Teman

100 11 1
                                    

Billy membawa Prise ke rumah sakit, bersama Tharn dan Gap.

Billy tidak ingin melepaskan Gap sebelum memperoleh keterangan yang jelas darinya tentang mengapa Prise pingsan.

Billy memperhatikan Prise dari kaca pintu ruang rawat inap, setelahnya berbalik menatap dua orang dikursi tunggu.

"Apa?! Aku tidak salah, dia tiba-tiba pingsan" ucap Gap

"Kenapa adikku bisa bersamamu?" Tanya Billy dengan tatapan menusuk.

"Tenanglah phi... Phi Gap pasti memiliki alasannya" Tharn berusaha menengahi mereka.

"Aku hanya mengantarnya pulang sebagai permintaan maaf karena telah mencipratkan genangan air tanpa sengaja... benar juga, dia bertingkah aneh saat kami tidak sengaja melihat sebuah kecelakaan dilampu merah, dan tidak berselang lama dia pingsan, bisa kau katakan dimana letak kesalahanku?" Gap menjelaskan semuanya panjang lebar dan hanya mendapat helaan nafas dari Billy.

"Tharn bawa temanmu pergi" ucap Billy.

"Eh" Tharn hanya tersenyum kaku, setelah Billy menyeret mereka ke rumah sakit, kini mereka diusir.

"Hah?!! Sebenarnya apa maumu?" Gap pun menjadi sedikit emosi. Ia diperlakukan seperti penjahat dan sekarang diusir.

"Ee.. sudah phi Gap, sebaiknya kita pergi"

Gap dan Tharn pun akhirnya pergi, menyisakan Billy yang masih termenung.

"Nyatanya trauma itu masih begitu dalam, aku bersumpah akan menemukan pelaku yang sebenarnya, sekalipun kasus itu sudah ditutup" tekad Billy sudah bulat.
.
.
.
.
.
Kelas dimulai dipagi yang cerah, Prise tampak antusias menanyai nama teman-teman sekelasnya, di fakultas seni. Ia sangat senang berada dilingkungan yang baru.

"Halo, aku Prise, namamu siapa?" Tanya Prise pada seorang yang nampak tertidur dikelas.

Orang itupun berbalik.

"Poom, itu namaku, terserah jika kau ingin mengejeknya" pemuda itu pun kembali melanjutkan tidurnya.

"Namamu unik, kenapa aku harus mengejeknya?" Prise pun beralih menyapa yang lainnya.

"Unik ha..." Gumam Poom.
.
.
.
.
Sementara di fakultas hukum, Billy tengah mendampingi siswa tahun ajaran baru untuk mengenal lebih jauh tentang fakultas hukum.

Matanya tertuju pada pemuda tadi malam yang ternyata berada di fakultas hukum.

"Tharn? Kau Tharn bukan? Kau berada di fakultas hukum?" Billy cukup heran melihat Tharn berada di fakultas hukum.

"Iya, apa ada masalah phi?" sikap Tharn yang agak dingin membuat Billy diam.

"Namaku Billy, kemarin aku belum sempat memberi tahu mu"

"Phi Billy belum meminta maaf pada phi Gap?Dia tidak bersalah pada adikmu" sambung Tharn.

"Akan aku lakukan jika bertemu"

Setelahnya mereka kembali dalam situasi yang agak canggung.
.
.
.
.
Prise sengaja mengikuti Poom kemanapun karena ia ingin berteman dengannya. Meskipun Poom merasa risih dan berulang kali mengusirnya.

"Kenapa kau terus mengikutiku?" Ucap Poom saat tau Prise mengikuti dibelakangnya.

"Hehehe... Ayo berteman"

"Aku tidak membutuhkannya, pergilah" tampaknya Poom merasa terganggu dengan kata teman.

Prise kemudian menarik tangan Poom, namun Poom refleks menghempaskannya. Poom lupa bahwa mereka tengah berada ditangga fakultas, dan apa yang dilakukannya hampir membuat Prise terjatuh, beruntung saat itu ada seseorang yang menangkapnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya orang itu

"Tidak, terima- eh, phi Heng?" Prise cukup terkejut karena mengenali penolongnya.

"Kau rupanya, aku masih belum mengetahui namamu, apa kalian bertengkar?" Tanya Heng sembari melirik Poom.

"Menjauh dariku jika kau tidak ingin terluka!" Setelah mengucapkan itu Poom pun pergi.

"Ada apa dengannya?" Ucap Prise heran.

"Sepertinya dia tidak ingin diganggu, sebaiknya kau jangan mengganggunya"

"Iya, oh, phi Heng juga berada di fakultas seni?"

"Hn, aku hanya mengikuti seseorang di fakultas ini"

"Oohoo.... Phi Heng punya pacar disini" ucap Prise bercanda.

"Ya begitulah...." Ucap Heng sembari berjalan turun bersama Prise.

"Heng!!!!" Teriak seorang gadis. Dan Heng pun tersenyum.

Prise yang melihat itu, berpikir bahwa mereka berpacaran.
.
.
.
.

Tampaknya sifat Billy dan Prise tidak jauh berbeda, seperti halnya saat ini, Billy terus mengikuti Tharn kemana pun dia pergi.

"Bisakah phi Billy berhenti" ucap Tharn yang sudah lelah selalu diikuti.

"Kau bilang aku harus meminta maaf pada phi Gap mu itu, jadi aku mengikutimu untuk itu" Billy berdalih

"Phi Gap tidak berada di universitas ini, dia hanya kenalanku di bengkel, jika phi Billy ingin meminta maaf padanya datang saja ke rumahnya" Tharn lama-kelamaan menjadi kesal dengan tingkah Billy.

"Kalau begitu beri aku alamatnya" Billy memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan nomor ponsel Tharn.

"Ini nomor ponselku, kirim alamatnya ke sini" sambung Billy menyerahkan secarik kertas berisi deretan angka.

"Tidak perlu, nah.. ambil ini, urusan kita sudah selesai" Tharn memberikan kartu nama Gap yang sudah lengkap dengan alamatnya pada Billy dan langsung pergi.

"Sulit sekali... Menarik" gumam Billy yang merasa tertantang untuk mendapatkan atensi Tharn.

•••••

Vote dan Comment, dorongan utama berlanjutnya sebuah cerita...

See you 😘

Ambisi & SesalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang