Rutinitas

181 14 0
                                    

Pagi ini langit terlihat sendu, matahari enggan menampakkan sinarnya. Sedari tadi Alya sudah sibuk mengemasi barang-barangnya untuk berangkat ke sebuah Coffe shop tempat EO nya akan melakukan meeting untuk project terbaru. Weekend begini memang biasanya disibukkan dengan kegiatan luar kampus. Rencananya sore nanti setelah urusannya selesai ia akan lanjut untuk mengisi live music di D'house, cafe langganannya manggung bersama kedua sahabatnya, Syila dan Niara.
Ia tak lupa membawa gitarnya hari ini, kemudian dengan Jeans dan kaos oblong putih serta hijab nudenya yang diikat rapi kebelakang langusng bergegas berangkat sebelum hujan turun.

____________________________________________
Sesampainya di coffe shop, dengan hati-hati ia menyiapkan persentase untuk dipaparkan kepada rekan-rekannya. Kerjanya yang cukup bagus dan telaten di project sebelumnya membuat Alya kali ini dipercaya untuk membuat konsep acara festival di alun-alun tak jauh dari kampusnya. Konsep ini telah disiapkan Alya sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan teman-teman EO yang telah memberinya kepercayaan. Tak berselang lama meetingpun dimulai dengan Alya yang sudah stand by di depan laptopnya.

"Selamat pagi teman-teman. Sebelumnya terima kasih atas kepercayaannya kepada saya sebagai salah satu relawan atau crew khusunya Kepada Bang Nil selaku founder dari Event Organizer "Author Megapolitan" yang memberi saya kesempatan mengkonsep acara yang sebentar lagi akan kita jalankan." Ucap Alya membuka meeting kemudian mengarahkan remote ke monitor.

"Baiklah langsung ke inti pembahasan pada hari ini, Karena acara yang akan kita handle selanjutnya merupakan kegiatan Pemerintah di bidang kebudayaan yang banyak melibatkan anak-anak dan remaja maka saya memberikan usul kepada teman-teman untuk mengangkat tema tradisional dan klasik pada acara ini. Dimana nantinya rangkaian kegiatan kita akan didominasi oleh kegiatan zaman dulu yang sudah mulai terlupakan bahkan generasi sekarang sudah asing dengan kegiatan-kegiatan tersebut sekaligus menghadirkan UMKM untuk mengisi tenant-tenant nanti. Disini saya akan menawarkan beberapa rangkaian kegiatan, dihari pertama adalah pelestarian permainan-permainan tradisional seperti bermain layangan, kelereng, engrang, congklak dan lain sebagainya sesuai kesepakatan kita nanti. Kemudian di hari kedua akan dilaksanakan bazar sekaligus penyajian makanan-makanan tradisional tentunya dibarengi dengan demo masak yang dilakukan oleh remaja dan kalangan ibu untuk mengenalkan resep-resep autentik turun temurun. Dan dihari terakhir ada parade budaya menggunakan kostum-kostum adat yang dirangkaikan dengan pentas kesenian bertema tradisional juga dimalam hari sekaligus penutupan acara. Mungkin itu konsep yang bisa saya paparkan secara garis besar, jika ada tambahan atau masukan oleh semuanya mari kita bahas bersama." terang Alya dengan menatap intens teman-temannya

Semua terlihat mengangguk sampai Bang Nil kembali membuka suara, "Sepertinya konsep ini yang sudah lama kita nantikan, terdengar sederhana tapi akan meriah dan menghadirkan euforia jika dikemas dengan meriah. Tambahannya kalian harus betul-betul memperhatikan setiap inci dari rangkaian kegiatan, waktunya harus pas dan budget harus sesuai dengan instruksi dari lembaga terkait dan sponsorship. Yang lain jika ada saran lagi tolong disampaikan dan thanks Alya atas konsep cemerlangnya" Ucap Bang Nil

Semuanya terlihat berdiskusi terlebih dahulu dan mencatat inti-inti dan rincian dari semua konsep yang dipaparkan Alya tadi.

"baiklah, rasanya konsep untuk hari ini telah kita rundingkan dengan baik, adapun bentuk proposal dan rincian anggaran akan dikerjakan oleh Mba Oca dan Mba Acel. Terima kasih atas waktunya, sekian." tutup Alya.

Setelah meeting tadi semua crew bergabung dengan devisinya masing-masing untuk merampungkan konsep sebagai langkah awal dari acara tersebut.

Pukul 17.00, Alya merenggangkan kedua tangannya setelah dari pagi sibuk menyusun satu persatu hal-hal mengenai kegiatan tersebut. Rasanya senang sekali bekerja kreatif seperti ini, lelah tapi menyenangkan bagi Alya yang senang bertemu dan menyusun ide-ide bersama banyak orang. Kini ia tengah sibuk mengotak-atik hpnya untuk memberi kabar Syila dan Niara bahwa dia akan berangkat menuju D'house.

_____________________________________________
Jarak Coffe Shop tempatnya meeting tadi lumayan jauh dari D'house tempat ia akan mengisi live music. Meskipun weekend, Keadaan Ibukota tetap akan dipastikan macet dijam-jam segini yang pastinya akan menghabiskan banyak waktu dijalan. Lagipula sebelum ia naik ke panggung dia harus beristirat sebentar untuk mengembalikan staminanya. Oleh karena itu iya memutuskan untuk berangkat sekarang meskipun live music akan dimulai pada jam 19.30.

_____________________________________________
Setelah berganti pakaian dan menunaikan sholat magrib tadi, saat ini Alya sedang bersantai di ruang khusus karyawan cafe sembari menunggu kedatangan dua sahabatnya.

"Alyaaaaa, kangen" teriak Niara tiba-tiba dari luar ruangan yang datang bersama Syila

Mendengar teriakan tersebut refleks memperbaiki duduknya, "Raaa bisa ngga lu gausah teriak gitu, pengang kuping gue" cerocos Alya

"Hehe sorry bestie terlalu excited", balas Niara

"Eh sal lu dari jam berapa disini?" Lanjut Syila bertanya

"Sejak tadi gue nelpon lu berdua, gue langsung otw kesini dari tempat meeting" jawabnya

"berarti bawa baju ganti dong lu kesini ya?" kali ini Niara yang bertanya

"Yaiyalah daripada balik ke rumah dulu, kayak gatau aja macet Jakarta kayak apa" terang Alya

"Al serius nanya nih gue, lu ga cape apa dari pagi jadwal lu padet banget ngalah-ngalahin pejabat. Belum lagi di kampus lu aktif sana sini, belum lu pengurus inti lembaga, ngurus beasiswa lu, belum tugas kuliah dan praktek anak kesenian yang tiada henti sampe lu masih sempet reguleran di cafe begini" Tanya Syila panjang lebar sambil menatap sahabatnya yang matanya sudah mulai sendu karena kelelahan.

"ya kalo cape sih pasti tapi mau gimana lagi itu penunjang gue biar bisa jadi mahasiswa berprestasi di kampus, kalo kerja diluar gini ya duitnya lumayan syil buat nambah sekolah adek. Lu tau sendiri bengkel bokap gue gaseberapa ditambah sering sakit jadi ya ga tiap hari bisa buka. Hidup di jakarta pun mahal broww sekalipun kuliahku di back up beasiswa tapi pasti ada aja kebutuhan yang mau ga mau harus keluar duit. Selagi masih muda juga kan" terang Alya

"hmmm kamu keren banget sih Al, bangga deh punya temen kayak lu meskipun kadang-kadang ngeselin kek babi hahahah" jawab Niara yang diakhiri dengan tertawa dengan tatapannya bersama Syila yang belum terlepas dari Alya

"Dasar lu ya Raa, udah ah natap gue kek gitu berasa gembel gue dikasihanin. Mending kita keluar, udah mulai rame soalnya" ajak Alya

"yaudah yuk" Jawab mereka berdua lalu berjalan menuju panggung kecil yang ada di sudut cafe tersebut.

Seraya Langit MemelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang