Rumah sakit

134 10 0
                                    

Prise terbangun saat hari sudah pagi, ia merasakan nyeri pada tangannya dan melihat Poom tengah menggenggam tangannya dalam tidur.

Hanya ada Poom dan Tack diruangannya, Poom tertidur sementara Tack tengah memainkan ponselnya sembari menyender ditembok.

"Tack... Tack.." Prise berusaha memanggil Tack dengan berbisik karena tidak ingin membangunkan Poom.

"Hn, kau sudah bangun?"

"Ssstt.. pelankan sedikit, Poom tertidur"

"Hn, dia sepertinya kelelahan" Tack hanya menatap iba.

"Mm, Tack... Bisa tidak kau lepaskan genggamannya ini, tanganku sakit, tapi jangan sampai membangunkannya"

"Hn, baiklah"

Poom menggenggam tangan Prise dengan kedua tangannya, Tack berusaha mengangkat tangan Poom yang berada diatas tangan Prise lebih dulu.

"JANGAN SENTUH!" Teriak Poom yang terbangun tiba-tiba, dan refleks menampar Tack dengan punggung tangannya.

PLAK!!!!

"AAWW!!!" Teriak Prise saat tiba-tiba tangannya malah digenggam semakin erat dengan tangan Poom yang satunya.

"Astaga!!" Tack merasa syok dengan tamparan yang didapatnya.

Saat sadar dengan apa yang telah dilakukannya, Poom langsung melepaskan tangan Prise.

"Prise, maaf... Aku..aku" tiba-tiba saja rasa bersalah kembali menyelimuti hatinya.

Sementara Tharn yang tertidur di kursi tunggu luar ruangan, mendengar keributan.

"Apa Prise sudah bangun?"

"Dia ini, sama sekali tidak pantas menyandang gelar kakak, kegaduhan seperti itu saja tidak membangunkannya" sambungnya sembari melirik sinis Billy yang tidur bersandar di bahunya.

Tharn pun masuk keruangan tanpa membangunkan Billy.

"Prise, maaf... Maafkan aku... Kau mengalami semua ini karena aku, mereka... Mereka.." Poom masih terus menyalahkan dirinya, Tack tidak bisa menghentikan ucapan Poom sementara Tharn hanya menyimak.

"Poom tunggu.. dia-" Tack berusaha menghentikan ucapan Poom, namun Poom sama sekali tidak mendengarnya.

"Mereka, mereka melakukan itu padamu, semua salahku, seandainya aku bisa menghentikan mereka, maaf ... Mereka sudah merusak mu, maafkan aku, Prise maaf.." Poom hampir menangis saat mengucapkan semua itu, sementara Tack mengusap wajahnya kasar karena Poom bicara begitu saja tanpa melihat atau bertanya situasi saat itu.

"Poom... Apa yang kau bicarakan?" Tanya Prise yang bingung dengan arah pembicaraan Poom.

"Apa? Bukankah mereka memMMM!!" Tack langsung membungkam Poom yang ingin melanjutkan ucapannya.

"Mereka belum sempat melakukannya, jadi jangan ucapkan itu, Prise tidak akan mengerti" bisik Tack, dan Poom pun akhirnya bisa sedikit lebih tenang.

"Aku tidak mengerti maksudmu, yang kuingat, mereka menganiayaku dan memukulku dengan sesuatu, setelah itu aku tidak ingat" ucap Prise.

"Haahh... Syukurlah" ucap Poom.

"Hah?" Prise tidak habis pikir dengan ucapan syukur yang keluar dari mulut Poom.

"Prise... Bagaimana? Apa kau merasa lebih baik?" Tharn mengambil alih pembicaraan yang terkesan ambigu.

"Hn, hanya tanganku yang sedikit nyeri"

"Maaf..." Ucap Poom.

"Tidak apa-apa, tapi.. apa kalian sudah berbaikan?" Tanya Prise pada Poom dan Tack.

Ambisi & SesalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang