan saat ini adalah salah satu pemain Timnas Indonesia dengan penggemar perempuan terbanyak.

"Pake acara rangkul-rangkul lagi, geli nggak sih?" Kanin bergedik sendiri.

"Ya, kan, Nathan yang rangkul lo."

"Iya, tapi kenapa gue juga rangkul dia. Kegatelan banget nggak, sih, Geee?!" rengeknya.

Help, rasanya Kanin ingin menangis. Andai waktu bisa di putar.

"Ya, kan, dia yang narik tangan lo untuk melingkar ke pinggangnya. Ya udah, lah, Nin."

"Tapi harusnya gue nolak."

Gea tiba-tiba menggaruk kepalanya, jadi merasa tak enak. "Ya... salah gue juga, sih. Gue yang sok ngide pose kalian. Sowrriii..."

Kanin memejamkan matanya. "Terus gimana, dong? Kalo gue viral gimana? Terus digruduk fansnya Nathan?!"

"Nin, Nathan juga fine-fine aja, kok. Nggak liat apa, malah keliatan happy gitu dia. Beneran naksir lo deh kayaknya. Sampai kirim paket jersey buat lo segala biar lo dateng. Gila, sih." Gea geleng-geleng.

Kanin terdiam cukup lama.

Kanin memang sudah menceritakan tentang paket itu pada Gea. Bukan hanya tentang paket, tapi yang lain-lain tentang Kanin dan Nathan yang Gea belum tahu. Semua itu terpaksa, karena Gea tidak berhenti bertanya selama perjalanan mereka menuju Stadion.

"Ini udah pertanyaan lo yang seribu kali, Gea," sarkas Kanin, jengah.

"Ya makanya jawab. Gue bakal berhenti nanya kalau lo udah kasih gue jawaban."

"Iya iyaaaaa."

"Yaa terus jersey yang lo pakai dari siapa? Ini jersey ori lho, Nin, mana ada tandatangannya lagi!"

Kanin menghela napas panjang, menyerah. "Okeey.. itu dari Nathan. Dia yang paketin ini ke gue."

"HAH?!! ARE YOU FUCKING KIDDING ME, KANIN?!"

"Serius."

"Tau alamat lo dari manaaa?!"

"Gue pernah di anterin dia pulang."

"WHAAAAT?!! KENAPA LO NGGAK PERNAH CERITA KE GUE?!! ASTAGAA JAHAT LO!"

"Karena gue menghindari mulut lo yang kaya rombeng! Contohnya sekarang, berisik."

"Kapan dia nganterin lo pulang?! Tell me!!"

"Waktu gue les-in adeknya. Jadi saat itu gue udah mau balik tapi kejebak ujan, karena udah terlalu malam jadi dia yang nganterin. Itu juga katanya karena sekalian emang dia mau keluar beliin adeknya martabak. Bukan pure nganter gue, Princess banget kali gue."

KANATH [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang