Page 3

630 54 2
                                    

Mall. Salah satu tempat yang harus mereka kunjungi ketika sudah bersama. Tempat terbaik untuk refreshing bagi Nada dan Nathan adalah tempat perbelanjaan, dan Nada sangat bersyukur memiliki kakak yang hobinya belanja padahal cowok. Belanja bersama kakaknya sangat menguntungkan bagi Nada, ia jadi tidak mengeluarkan uang sepeserpun deh. Hehe.

Nada dan Nathan keluar dari salah satu toko sepatu branded yang ada di mall tersebut setelah Nathan selesai membayar yang ia beli. Sebelum keluar, laki-laki yang saat ini mengenakan kaos putih dengan merk ternama dan celana pendek hitam itu sempat dimintai foto oleh pegawai di sana dan Nada mulai terbiasa jadi tukang foto kakak dinginnya itu.

"Laten we eerst eten!" ajak Nathan kelepasan menggunakan bahasa belandanya. Dengan satu tangan kanan menenteng belanjaan sementara tangan kirinya sudah digelayuti adik kecilnya itu.

Nada yang mengerti artinya langsung menggeleng kuat semakin erat mengalungkan lengan kakaknya. "No. Kakak curang, udah dapat minta makan. Aku mau ke sana duluu," rengeknya.

Nathan menghembuskan napasnya berat. "Ke mana lagi? Belanjaan kamu sudah banyak." Dan Nathan yang membawakan itu semua.

Nathan memang hobi belanja, tapi tidak segila Nada. Bocil satu itu sudah kalap kalau belanja bersama Nathan. Apa karena mikirnya enak dibayarin, ya? Hm dasar!

Nada tidak peduli dan tetap menarik kakaknya ke toko baju.

••

"Bagus, nggak?" Gea keluar dari ruang ganti untuk yang kesekian kali.

Kanin mengamati sambil menggeleng pelan. "Kurang, bagusan yang sebelumnya. Bahu lo jadi keliatan lebar nggak, sih?"

Gea menghela napasnya frustasi. "Ih kayanya gue emang gendutan deh, Nin!"

"Enggaak. Badan segitu tuh udah pas, model bajunya aja yang kurang cocok di lo," kata Kanin jujur. Badan Gea memang terlihat berisi tapi juga bukan gemuk. Pokoknya terlihat ideal kalau dilihat dari tinggi Gea yang 165cm. Apalagi gadis itu juga rajin nge-gym 'semenjak pacaran sama atlet!'

Gea kembali masuk ruang pass dan dia memutaskan untuk membeli baju yang Kanin sarankan.

"Gue bayar dulu, ya," ucap Gea dengan beberapa baju yang tersampir di kedua bahunya.

"Oke."

Sembari menunggu Gea, Kanin duduk di sofa empuk yang memang disediakan di dalam toko. Ketika mata Kanin mengitari sekelilingnya untuk menghilangkan rasa bosan, netra hitamnya tak sengaja bertubrukan dengan netra coklat muridnya.

Kanin ikut melambaikan tangan ketika Nada melambaikan tangannya lebih dulu dengan senyum lebar gadis itu.

"Kak Kanin!" sapa Nada.

"Hai!" balas Kanin bangkit dari duduk saat Nada menghampiri.

"Kak Kanin sama siapa?" tanya Nada ketika gadis itu sudah berhadapan dengan Kanin.

"Gea," jawab Kanin mengarahkan dagunya ke arah kasir di mana Gea berdiri di sana. Sedang transaksi.

Nada menoleh ke arah yang Kanin maksud, mulutnya membulatkan 'o' kecil sambil mangut-mangut. "Ooh, kak Gea."

Ya, Nada memang mengenal Gea–meski tidak terlalu dekat–karena beberapa kali ketika Nada ikut mamahnya ke rumah Dr. Gina ia bertemu Gea.

Nathan yang berdiri di sebelah adiknya hanya diam dengan wajah datar.

"Kak Kanin masih mau lama di sini?"

Kanin menggeleng. "Enggak, abis ini aku langsung pulang, soalnya ada jadwal les-in Raja." jawabnya.

KANATH [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang