PROLOG

206 34 18
                                    

Hai, hello, annyeong 🥰

Terima kasih sudah mampir dicerita pertamaku yang sederhana ini.

Oh iya, biar lebih akrab kalian bisa panggil aku dengan panggilan 'mao' atau 'naa' okey?

Jangan lupa difollow juga akun ini untuk informasi cerita. @minimao76_

Sudah? Kalo sudah aku ucapkan terima kasih dan silahkan membaca dengan nikmat para readersku :)

***

"Dia cantik juga menarik dengan kedua kepangan itu."

***

Sedia payung sebelum hujan.

Kalimat itu sekarang terlaksana dengan baik, ketika Jakarta bagian Selatan pada sore hari. Atmosfer disekeliling berubah menjadi dingin, ketika titik-titik air berjatuhan dari langit. Penghuni bumi merayakannya, beberapa dari mereka membiarkan seluruh tubuhnya basah, mempersilahkan hujan turun dengan menikmati guyuran airnya, dan diantara dari mereka juga memilih untuk berteduh dibawah payung ataupun dibawah bangunan, memilih untuk menikmati suasananya tanpa membasahi dirinya untuk menjaga kondisi tubuh. Memang benar, bersyukur itu banyak caranya.

Seorang perempuan, dengan payung yang bertengger diatasnya, berjalan cepat menuju tempat pemberhentian bus, yang berjarak kurang lebih 10 meter lagi ia sampai. Dengan rambut yang terkepang dua sebelah kanan dan kiri, dan jaket hitam yang tebal. Dia Syera Anantika.

Ketika ia sampai di halte bus, alisnya langsung bertaut ketika melihat seorang anak kecil perempuan, berdiri terdiam hanya tangisannya yang terdengar. Syera lantas berjalan mendekat, berjongkok didepannya menyetarakan tinggi badan anak itu.

Syera tersenyum, tatkala gadis kecil itu menatapnya. "Kenapa?" tanya Syera lembut.

Gadis kecil yang berkisar usianya tujuh tahun itu menjawab, "Gak ada yang jemput aku, aku takut."

"Sekarang gak usah takut lagi." Syera mengusap air mata gadis kecil itu. "Ada Kakak disini, oke?"

Dia mengangguk. "Temani aku, ya, Kak?"

"Pasti," jawab Syera. "Emang kamu dari mana?"

"Tadi aku ikut Kakak keluar beli coklat, tapi aku disuruh nunggu didepan toko."

Syera menggenggam tangan kecilnya. "Kenapa bisa kesini?"

"Ada orang jualan balon, terus aku kejar orangnya sampai sini," jelasnya.

"Ya ampun-"

"Ailin!"

Secara bersamaan, kedua perempuan itu menatap sang pemilik suara. Terlihat disebelah kanan, diantara air hujan yang cukup deras, berdiri seorang laki-laki yang juga membawa payung berwarna bening sama sepertinya, memakai kaos hitam tanpa lengan, membuat otot kekarnya terlihat, juga terdapat headphone yang bertengger dileher lelaki itu. Kayak berandalan.

Sorot mata tajam miliknya langsung bertemu dengan mata berbinar milik perempuan berkepang dua ini, dua detik.

"Itu Kakak!"

Syera seketika mengalihkan pandangannya kesembarang arah, lalu berdiri ketika gadis kecil tersebut berlari kearah lelaki yang ia panggil 'Kakak' itu.

Tatapan mata tajam yang lelaki itu berikan tadi berubah menjadi tatapan yang tenang, senyuman dibibirnya langsung mengembang.

"Kakak." Lelaki itu langsung menggendongnya ketika dipanggil, mengacak-acak rambut adiknya karena gemas.

"Dasar, bocil nakal," ujar lelaki itu, mencubit pelan pipi chubi milik gadis kecilnya.

"Kakak cantik itu yang nolongin Ailin," jawabnya, sambil menunjuk kearah Syera. "Sini, Kak." Ia melambaikan tangannya pada Syera.

Perempuan itu langsung mengangguk pelan dengan menunjukkan senyuman kecil, dia lantas merajut langkahnya dan berhenti tepat didepan lelaki tersebut tatkala payung mereka sudah bersentuhan.

"Makasih, ya?" ujar lelaki itu terlebih dahulu. "Ailin, bilang makasih sama Kakak ini."

Anak kecil yang memiliki panggilan 'Ailin' itu lantas mengangguk, dan menatap Syera. "Makasih Kakak cantik."

Syera tersenyum, menampakkan deretan giginya, ia juga mengusap lembut pipi milik Ailin. "Iya. Lain kali jangan gini lagi, oke?"

"Siap, Kak." Keduanya langsung tertawa dengan bersamaan, melihat itu lelaki yang merupakan Kakak Ailin, diam-diam juga menarik kedua sudut bibirnya membentuk kurva kecil.

"Gue Alkara Dewangga. Panggil aja Alka, makasih, ya, udah nolongin bocah nakal ini," ujar lelaki tersebut, ditengah-tengah keduanya tertawa, mengulangi kata terima kasihnya.

"Ih, Kakak. Ai, gak nakal tau!"

Syera mengusap rambut Ailin lembut. "Iya-iya."

"Nama lo?"

Perempuan berkepang dua itu kembali menatapnya. "Gue Syera."

"Syera doang?" Alka mengangkat salah satu alisnya.

"Syera Anantika."

"Cantik," jawab Alka yang membuat kedua alis Syera mengernyit.
"Namanya," lanjut Alka.

Syera langsung menggeleng terheran. "Kalo ngomong jangan dibiasakan diputus-putus, nanti orang bisa salah mengartikan."

"Nama lo siapa tadi?" Alka menutup matanya sembari memijit keningnya untuk mengingat-ingat nama perempuan di depannya itu. "Oh iya, Syera."

"Syera, semoga pertemuan ini bukan hanya sebuah kebetulan, dan semoga pertemuan ini juga bukan menjadi pertemuan terakhir kita."

Kedua alis perempuan itu langsung bertaut, bingung. Tapi Syera memilih diam, dan saat setelah itu bis yang akan menjadi pengantar tujuannya tiba. Syera lantas membalikkan badan menatap Ailin yang tengah digendong itu untuk tersenyum yang kemudian mulai naik ke kendaraan tersebut, tanpa membalas perkataan lelaki itu.

Lalu, satu hal yang baru saja lelaki itu sadari, bahwa pertemuannya kali ini dengan sosok perempuan berkepang dua itu adalah pertemuan yang menurutnya menarik perhatian, pertemuan yang ingin ia ulangi lagi.

Kita sebut saja, pertemuan ini adalah pertemuan di musim hujan antara lelaki pemilik tatapan mata yang tenang dan perempuan berkepang dua yang menarik perhatian.

***

Gimana prolognya? Suka?

Tandai disini untuk mau lanjut👉🏼

Kalo bagus & suka, janlup pencet bintang🥰

Terimakasih....❤❤

Sampai ketemu dibab selanjutnya para readers👋🏼
















***

Abadi Dalam DetakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang