jalan

81 7 2
                                    

Billy melihat Prise yang sepertinya teringat kembali akan malam itu, ia pun merengkuh pundak Prise.

"Kalian, masuklah"

"Tharn?" Prise terkejut melihat Tharn keluar dari mobil itu.

"Hn? Ada apa?" Tanya Tharn.

PLAK!!!

"Prise!!!" Billy terkejut, tiba-tiba saja Prise menampar Tharn.

"Ternyata!! Kau!! selama ini kaulah pelakunya!" Ucap Prise tanpa memperdulikan tangannya yang masih terbalut perban.

"Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti"

"Prise, tenang dulu... Kau salah paham"

Akhirnya Billy menceritakan semuanya, tentang mobil itu yang menjadi milik Tharn.

"Jadi kau memberiku mobil milik seorang penjahat?!!" Ucap Tharn setelah mendengar penjelasan Billy. Tharn Sebenarnya sudah tahu, ia hanya berpura-pura tidak tahu.

"Tharn, maaf... Aku..." Prise merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya

"Kau tidak perlu meminta maaf, semua ini salah phi Billy. Jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama"

"Jadi semua salahku?" Tanya Billy

"Siapa lagi?! Seharusnya dari awal kau katakan semua ini agar tidak terjadi salah paham"

Setelah meluruskan kesalahpahaman itu, akhirnya mereka masuk ke dalam mobil untuk pulang.

"Hei, Tharn... Kau tidak ingin duduk didepan?" Tanya Billy.

"Tidak, phi Billy yang menyetir sebagai hukumannya, karena telah membuatku seperti ini" tunjuk Tharn kearah pipinya yang memerah.

"Aku tahu, aku yang menyetir, tapi setidaknya kau duduk di sampingku, jika seperti ini aku seperti supir"

"Sudahlah phi Billy, jika phi tidak mau jalankan mobilnya sekarang, aku akan jalan kaki saja" Prise kesal dengan kakaknya dan mengancam akan pulang sendiri.

Mau tidak mau, akhirnya Billy menurut.
Saat ditengah perjalanan Billy melihat Prise tengah tertidur bersandar dibahu Tharn yang sedang memainkan ponselnya.

"Kenapa berhenti phi Billy?" Tanya Tharn saat Billy tiba-tiba berhenti didepan sebuah kafe.

"Sstt... Jangan berisik, aku lapar sebaiknya kita makan"

"Tapi Prise masih tidur"

"Biarkan saja dia beristirahat, aku akan membungkuskan untuknya, ayo.."

Tharn Sebenarnya ingin menolak namun ia juga lapar.
Billy meninggalkan Prise yang tertidur sendirian didalam mobil, dan mengunci mobil itu agar Prise tidak pergi.
.
.
.
.
.
Hari sudah malam saat mereka selesai makan. Billy dan Tharn berjalan ke arah parkiran, Billy tampak ingin mengatakan sesuatu namun terkesan berbelit-belit.

"Tempat ini bagus, makanannya juga enak. Lain kali kita datang lagi" ucap Billy.

"Haahh... Tidak ada lain kali, semuanya memang bagus, tapi tidak untuk dompetku" ucap Tharn yang masih tidak percaya dengan harga makanan yang menguras dompetnya.
Billy ingin mentraktirnya namun Tharn bersikeras menolak, dengan alasan tidak ingin berhutang.

"Tharn.."

"Hn?"

"Aku sudah menceritakan semua masa lalu kelam itu, jadi bisakah aku meminta bantuanmu?" Billy tampak serius kali ini.

"Katakan, selama aku mampu, akan kulakukan"

"Prise, bisakah kau menjaganya untukku saat aku tidak ada?"

"Phi Billy? Apa Prise bisa menyetir?" Tanya Tharn sembari berhenti melangkah.

"Hah? Kenapa kau menanyakan itu? Tentu saja tidak bisa" heran Billy dengan arah pembicaraan mereka yang berubah.

"Lalu dimana mobilnya??!!" Tharn yang menyadari lebih dulu mobil itu tidak ada di tempatnya pun merasa heran.

Mereka pun panik saat tidak mendapati mobil itu dimana pun, sampai dering ponsel Billy berbunyi.

"Ini Prise" Billy pun langsung mengangkat sambungan teleponnya.

"PHIIII!!!! KAU DIMANA?!! KENAPA MOBIL INI BERJALAN SENDIRI!!!" Billy menjauhkan ponsel dari telinganya karena mendengar teriakkan Prise yang sangat keras.

"Prise, kau dimana saat ini?"

"Mana ku tahu!! Cepat hentikan ini!!!" Setelahnya sambungan terputus.

Mendengar itu Billy segera melacak ponsel Prise.
Posisi mereka belum terlalu jauh dan masih bisa mengejar bila ada kendaraan.

"Berikan padaku!" Tharn mengambil alih ponsel Billy, untuk memastikan lokasi Prise saat ini.

"Jalan ini kan..."

"Kau tau sesuatu?"

"Mobil itu sudah aneh sedari awal, jika tebakanku benar maka..." Gumam Tharn.

"Phi Billy, ikut aku..." Tharn menarik Billy menyusuri gang sempit yang menjadi jalan pintas kesuatu tempat.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku, kemana kita pergi?!"

"Tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaanmu itu"

Sementara disisi lain, mobil yang membawa Prise melaju dengan kecepatan tinggi, menerobos pagar dan masuk kesebuah rumah yang terbilang elit.

"AAAA!!!!! MINGGIR-MINGGIR!!!!" Teriak Prise pada penjaga yang berada dirumah itu.

Mobil itu kemudian berhenti dengan tiba-tiba.

"Rumah siapa ini? Kenapa kau berhenti disini?" Tanya Prise pada mobil itu, ia tau kedengarannya konyol namun pada siapa lagi ia bertanya.

Sementara diluar para penjaga yang berdatangan sembari menodongkan pistol kearah mobil semakin banyak.

"Siapa didalam?! Keluar!!" Ucap salah seorang penjaga.

"Aku bukan penjahat, dasar mobil sialan..." Gumam Prise yang masih tidak ingin keluar, sampai tiba-tiba pintu mobil itu terbuka sedikit dengan sendirinya.

Prise pun berusaha menarik dan menutup pintu kembali, namun sepertinya ada yang salah, pintu itu tidak bisa tertutup.

"Mobil sialan!"

"Keluar!" Salah satu penjaga langsung membuka pintu mobil lebar-lebar.
"Katakan!! Siapa yang mengirimmu?!" Tanyanya sembari menodongkan pistol karena berpikir Prise adalah seorang penyusup.

Prise hanya bisa mengangkat kedua tangannya diatas kepala sembari menyakinkan mereka bahwa dirinya bukan penjahat yang menyusup.

Sementara dilantai dua, seorang pemuda tengah melihat apa yang terjadi diluar sana. Sampai ia melihat priselah yang keluar dari dalam mobil yang menerobos masuk ke rumahnya. Ia kemudian bergegas keluar.

"Sudah kubilang aku bukan penyusup, mobil itu rusak" Prise berusaha meyakinkan mereka yang tampaknya tidak mudah percaya begitu saja.

"Tidak ada pencuri yang mengaku! Katakan!! Dimana komplotanmu?!" Penjaga itu terus memaksa Prise mengaku. Sampel sebuah suara menginterupsi mereka.

"Hentikan!"

"Tuan Heng!?, dia adalah penyusup, kami telah menangkapnya"

"Tuang Heng??" Prise yang mendengar nama tuan mereka, mencoba untuk memastikan siapa orang didepan sana. Ia kemudian mencari celah untuk melihat dari balik punggung para penjaga.

"Phi Heng!!!" Ucap dua suara bersamaan.

•••••

Vote dan Comment, dorongan utama berlanjutnya sebuah cerita...

See you 😘

Ambisi & SesalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang