Terjalin

133 13 2
                                        

Tujuh tahun berlalu...
Prise yang kini telah berusia sembilan belas tahun akan melanjutkan ke universitas.

Billy yang sudah lebih dulu berada di universitas, mengajak Prise untuk melanjutkan studinya di universitas yang sama.

Pagi ini mereka mengepak barang-barang Prise, untuk berpindah ke kondominium didekat universitas bersama Billy.

"Kalian jaga diri baik-baik ya... Ibu akan sesekali berkunjung" ucap ibu Billy saat menyiapkan makanan.

"Tentu bibi, aku sudah besar sekarang, dan bisa menjaga diri" jawab Prise

"Eh, bibi? Kau lupa? Panggil aku ibu, Prise... Karena sekarang aku memiliki dua putra-putra tampan" ucap ibu Billy,

Semenjak hari dimana Prise kehilangan orang tuanya, kedua orang tua Billy mengadopsi Prise sebagai anak mereka.
.
.
.
.
Billy dan Prise berada disatu kamar yang sama dalam kondominium. Prise yang masih sering bermimpi tentang malam kecelakaan itu membutuhkan Billy disampingnya untuk menenangkannya.

"Wah... Kamar ini luas sekali" ucap Prise takjub.

"Hn, kau boleh pilih ingin ranjang yang mana"

"Aku ingin tidur dengan phi Billy"

"Tadi siapa yang bilang pada ibu kalau dirinya sudah besar, tapi masih tidak berani tidur sendiri" ejek Billy.

"Baiklah aku di ranjang yang ini" Prise pun memilih ranjang yang sudah didudukinya.

"Phi Billy mengambil kelas apa?"

"Aku memilih kelas hukum" Prise yang mendengarnya terdiam.

"Bagaimana denganmu Prise?"

"Aku ingin berada dikelas seni, dan tadi saat diperjalanan, kita melewati sebuah perpustakaan, em phi..."

"Baiklah, aku akan mengantarmu kesana, kau suka buku kan, pilihlah sepuasmu" Billy yang paham langsung mengajak Prise ke perpustakaan kota.

Prise memang terkesan malas belajar, tapi tidak untuk seni, ia sangat menggemarinya.
.
.
.
.
.

Sore hari, Billy mengendarai mobil pribadinya untuk mengantar Prise ke perpustakaan.

"Prise, nanti aku akan menjemputmu, jadi tunggu saja. Aku akan mengurus pendaftaranmu terlebih dulu"

"Baiklah phi" Billy pun pergi meninggalkan Prise.
.
.
.
Selama Prise membaca dan memilih buku, hujan turun cukup deras, namun ia tetap fokus dengan buku-bukunya.

"Permisi, bolehkah aku memilikinya?" Tanya Prise saat melihat sampul buku yang cukup dikenalnya, buku itu tampaknya ingin dikembalikan oleh seseorang yang meminjam sebelumnya.

"Oh, tentu , ini ambilah" dengan semangat Prise mengambil buku itu dan membacanya.
.
.
.
Hujan telah reda, Prise tampak sedang menunggu Billy di depan perpustakaan.
.
.
.
Sementara itu Billy sedang mengalami masalah pada mobilnya.

"Sial! Kenapa harus pecah sekarang, Prise pasti sudah menungguku" Billy pun memutuskan untuk menghubungi Prise.
.
.
.
"Aah, begitu ya phi... Tidak apa-apa, aku masih mengingat jalanya jadi aku akan pulang dengan taksi" Prise menutup sambungan telepon dan menghela nafas.

"Tidak ada taksi" gumamnya.

"Sedang menunggu taksi hm?" Tanya seseorang.

"Eh? Iya phi" jawab Prise canggung, karena orang yang berada didepannya ini adalah peminjam buku sebelumya.

"Jalan saja ayo... Phi akan menemanimu, tidak ada taksi di jam-jam seperti ini" orang itu menawari Prise untuk pulang bersama.

"Tapi..."

Ambisi & SesalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang