TackPoom

85 9 3
                                    

"Poom, tunggu aku... Apa kita tidak bisa berteman? Aku ingin mengenalmu lebih jauh" ucap Prise saat mengejar Poom di jam istirahat.

"Untuk apa?! Hah! Untuk menghinaku seperti sekumpulan sampah diluar sana!" Poom akhirnya marah dan mengeluarkan semua emosinya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi.."

"Tharn, kau mengenalnya bukan?! Dia pasti sudah menceritakan semuanya, lalu untuk apa kau masih menggangguku!"

"Kau dijadikan bahan taruhan, Tack pura-pura mencintaimu... Apa yang salah? Dan orang itu juga sudah menyesalinya" ucap Prise membeberkan apa yang dia sudah tau.

"Hh... Jadi Tharn tidak menceritakan bagian itu, ha-ha-ha lucu sekali, dengar... Aku - tidak butuh siapapun dihidupku!" Setelah mengucapkan itu Poom pun pergi.

Prise pun mengejar tapi ditikungan ia menabrak seseorang.

"Oh! Maaf, eh! Phi Heng?"

"Hn, lain kali cobalah untuk menghentikan kebiasaan berlarimu itu" ucap Heng sembari mengusap dagunya yang tidak sengaja tersundul oleh Prise.

"Maaf"

"Hn, kau mengejar Poom?"

"Eh, phi Heng mengenalnya?"

"Hn, dia adik kelasku, namun hidupnya sangat sulit"

"Phi Heng tahu sesuatu? Ceritakan padaku"

"Terkadang ada sesuatu yang tidak perlu kau tahu Prise, jangan terlalu mencampuri urusan orang lain"

"Aku tidak ingin menjadi orang bodoh disini, yang lain mengetahui rahasia Poom tapi mereka tidak berbuat apa-apa, aku tidak ingin seperti mereka, aku ingin membuat Poom percaya padaku" setelahnya Prise pergi.

"Orang bodoh ya... Apa aku bodoh?...hhh..."gumam Heng menghela nafas sembari menatap langit yang sedikit berawan.
.
.
.
.
.
Flashback TackPoom (saat menjalin hubungan yang hanya kebohongan)

Sore itu Tack mengundang Poom ke rumahnya untuk sekedar bermain dan bersenda gurau.

"Dimana orang tuamu?" Tanya Poom.

"Kebetulan mereka sedang tidak dirumah"

Suasana sedikit canggung, karena hanya mereka berdua di sana.

"Poom..." Panggil Tack.

Refleks Poom menoleh dan mendapati jarak diantara mereka yang sangat dekat. Mereka bertatapan dalam waktu yang cukup lama.
Jarak keduanya semakin tipis, Tack semakin mendekatkan dirinya.
Sebuah ciuman ringan mendarat di bibir Poom. Tack menekan tengkuk Poom untuk memperdalam ciuman mereka, sementara Poom menerimanya sembari menutup mata, ini adalah pengalaman pertama dalam hidupnya.

Lidah Tack mulai menelusup masuk perlahan, menyadari tidak ada penolakan, Tack pun menguasai bibir ranum itu.
Poom berusaha mengimbangi ciuman brutal yang diberikan Tack sebisanya.

Sementara tangan Tack mulai menelusup di dalam celana Poom.

"Hah...hah... Poom, kau sangat manis, bolehkah?" Tack tampaknya menginginkan sesuatu yang lebih. Poom mengangguk dengan wajah tersipu.

Tack membawa Poom ke kamarnya dan mulai melepas semua pakaian mereka.

"Akhh...hmm.." Poom tersentak saat sesuatu menusuk bagian bawahnya, namun Tack langsung membungkamnya dengan ciuman panas mereka.

"Sempit... Apa aku yang pertama?" Goda Tack.

"Tack... Pelanh ahh... Pelanhh" Poom berusaha menahan rintihannya.

Tack mempercepat ritmenya sembari beberapa kali mencium bibir Poom dengan brutal.

"Aakhhh!!!!" Mereka akhirnya klimaks bersamaan.

Tack kembali melumat bibir Poom, lidahnya menelusup jauh.

"Tack, apa ini?" Tanya Poom saat merasakan sebuah pil mencair di dalam mulutnya.

"Itu agar kau bertahan lebih lama, satu ronde lagi Baby" ucap Tack dan mulai bergerak.

"Akhh...hmmmhh... Ssahh... Tack ah.. aku ingin lebih... Akhhh... Lagihhh....." Mendengar Poom menggila dibawahnya, Tack pun tersenyum miring.

"Obatnya bekerja" ucapnya.

"Ah! Tack kenapa kau berhentihh... Aku ingin lebihhh...ahhh..."Poom terus meminta diluar akal sehatnya.

"Teman-teman kita punya mainan" ucap Tack, tidak lama setelah itu masuklah enam orang kedalam kamarnya.

"Ahh... Apa ini?? Akhhh Tack kauhhh ahhh..." Poom tidak bisa menahan dirinya.

"Kau ingin lebih kan baby.... Aku bawakan lebih"

Akhirnya teman-teman Tack menggilir Poom hingga puas, mereka menggila diatas tubuh Poom.
Poom yang terpengaruh obat perangsang dosis tinggi hanya bisa pasrah sembari terus meminta lebih.
.
.
.
Keesokan paginya Poom tidak mendapati Tack di kamarnya, ia tidak mengingat apapun selain momen bercinta mereka. Poom tersenyum berpikir ini adalah masa terindah dalam hidupnya.

Hingga saat ia tiba disekolah, semua mata tertuju padanya, ia pun merasa heran.

"Ada apa dengan mereka?" Gumamnya yang merasa risih dilihat seperti itu.

"Poom!!"

"Oh, Tharn. Aku ingin tau merek-" sebelum Poom menyelesaikan ucapannya Tharn menariknya ketempat yang agak sepi.

"Apa yang kau lakukan semalam Poom?" Melihat Tharn yang berekspresi serius, membuat Poom bingung.

"Kau harus lihat ini" Tharn kemudian menunjukkan sebuah video yang viral disekolah.

Poom menatap tak percaya, semua yang terekam didalam video itu sama sekali tidak diingatnya, ia langsung melempar ponsel Tharn dan berlari mencari seseorang yang tahu tentang segalanya.

"Ponselku.." gumam Tharn yang meratapi nasib ponselnya.
.
.
"TACK!!! Apa yang kau lakukan?!!" Poom tidak ragu mendatangi Tack yang sedang berkumpul bersama gengnya.

"Hai manis... Semalam apa masih kurang?" Tanya salah seorang anggota geng.

"Tutup mulutmu!"

"Kau berharap apa hn? Kali ini aku menang" ucap Tack pada rekannya..

"Apa maksud semua ini?!!" Poom sangat marah karena dirinya diabaikan.

"Kau pikir apa ha!? Siapa orang bodoh yang mau menjalin hubungan denganmu, ini semua hanya taruhan kami" Tack mengatakan semua itu dengan mudahnya.

Poom sudah bersiap untuk menghajar Tack namun, Kekuatannya tidak cukup kuat. Ia hampir dilecehkan kembali, beruntung saat itu Heng yang merupakan ketua OSIS menghentikan mereka.

Semenjak saat itu Poom tidak menerima seseorang dalam hidupnya bahkan dirinya sendiri.

Flashback end

"Apa yang kau lakukan?!" Prise cukup terkejut melihat Poom menggores pergelangan tangannya di belakang sekolah.

"Bukan urusanmu!"

Tidak lama smartwatch dipergelangan tangan Prise mulai berbunyi, nafasnya tidak teratur. Ia trauma akan darah semenjak kecelakaan itu, yang dibayangkannya saat ini adalah pemandangan hancurnya tubuh kedua orang tuanya.

Beberapa saat kemudian Prise pingsan.

"Hei!!! Apa? Aku yang terluka disini, mengapa kau yang pingsan" mau tidak mau Poom akhirnya menolong Prise.

•••••

Vote dan Comment, dorongan utama berlanjutnya sebuah cerita...

See you 😘

Ambisi & SesalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang