1 jam sebelum Ridho video call Gea.
"Do, lu kenal teman-temannya Gea?" Tiba-tiba Nathan berceletuk. Di kamar hanya ada mereka berdua sejak Sandy beberapa menit lalu keluar, sibuk door to door bikin jongkok challange ama pemain lain. Bikin pusing, ngonten terus.
Ridho yang baru keluar dari kamar mandi setelah menuntaskan pencernaannya menjawab, "Kenal, lah. Sampai ke temen TK nya aja gua hafal. Kenapa?"
"Kenal sama yang namanya Kanin?" tanya Nathan yang duduk di atas kasur.
"Lha kok lo tau?" Ridho malah balik nanya.
"Dia ngajar les private adik gua, lo kenal?"
Ridho mulai duduk di kasurnya. "Adik lo? Nggak kenal gue. Tapi cakep, pernah liat."
Nathan menghembuskan napasnya berat, menahan kesal. "Kanin, bro."
"Ooh, Kanin! Kanin gua mah kenal lah. Sahabat deket cewe gua dia. Kenapa emang?"
"Tell me a little about her what you know."
"Yang gue tau dari Gea, sih, dia tuh anak pertama dari dua bersaudara, dia di sini merantau karna dapat beasiswa, keluarganya tinggal di Bandung, terus––"
"Does she have a boyfriend?" potong Nathan.
"Nggak pernah pacaran dia, njir. Padahal banyak yang naksir! Kenap–LO NAKSIR?!"
Nathan langsung menggeleng keras. Wajahnya seperti maling ketangkep warga.
Ridho bangkit dari duduknya sambil menggeleng dan menunjuk-nunjuk Nathan. "NGGAK! LO NAKSIR, ANJIR! COWO NORMAL KALO UDAH NANYA-NANYA GITU PASTI DIA LAGI TERTARIK!"
Nathan ikut berdiri, tidak menjawab apapun tetapi langsung melempar Ridho pakai bantal. "Berisik!"
"WOY, NATH! JANGAN KABUR!"
••
"Jika tidak ada pertanyaan kita tutup kelas hari ini. Selamat siang."
"Siang, terima kasih, Pak."
Anak-anak yang di kelas langsung membubarkan diri setelah pak Anhar selaku dosen Managemen Keuangan keluar dari kelas.
Hari ini hanya ada 1 matkul dan Kanin tidak ada jadwal mengajar, itu artinya ia bisa langsung cepat-cepat pulang. Di tambah, kemarin tugas BKI-nya sudah selesai. Benar-benar surga duniaa. Ia sudah membayangkan tiduran ditemani cemilan sambil marathon drakornya yang sudah ia download pakai wifi gratis kampus.
Gea keluar dari kursinya dan menghampiri meja Kanin. "Serius nih nggak mau ikut gue nyalon?"
Sahabatnya itu dari kemarin memang sudah sibuk mau ganti warna rambut, sampai beribu kali minta pendapat Kanin warna rambut apa yang cocok di kulitnya. Maklum lah, Gea kalau sudah ingin bertemu Ridho tuh akan menjadi perempuan yang harus paling sempurna di muka bumi sejagat raya.
Kanin menggeleng. "Langsung balik deh gue."
"Yah, nggak asik banget." Gea menekuk wajahnya.
"Waktunya bersantai-santai, Ge," ucap Kanin nyengir.
"Ya udah, deh. Oh iya btw, besok kita berangkat bareng, ya! Gue bakal samper ke kost lo. Awas sampai lo nggak jadi," peringat Gea yang kemudian menoel dagu Kanin. "Emang nggak mau ketemu My Baby Nathan?"
Kanin langsung melotot. "GEA gue tabok lo, ya!"
"Hahahahah."
Sial, gara-gara gosip nggak jelas Ridho lewat video call kemarin, Kanin jadi di ledekin terus sama Gea.
Kemudian mereka keluar kelas bersama dan berpisah di pertigaan. Gea ke kiri menuju parkiran dan Kanin lurus untuk keluar kampus. Seperti biasa, Kanin jalan kaki menuju kost-nya yang kurang dari 10 menit.
"Nin. Ada paket ini lho." Kanin yang sedang memutar kunci pintu kost-nya menoleh mendengar suara Bu. Hj Latifa yang sering dipanggil Buaji, beliau itu pemilik kost-kost-an yang Kanin tempati. Ada 10 pintu kost. Atas 5, bawah 5, termasuk sama rumah besar Buaji yang posisinya di paling depan.
"Hah? Paket apa, Buaji? Pantesan Kanin nggak ada pesan deh."
"Tapi ada namanya kok, tuh, Ka-nin!" Di kost ini, nama Kanin memang hanya dia.
"Ini COD?"
"Nggak, nggak bayar. Kamu lupa kali, udah di tf."
Kanin langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi belanja. Dan Kanin tidak salah, dia memang tidak memesan apapun. Terlihat di aplikasi orange itu tidak ada pesanan yang sedang di kirim. Hanya isi keranjangnya aja yang sudah 99+ sampai jamuran.
"Udah nih ambil. Ibu lagi masak air!"
"Eh iya iya. Makasih ya Buaji." Kanin menerima paket itu dengan bingung.
"Apa dari Mama, ya?" gumam Kanin lalu masuk ke dalam kost-nya.
Kanin langsung duduk dan membuka paket ghaib itu dengan perasaan campur aduk.
Begitu di buka, Kanin langsung kaget saat melihat ternyata isinya adalah sebuah jersey timnas warna putih. Kanin mengambil barang itu dari box-nya, ia memegang jersey dari bahan polyester yang sangat lembut dan ringan itu. Sudah jelas ini pasti jersey ori. Dan wanginya... Kanin merasa familier dengan wanginya, wangi mint khas seseorang.
Dan pandangan Kanin langsung terfokus pada coretan tinta di ujung jersey. Sebuah tandatangan berserta nama yang tertinggal di sana. Detik itu juga Kanin membulatkan bola matanya dengan mulut terbuka lebar.
Belum hilang rasa terkejutnya, ia malah menemukan sebuah kertas yang sedikit munyembul di kerah jersey itu. Kanin mengambil lalu membacanya.
Besok pakai, ya. Aku tunggu di tribun. Ambil seat dekat Nada, jangan jauh-jauh.
-Nathan.
••
WOY NATHAN!!! 😭🤌💗
ga pernah contact-an tiba-tiba ngirim paket!😭👊NEXT KAPAN?
KOMEN KOMENNN
KAMU SEDANG MEMBACA
KANATH [Nathan Tjoe A On]
FanfictionHaruskah berhenti di sini? Kisah Kanindya Hanum Mega & Nathan Tjoe A On. Nyatanya, saling cinta saja tidak cukup.