"phi Heng!"
Ucap Prise dari balik punggung penjaga dan Tharn yang baru saja sampai, secara bersamaan.
"Prise!" Panggil Billy yang terlihat terengah-engah mengimbangi Tharn yang berlari.
"Phi Billy-." Baru selangkah Prise ingin menghampiri kakaknya, para penjaga sudah menahannya.
"Kalian tidak dengar!, mereka mengenalku? Pergilah!" Perintah Heng.
"Tapi tuan muda,"
"Pergi!"
Tatapan Heng membuat penjaga rumahnya ketakutan dan akhirnya pergi.
Setelah penjaga-penjaga itu pergi, Heng mempersilahkan Prise beserta yang lainnya untuk masuk.
"Wooaahhh!!! Rumah phi Heng besar dan luas sekali!!" Ucap Prise yang takjub.
Tharn pun memiliki pendapat yang sama, terlihat dari binar matanya yang seolah ia sedang berada di istana.
Sementara Billy, ia hanya memandang biasa saja, baginya tidak ada yang sepesial dari rumah itu.
"Ini tidak seberapa. Oh ya, apa yang terjadi? Mengapa kau menyetir sampai kemari?" Tanya Heng setelah mereka duduk diruang tamu.
"Aku? Menyetir? Yang benar saja? Mobil itu jalan sendiri! Entah dimana phi Billy membeli mobil jelek itu?" Ucap Prise sarkas, membuat Billy menatapnya tak percaya.
Ucapan Prise menghentikan aksi menyesap teh hangat yang sedang Heng lakukan.
"Mungkin aku belum memperbaikinya dengan sempurna, lain kali akan coba ku priksa lagi." Ucap Tharn.
"Ini enak, lihat phi Billy hehehe..." Ucap Prise memainkan cemilan yang memiliki berbagai macam bentuk didepan wajah masam kakaknya.
"HMM! Ayo pulang!"
"Caranya?" Tanya Prise yang sibuk mengantongi cemilan rumahan.
"Supirku bisa mengantar kalian, tapi jika kalian mau, menginaplah disini."
"Tidak, terima kasih." Jawaban Billy langsung merubah ekspresi Tharn dan Prise yang awalnya senang.
"Aku ingin pinjam toilet, boleh tidak?" Tanya Prise.
"Tentu, lurus saja disebelah sana."
Prise pun pergi ke toilet seorang diri, dan didalam sana ia kembali dibuat takjub dengan penampakan toilet orang kaya yang begitu mewah.
"Toiletnya saja seperti ini, bagaimana dengan kamarnya. Pasti sangat nyaman." Gumamnya.
Baru saja Prise menutup pintu setelah selesai menggunakan toilet, seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya.
"Sss!! Hei! Sakit!" Ucapnya pada orang itu.
"Apa yang kau lakukan disini!"
Melihat ekspresi wajah orang itu membuat Prise terdiam.
"Seram." Batinnya.
"Jawab pertanyaanku, apa kau tuli?!"
"Lepaskan dia!" Ucap Heng dengan nada tinggi penuh penekanan.
"Ayah!" Sambungnya.
"Ayah?" Ucap Prise yang mengetahuinya.
Ayah dan anak itupun saling melempar tatapan tajam yang membuat Prise bergidik ngeri.
Setelah tangannya dilepas, Prise langsung mengambil posisi dibelakang Heng karena takut.
Tanpa kata, ayah Heng pergi begitu saja, meninggalkan anaknya serta Prise yang memiliki banyak pertanyaan di kepalanya.
"Ayo! Billy sudah menunggumu."
.
.Setelah kepergian mereka, Heng memandang sendu kearah mobilnya dahulu.
"Apa kau dendam padaku?" Gumamnya.
"Penjaga! Panggilkan derek kemari, dan bawa mobil ini ke bengkel tempat Tharn bekerja!" Perintahnya.
.
.
.
"Poom..."
"Enghhh... Hhaahh..."
"Poomhh... Aku mencintaimu..."
"Phiihh... Akh!... Akuhh... Juga... Hah... Hahhh..."
"Eumm...mmm... Amm... Phi... Aahhh!!!"
Terdengar erangan-erangan panas di salah satu kamar hotel yang terbilang elit.
Lumatan antara dua bibir yang tak ingin terlepas, lidah yang menari-nari membuat aktivitas mereka semakin panas.
Tack kembali menyentuh Poom setelah meminta izin darinya.
Kali ini ia melakukannya dengan cinta bukan lagi permainan.Tack sudah menahan cukup lama perasaannya, ia sangat mencintai Poom dan tidak ingin kehilangannya lagi.
"Hah... Hah... Phi..."
"Terimakasih Poom, sudah memaafkanku... Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku benar-benar tidak ingin kau terluka lagi..." Ucapnya disela-sela ciuman panas mereka.
"Tapi, sekarang aku mungkin akan menyakitimu" sambungnya.
"Akh!! Haah...hh... Phihh.... Akh! Hah... Mmm..." Sodokan demi sodokan membuat pikiran Poom melayang.
"Berikanhh... Berikan... Semuahhh... Hah... Penuhi akuhh... Mmm..." Poom membalik posisi mereka dan berada diatas Tack. Dirinya bergerak menggila diatas sana.
Tack pun kembali merubah posisi mereka, ia lebih suka berada diatas dan melihat bagaimana tubuh Poom menggeliat seperti cacing kepanasan.
"Phihh... Akh! Hah...hah..."
"Poom!"
"Phihh..."
"Poom!"
Memanggil satu sama lain saling bersahut-sahutan dikala sesuatu yang besar meledak didalam dan diluar tubuh Poom.
"Hah... Hah... Ha..." Poom kelelahan setelah klimaks pertamanya dan akhirnya tertidur.
Sementara Tack menciumi habis wajah Poom. Kejantanannya masih tertancap dan menegang kembali didalam sana, dirinya tak tahan lagi.
"Maaf Poom... Haahhh..." Tack kembali bergerak dengan ritme pelan agar tak membangunkan Poom.
Setidaknya sudah tiga kali Tack mengalami klimaks setelah ditinggal tidur, ia pun ikut tertidur tanpa mencabut kejantanannya.•••••
Hihi... Malu bgt bikin scene begini wkwkwk..
Inget komen ya... Biar semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi & Sesal
Fanfickecelakaan yang merenggut segalanya, menghancurkan dua keluarga, menyelimuti seseorang dengan rasa bersalah, dan menumbuhkan tekad yang kuat untuk mengungkap segalanya...