Billy dan orang tuanya mendampingi Prise dipersidangan bersama satu pengacara.
Orang tua Billy sudah berpesan pada pengacara itu untuk tidak terlalu memberatkan tuduhan supir truk itu, karena tidak adanya barang bukti. Mereka tidak ingin membuat kesalahan dengan menghukum orang yang tidak bersalah.
Sementara supir truk itu juga didampingi seorang pengacara. Istri supir truk itu juga berada disana, namun ia tidak bersama anaknya.
Sidang dimulai, hakim meminta supir truk itu menceritakan kembali kronologi kecelakaan yang menewaskan dua orang.
Supir truk itu bercerita sesuai isi cctv yang pernah Billy lihat.
"Apa anda mencoba untuk mengarang cerita disini? Apakah anda memiliki bukti?" Ucap pengacara Prise.
Billy dan orang tuanya terkejut dengan pertanyaan itu, tentu saja pertanyaan itu akan memberatkan tersangka. Mereka tidak ingin hal itu terjadi.
"Mengapa pengacara itu tidak mendengarkan kita?" Ibu Billy merasa heran.
.
.
"Memang tidak ada bukti yang mendukung pernyataan klien saya, namun ia tidak memiliki alasan untuk sengaja mengalami kecelakaan" ucap pengacara supir truk."Namun kami memiliki bukti, bahwa klien anda mencoba mengancam klien saya untuk tidak memberatkan tuduhannya" pengacara Prise menunjukkan sebuah foto, dimana istri supir truk menemui Prise di taman rumah sakit.
Pengacara supir truk itu terdiam.
"Apa-apaan ini, dia tidak bekerja seperti yang kita harapkan" ayah Billy mulai merasa curiga.
Billy yang berada disana juga merasa kesal.
"Bohong!!, kau pengacara pembohong!" Billy tiba-tiba berteriak karena tidak terima, disaat ia sudah mengetahui kebenarannya namun yang ada dihadapannya saat ini hanyalah sandiwara. Emosinya memuncak.
Orang tuanya berusaha menenangkan Billy dan meminta maaf karena telah mengganggu jalannya persidangan.
"Siapa?" Semua terdiam saat Prise tiba-tiba saja berbicara.
"Siapa yang sebenarnya mengalami kecelakaan disini? Aku atau kalian para pengacara?, kenapa kalian berdebat tanpa bertanya padaku?! Apakah kalian ingin membuat orang tuaku menjadi seorang penjahat? Dengan menghukum orang yang tidak bersalah?" Setelah mengucapkan semua itu Prise berusaha mengatur nafasnya, ia sangat marah dengan semua kebohongan didepannya.
"Lihat, berkat ancaman itu, klien saya mengucapkan hal yang tidak diinginkannya" ucap pengacara Prise, yang membuat Prise semakin marah.
"Apa?! Siapa kau?! Yang berhak mengatur apa yang aku ucapkan disini, aku mengatakan kebenarannya, dan bahkan aku memiliki buktinya, seandainya ponsel ibuku ditemukan, semuanya ada disana, aku merekam semuanya, supir truk itu tidak bersalah, jika ada yang harus disalahkan itu adalah pengemudi mobil yang salah mengambil jalur kami"
"Aku tidak menuntut siapapun disini... Dia tidak bersalah!" Sambung Prise dengan nafas yang memburu sambil menunjuk pria ditengah ruang persidangan yang menjadi tersangka.
Karena emosi Prise yang tidak stabil dan adanya bukti pertemuan istri supir truk dengan Prise yang dianggap sebagai percobaan pengancaman, akhirnya hakim mengambil keputusan.
Supir truk itu akan menjalani hukuman penjara ringan selama dua tahun, sekalipun ia tidak bersalah namun tindakan pengancaman itu tidak dapat diabaikan.
Setelah persidangan itu selesai, semua orang membubarkan diri termasuk dua pengacara yang terlihat mencurigakan. Billy yang masih tidak terima pun mengikuti mereka.
"Kerja kalian bagus, dengan begini komisaris akan senang" ucap seseorang yang tidak bisa Billy lihat.
Namun Billy mengetahui kenyataan lainnya bahwa kedua pengacara itu bersekongkol. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada yang akan mempercayai ucapan seorang anak kecil.
.
.
.
.
.
Setelah hari itu berlalu, semua media membuat berita yang tidak sesuai dengan kenyataan. Supir truk itu tetap menjadi penjahat dimata mereka dan orang-orang yang melihat berita itu.
.
.
.Tiga bulan berlalu, Prise masih menjadi pendiam dan selalu murung, ia merindukan kedua orang tuanya.
.
.Sore ini seisi rumah Billy, dibuat panik atas hilangnya Prise.
Prise menghilang entah kemana sejak siang hari.Sementara itu Prise tengah duduk dipinggir pantai, ia memandang deburan ombak yang seolah memanggilnya.
Prise mulai melepas smartwatch dipergelangan tangannya, meletakkannya diatas pasir. Prise bangkit dan mulai berjalan perlahan ketengah laut.
Detik berikutnya ia merasa kehilangan pijakan, dan memasrahkan hidupnya pada arus laut. Sampai sebuah siluet berusaha meraihnya.
.
.
.
Billy melacak posisi GPS yang ada di smartwatch Prise, dan ia sampai di pesisir pantai. Disana ia melihat Prise terbaring dengan kondisi basah.
.
.
.
.
.
Saat Prise terbangun dirumah sakit, Billy langsung memeluknya erat, ia sangat takut kehilangan seseorang yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandung."Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi Prise... Jangan..." Mereka terisak bersama saling menguatkan.
"Maaf..."gumam Prise.
.
.
.
Setelah kondisi Prise membaik, mereka pun bersiap untuk pulang.Prise memperhatikan Billy yang sedang mengganti baju dan melihat bekas luka dipunggungnya. Prise pun teringat akan malam itu lagi.
Prise mendekati Billy dan memeluknya dari belakang.
"Maaf... Phi Billy, aku bertingkah bodoh seolah aku tidak punya siapapun dihidupku... Padahal phi Billy, paman dan bibi rela kehilangan segalanya demi aku... Maaf..." Billy yang mendengarnya mulai berbalik dan memeluk Prise.
"Haahh... Akhirnya kau menyadarinya... Prise.. kembalilah seperti dulu... Aku berjanji akan selalu ada untukmu, tidak akan kubiarkan kau merasa sendiri... Dan aku hanya minta satu hal... Kembalilah pada Prise yang ceria" Prise hanya mengangguk dalam pelukan Billy.
•••••
Vote dan Comment, dorongan utama berlanjutnya sebuah cerita...
See you 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi & Sesal
Fanfictionkecelakaan yang merenggut segalanya, menghancurkan dua keluarga, menyelimuti seseorang dengan rasa bersalah, dan menumbuhkan tekad yang kuat untuk mengungkap segalanya...