"Gue capek!"
*****
Mamah dan papah Aca kini tengah bertengkar tentang masalah wanita yang menjadi orang ketiga di keluarga ini. Papah menginginkan untuk segera menikahi wanita itu namun tak ingin jika mama Sekar menggugat perceraian. Papah ingin melakukan poligami dalam keluarga ini, namun mama Sekar tak setuju dengan keputusan itu. Ia lebih baik menjanda dibandingkan harus berbagi suami dengan wanita lain.
Amarah mamah masih terus memuncak, ia tak habis pikir suaminya bisa memiliki pemikiran seperti itu. "Maksud kamu apa mas?! Kalo emang kamu mau sama dia ya sudah lepaskan aku, biarkan aku hidup berdua saja dengan Aca!" Suara pertengkaran itu begitu keras dan mungkin saja bisa terdengar sampai luar rumah.
"Aku gak akan melepaskan kamu kar! Aku tetap pada keputusanku, aku akan menikahi dia dan kamu akan tetap menjadi istriku. Kamu dan Aca masih akan terus tinggal disini!" bentak Papah tetap kekeh kepada keputusan yang ia buat.
Mamah menghela napas, ia benar-benar sudah tak habis pikir. Pemikiran suaminya ini mulai tak masuk akal. "Aku gak akan pernah mau menuruti keinginanmu mas, aku gak sudi tinggal bersama dia! Aku tak sudi di poligami!" Mamah terus merasa tak terima dan mulai menangis, ia tak menyangka hubungan pernikahannya akan berakhir seperti ini.
-------------
Aca baru sampai ke rumah, ia turun dari mobil akan berjalan memasuki rumahnya. "Makasih ya mang, Aca masuk dulu""Baik non" ucap mamah membungkukkan badan.
Saat akan memasuki rumah, Aca mendengar pertengkaran antara papah dan mamahnya. Suaranya begitu nyaring terdengar hingga luar rumah. Buru-buru Aca memasuki rumah dan benar papah dan mamahnya sedang bertengkar di ruang tamu.
Aca masih terus mendengarkan perdebatan itu dari jauh, ia kecewa kepada papahnya. Kenapa papahnya bisa memiliki pikiran sedangkal itu. Ia tak percaya keluarga yang selama ini ia pikir baik-baik saja nyatanya berakhir hancur.
Aca menghampiri mamah dan papahnya untuk melerai perdebatan itu. "Cukup! Cukup kalian berdebat kaya gini! Aca capek! Aca capek dengerin papah dan mamah ribut terus!"
Aca memeluk pundak mamahnya yang sedari tadi sudah menangis. "Dan papah?! Kenapa papah bisa punya pikiran kaya gitu! Dimana otak papah! Aca kecewa sama papah, Aca gak nyangka papah bakalan lakuin ini sama mamah dan Aca!" ungkapan kecewa Aca kepada papahnya.
"Udah mah mending sekarang kita ke kamar aja, tenangin diri mamah dulu" ajak Aca kepada mamahnya untuk menuju kamar.
Papah merasa frustasi ia bingung berbuat apa, disatu sisi ia tak mau kehilangan istri dan anaknya namun disatu sisi perempuan itu hamil anak dia. Ia menyesal malam itu pergi dan melakukan hal yang seharusnya tak ia lakukan dan berakhir keluarganya menjadi kacau berantakan.
--------------
Kamar mamah.Setelah dirasa mamahnya sudah tenang dan sekarang mamahnya sudah tidur terlelap Aca mulai pergi meninggalkan kamar mamahnya. Ia berjalan menuju kamarnya sendiri, ia harus kuat ia tak boleh cengeng dihadapan mamahnya. Orang pertama yang merasa sakit hati adalah mamahnya. Maka dari itu Aca harus terus memberikan support kepada mamahnya.
Saat sampai di kamar Aca mulai duduk diatas kasurnya. Air matanya luruh, ia tak menyangka keluarganya yang sebelumnya tak ada masalah selalu harmonis dan selalu ceria, sekarang malah hancur seperti ini. Ia kecewa kepada papahnya, kenapa papah bisa melakukan hal itu.
-------------
Taman komplek.Malam ini Aca pergi ke taman yang tak jauh dari perumahannya, ia tau sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Tapi hal itu tak membuat niatnya untuk pergi menjadi pupus, ia tetap akan pergi, sekarang pikirannya sedang tak baik-baik saja. Ia butuh refreshing diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR ARYA
أدب المراهقينIni sebuah cerita tentang Aca. Seorang cewe yang memiliki ambisi besar untuk mendapatkan hati seorang laki-laki. Aca sudah berjuang selama satu tahun lamanya. Laki-laki itu bernama Arya. Aca sudah melakukan berbagai cara untuk meluluhkan hati Arya...