Page 8

705 79 7
                                    

Happy Reading!
Enjoy...

Terjebak macet salah satu alasan yang membuat Kanin juga Gea harus melewatkan pertandingan di babak pertama.

Untuk pertama kali Kanin menginjakkan kaki ke dalam Stadion yang megah dan mengesankan itu, Stadion Gelora Bung Karno. Kanin begitu tercengang melihatnya, jauh lebih besar dari yang Kanin bayangkan. Lapangan hijau yang mulus terbentang luas dan tribun-tribun yang sudah di isi supporter dengan sorak-sorai yang luar biasa.

Tangan gadis berkuncir kuda yang saat ini mengenakan jersey Indonesia warna putih dengan nama Nathan dan nomor punggung 22 itu masih pada genggaman tangan Gea.

"Di situ, Nin!" Gea menunjuk tribun VIP dekat lapangan saat melihat keluarga Ridho dan keluarga Nathan di sana.

Kanin mendadak gugup, ia merasa hanya orang asing di antara mereka.

Gea masih menggenggam tangan Kanin untuk menuju tribun dekat keluarga Ridho dan Nathan. "Ayo!"

Kanin mengekori. Sesampainya, mereka langsung saling cipika-cipiki, hubungan Gea yang terlihat begitu akrab dengan keluarga Ridho, dan tidak canggung dengan keluarga Nathan mengingat kedua orangtua mereka berteman. Nada menyambut kedatangan Kanin dengan begitu gembira, terlihat dari sorot mata dan ekspresi wajahnya yang berseri.

"Kak Kaniiin!" Nada memeluk Kanin erat dan Kanin membalas pelukan itu.

"Apa kabar, Kanin? Saya pikir kamu nggak jadi datang," sapa Arinda.

Sudah lama Kanin tidak bertemu dengan ibunya Nada.

Kanin langsung menyalimi punggung tangan Arinda setelah melepaskan pelukan Nada. "Baik, Bu. Iya tadi sempat terjebak macet."

"Terima kasih ya bu untuk tiketnya," tambah Kanin.

Arinda tersenyum hangat. "Iya, Sayang. Dad, kenalin ini guru les private Nada yang sempat aku ceritakan ke kamu." Arinda mengenalkan Kanin pada pria berkharisma yang garis wajahnya mirip sekali dengan anak sulung mereka.

Kanin menunduk menyalimi pria yang pertama kali bertemu dengannya itu. "Kanin, Pak."

"Willy. Senang bertemu denganmu, Kanin. Istri saya cerita banyak tentang kamu, lho," ucap Willy lalu mengacungkan kedua jempolnya.

"Nada juga selalu membanggakan guru les privat kesayangannya ini," tambahnya.

Kanin hanya terangguk dan tersenyum dengan wajah yang sudah merona. Gadis itu kemudian mengambil posisi di kursi sebelah kiri Nada, sementara Gea setelah cipika-cipiki dengan keluarga Ridho langsung pindah di sebelah Kanin.

Pertandingan berlangsung seru. Suara chant dari supporter tidak ada hentinya, semua berteriak dan bersorak dengan begitu semangat. Kanin yang tidak begitu mengerti tentang sepakbola nyatanya bisa ikut menikmati gemuruhnya suasana di dalam Stadion Gelora Bung Karno.
Benar kata Gea, bikin merinding.

"GOOOOOLL!" Suara di Stadion langsung pecah ketika Timnas Indonesia berhasil merobek gawang Arab Saudi untuk yang kedua kalinya. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa euforia yang mereka rasakan saat itu.

Nada, Kanin, dan Gea saling berpelukan dan berjingkrak-jingkrak saat sundulan itu berhasil di sempurnakan Ridho yang di dapat dari tendangan bebas Nathan.

Setiap Timnas Indonesia mencetak gol, semua berteriak, stadion bergemuruh. Hingga permainan berakhir dengan skor 3-1 di menangkan oleh Indonesia di laga home. Green Falcons hanya bisa tertunduk lesuh karena ditumbangkan Garuda.

Lagu Tanah Airku diputar ketika pertandingan selesai, semua bernyanyi bersama beserta para pemain juga tim official yang sudah berdiri di tengah lapangan membuat lingkaran menghadap tribun.

KANATH [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang