Billy tengah mengobrol dengan seorang gadis yang sedang mengemut permen lolipopnya sembari menatap layar gadget.
"Informasi yang kau berikan sama sekali tidak berguna, Nam" ucap Billy.
"Bukankah kau sudah melihat mobil pelaku itu Billy, kenapa kau bilang informasi itu tidak berguna?" Tanya gadis bernama Nam itu.
"Kenapa kau bertanya, seharusnya kau sudah tau bahwa penjual itu tidak tahu pemilik mobil sebelumnya" Billy cukup frustasi dengan pertanyaan konyol temannya, yang sudah ia percaya untuk membantu mewujudkan ambisinya.
Nam adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi detektif, maka dari itu ia membantu Billy dengan kemampuannya. Ia mengumpulkan semua informasi yang bisa membantu, dari beberapa informan terpercaya.
"Apa kau sudah memeriksa barang-barang yang tertinggal dimobil itu?" Tanya Nam.
"Barang-barang?"
"Jangan bilang, kau tidak mencari tahunya?" Nam tidak habis pikir dengan Billy yang melewatkan hal-hal seperti itu.
"Kau lebih tahu segalanya, ikutlah denganku untuk menyelidiki"
"A, a, a... Jangan libatkan aku didalam lapangan, aku hanya bekerja dibalik layar untukmu,... Aku ada kelas, jadi sampai jumpa, ingat untuk lebih teliti" Nam pun pergi meninggalkan Billy.
.
.
.
.
.
Poom menunggu Prise tersadar dari pingsannya di ruang kesehatan.Prise mengerjap beberapa kali saat tersadar, Poom yang melihatnya merasa sedikit lega.
"Kau sudah sadar, aku pergi" Poom bangkit dari kursi dan mulai menjauh.
Sementara Prise refleks ingin menggapainya, ia lupa bahwa penyangga ranjang yang di tidurinya sudah diturunkan, alhasil ia hampir terjatuh.
"Poom.. WAA!!Waa!! Aa!!"
"Astaga!" Poom dengan sigap berbalik, dan menahan tubuh Prise sebelum mencium lantai.
"Apa yang kau lakukan!? Apa sulitnya duduk diam dan berhenti mengejar ku"
"Hehehe.... Maaf, terimakasih.... Ternyata kau masih perduli denganku" Prise merasa senang bisa sedikit meluluhkan hati Poom.
"Dengar Poom, kau boleh menolak semua orang sesuka hatimu, tapi masih ada orang yang tulus mau berteman denganmu, contohnya aku dan Tharn" Prise berusaha melunakkan hati Poom dengan membawa nama Tharn.
"Haahh... Baiklah, dengan begini kau akan berhenti menggangguku kan?" Poom akhirnya menerima pertemanan mereka.
"Tentu saja, aku akan semakin sering menemanimu, kita akan pergi kemanapun yang kita suka"
Prise tersenyum lebar saat mengucapkannya.Poom ingin marah tapi kedatangan seseorang yang tiba-tiba, mengalihkan perhatiannya.
"Minggir!" Orang itu langsung mendorong Poom.
"Phi Billy?!" Prise terkejut melihat Billy datang dengan panik.
"Apa yang terjadi?, kau terluka?"
"Tenang phi, aku baik-baik saja"
"Tidak sopan" gumam Poom.
"Kau mengatakan sesuatu?" Billy yang mendengar gumaman itu, menatap sinis pada Poom.
"Phi... Jangan memarahinya, Poom yang menolongku"
"Hn"
.
.
.
.
.
"Sudah menemukan yang tuan cari?""Hn, mobil ini... Apa kau punya data-data pemiliknya"
"Sebelumnya juga ada yang menanyakan tentang mobil ini, tapi sayang sekali, aku tidak memiliki data pemiliknya"
Sore hari menjelang malam, Tharn mendatangi sebuah tempat penjualan mobil bekas yang pernah diceritakan Gap.
"Lalu apa saat kau menemukan mobil ini, didalamnya ada barang-barang atau semacamnya?"
"Oh, ada... Aku menyimpannya, siapa tahu pemiliknya ingin mobilnya kembali, jadi aku masih menyimpannya"
"Tunjukkan padaku"
Penjual itu pun membeberkan beberapa barang yang ia temukan di dalam mobil itu, tujuh tahun lalu.
Tharn menemukan secarik kertas bertuliskan kata maaf yang membuatnya bingung.
"Hn, simpan saja... Kau bilang mobil ini tidak mau menyala, bolehkah aku mencoba memeriksanya? Kebetulan aku adalah seorang montir" Tharn menawarkan bantuan secara percuma, dan dengan senang hati penjual itu menerimanya.
.
.
.
Saat tengah asik memperbaiki bagian bawah mobil, tiba-tiba ada yang menarik kakinya."Ohoo.... Sedang mencari tambahan uang?" Ucap si pelaku yang ternyata adalah Billy.
"Bagaimana kau bisa disini?"
"Tentu untuk mobil ini, jika kau bisa memperbaikinya, aku akan membelikannya untumu" tampaknya Billy meremehkan kemampuan Tharn.
"Lihat saja" Tharn mencoba sebisanya, sementara Billy meninggalkannya untuk memeriksa barang-barang yang pernah ada didalam mobil itu.
Saat melihat secarik kertas itu, Billy langsung mengambilnya.
"Sidik jarinya pasti tertinggal" gumam Billy.
Billy kembali memeriksa Tharn, yang tampaknya sudah menunggunya.
Tharn menyalakan mobil itu dan berhasil, itu membuat wajah Billy menjadi masam. Ia harus menepati kata-katanya.
"Bagaimana?" Tanya Tharn mengejek.
"Baiklah itu milikmu, aku tidak menyangka kau sehebat ini, ayahmu pasti bangga"
"Aku tidak bisa menerimanya, aku tidak bisa mengemudi" ucap Tharn yang menjadi murung.
"Tunggu... Bukankah sebelumnya kau bilang ayahmu seorang supir? Seharusnya ia sudah mengajarimu cara mengemudi"
"Ayahku... Tidak sempat mengajariku mengemudi, dia sudah.... Dia... Tiada" Tharn menahan isaknya dan berlari pergi dari tempat itu. Ia tidak bisa menceritakan semuanya, itu hanya membawanya pada kenangan lama.
Billy merutuki mulut bodohnya yang bicara sesuka hati.
.
.
.
.
.
Malam ini karena Billy terlambat pulang, Prise memutuskan menginap ditempat Poom. Meskipun berat hati, Poom tetap mengizinkannya."Jangan sentuh apapun" Poom memperingati Prise yang rasa penasarannya sangat besar.
"Tadi aku berpapasan dengan Tack, ternyata dia juga tinggal disini" Prise mencoba mencari topik pembicaraan.
"Jangan membahas tentang dia, aku muak!" Dengan itu akhirnya hanya ada keheningan disana.
Prise yang baru berteman dengan Poom, tidak ingin melakukan kesalahan yang membuatnya di blacklist begitu saja, jadi ia hanya diam memperhatikan Poom yang sedang belajar.
•••••
Vote dan Comment, dorongan utama berlanjutnya sebuah cerita...See you 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambisi & Sesal
Fanfictionkecelakaan yang merenggut segalanya, menghancurkan dua keluarga, menyelimuti seseorang dengan rasa bersalah, dan menumbuhkan tekad yang kuat untuk mengungkap segalanya...