"Nanti kukabarin kalo sampe yah" ucap Aryan sambil tersenyum kepada gadis itu
"eh gimana kak?"
"canda al. Oh iya nanti aku jemput ya ke acaranya kak Nanda"
"oke siap kak. btw kak yang tadi hehe kabarin yah kak kalo nyampe rumah, makasih banyak untuk malam ini"
" sama-sama, masuk gih sana." Balasnya dengan cengiran khasnya
"iya nanti aku masuk kalo Kak Aryan pergi, tuh sana sopirnya udah dateng"
"ga ga sana masuk duluan"
"ish iyya iyya. bye kak, hati-hati"
"eh kak bentar" teriak Alya ketika ia berada didepan pintu rumahnya dan kembali berlari ke arah Aryan
"kenapa Al?"
"i..ini kak, ucapan terima kasih karena udah traktir aku makan banyak tadi" Ucapnya malu sambil memasangkan gelang tali berwarna hitam dengan lambang matahari ditangan Aryan
"tiba-tiba dikasih hadiah"
"ya gapapa, kan udah bilang ucapan terima kasih ini. Ini tuh aku yang bikin sendiri kalo lagi gabut, nah kan pas" ucapnya girang setelah gelang itu sudah terpasang di tangan kiri aryan
"bagus, makasi yah hadiah terima kasih tiba-tibanya" ucap Aryan
"Sama-sama kak, dah sana balik. bye" teriaknya sambil tertawa gemas dan berlalu meninggalkan Aryan
"gemes banget anak orang ya ampun. Gua aja belum ada ngasih dia apa-apa malah duluan dia yang ngasih gue gelang begini. Lampu ijo nih kayaknya" monolognya yang sudah tidak terdengar oleh Alya
Setelah Alya masuk ke rumah barulah Aryan bergegas masuk ke dalam mobilnya.
_____________________________________________
Malam ini rasanya ada beban dipundak Alya yang berkurang. Mungkin karena ia mulai terbuka membagi ceritanya pada orang lain. Selama ini bukannya ia tak punya orang yang ia percaya untuk berkeluh kesah, namun ia merasa tidak enak jika harus berkeluh kesah pada kedua sahabatnya. Ia berfikir selama ini waktunya banyak tersita dengan keriwehan dunianya sendiri, ia hanya bertemu kedua sahabatnya itu saat di kampus atau ketika mereka reguleran. Ia sadar banyak hal yang mungkin ia lewatkan dari kedua sahabatnya, itulah mengapa ia tak enak hati untuk bercerita lebih dalam atau berkeluh kesah pada mereka secara tiba-tiba. Yang Alya fikirkan bagaimana ia bisa terlihat baik-baik saja dan ceria ketika berada didepan sahabat dan orang-orang disekitarnya.Anehnya entah mengapa malam ini ia bisa dengan nyaman dan leluasa bercerita banyak pada seorang lelaki yang nyatanya belum lama ia kenal. Ia tak bisa menolak tatapan menenangkan pria itu dan tanpa berfikir banyak mulutnya dengan lugas menceritakan hal-hal yang beberapa waktu belakangan ini mengganggu fikirannya. Tenang, itu yang Alya rasakan.
Selama hidupnya Alya memang malas-malasan untuk menjalin asmara dengan siapapun. Sewaktu SMA ia pernah berpacaran dengan kakak kelasnya tapi itu hanya bertahan satu bulan. Itupun Alya menerimanya karena tidak sampai hati jika harus menolak lelaki didepan banyak orang. Ia menganggap itu hanya sekedar seru-seruan saja, tanpa ada perasaan. Gaya pacarannya pun ala kadarnya, tidak seperti temannya yang lain yang wajib berkencan di malam minggu, sleepcall atau ngedate romantis ala orang kasmaran pada umumnya. Pada dasarnya dia memang seorang gadis manis yang bisa bergaul dengan siapa saja, aktif dan selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang ia sukai.
______________________________________________
Di lain tempat, malam ini Aryan memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Alasannya karena kedua ponakannya berada disana ditambah orang rumahnya yang sedang sibuk mempersiapkan acara lamaran kakaknya yang akan digelar lusa nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seraya Langit Memeluk
RomanceTentang seorang perempuan dengan segala yang ada pada dirinya dan selalu berusaha menerima hal-hal yang memang menjadi takdirnya seperti Langit yang seraya memeluk semesta apapun cuacanya.