- 12 .

286 35 2
                                    

Berbelanja adalah salah satu hal yang Karina sukai di dunia ini, tetapi hal yang sama tdiak berlaku untuk Ahra. Jadi, saat Karina memutuskan untuk membawanya ke salah satu butik ternama dengan harga barang-barang yang tentu saja cukup mahal, Ahra sedikit kesulitan untuk memutuskan apa yang dia sukai untuk Karina berikan hadiah padanya--bahkan dengan barang paling kecil dan tidak terlalu penting sekalipun, seperti sebuah scarf kecil, harganya begitu mahal, dan Ahra segera masuk kembali ke dalam kebingungan untuk memilih barang apa yang dia sukai—atau lebih tepatnya, barang apa yang tidak akan memberatkan Karina, tetapi tetap membuatnya tidak merasa bersalah.

Masalahnya, semua barang ini justru akan membuat Ahra merasa bersalah kalau gadis yang lebih muda ini membelikannya untuknya sebagai hadiah.

"Karin, bagaimana kau mentraktir kakak makan saja sebagai gantinya? Kakak punya restoran favorit di dekat kantor--"

"Oh, kita juga bisa menghabiskan waktu untuk makan bersama, Kak Ahra. Aku juga akan mentraktir Kak Ahra nanti. Tapi aku tetap akan membelikan hadiah untuk Kak Ahra lebih dulu, oke?" Karina yang baru saja mengalihkan perhatiannya dari beberapa potong gaun yang sedang dia pilih segera tersenyum kembali saat dia kembali pada kegiatannya yang cukup sibuk memilih gaun yang menurutnya akan Ahra sukai. Sementara Ahra sendiri, gadis itu sejak tadi hanya mengikuti ke manapun langkah Karina pergi karena dia sendiri juga bahkan merasa sangsi untuk menyentuh barang-barang berharga mahal itu, apa lagi berpikir untuk memilih salah satu untuk dibelinya.

Berbeda dengan Ahra, Karina yang sejak tadi masih begitu bersemangat kini justru sudah mendapatkan beberapa potong gaun berwarna pastel yang menurutnya akan cook untuk Ahra dan sesuai dengan selera "calon kakak ipar"nya itu. DIa segera melangkah mendekat pada Ahra kembali memberikan beberapa potong gaun itu pada Ahra.

"Ini, bawalah ke ruang ganti, Kak Ahra. AKu yakin semua gaun ini akan terlihat cocok sekali untuk kakak."

Ahra menerima benda itu dengan sedikit ragu--dia sempat menatap mereka sesaat sebelum kembali mengalihkan perhatiannya untuk naik dan menatap gadis yang lebih muda darinya itu.

Selama beberapa saat, Karin hanya tersenyum menatapnya, dan saat dia menyadari kalau Ahra sama sekali tidak bergerak di tempatnya, Karin justru merasa bertanya-tanya dan keheranan.

"Apa Kak Ahra tidak menyukainya?" Karina bertanya, kemudian memperhatikan kembali beberapa potong kain berwarna pastel dengan motif bunga-bunga yang berada di tangan Ahra saat ini. Sesaat, kedua netra Ahra kembali melebar mendengar pertanyaan itu, dan dia segera menggeleng berulang kali.

"Ah, tidak. Tidak. Sama sekali bukan karena itu.." kalimat Ahra sesaat terhenti dan menggantung di udara, dan gadis itu sesaat kembali menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya kembali. "Karin, jujur saja.. kakak rasa kakak tidak bisa mendapatkan barang apa pun di tempat ini, semuanya terlalu mahal.. kakak tidak mungkin membiarkanmu memberikan kakak hadiah semahal ini." Ahra berucap dengan hati-hati, jelas merasa ragu dan bahkan takut untuk memikirkan kalau dia perlu mencoba beberapa potong gaun ini.

Kalimat AHra yang terakhir segera membuat sebuah senyuman terbentuk di wajah Karina. Dia segera tergelak pelan dan menggeleng pada Ahra.

"Aku 'kan sudah berjanji untuk memberi kakak hadiah, lagi pula, sampai sekarang aku masih diberi uang saku oleh Kak Sehun, jadi sama sekali tidak masalah kalau aku menghabiskannya untuk calon kakak iparku juga," Karin tertawa kembali di akhir kalimatnya, sementara Ahra segera memerah malu mendengar kalimat Karin. Tersipu oleh bagaimana perempuan yang lebih muda itu menyebutnya "calon kakak ipar".

"Ah, sudah. Ayo, aku antarkan ke ruang ganti," Karin akhirnya mengambil alih kembali gaun-gaun yang berada di tangan Ahra, kemudian meraih lengannya, dan menarik Ahra untuk ikut bersamanya menuju ruang ganti. Dan tentu saja, AHra hanya bisa pasrah mengikuti langkah adik perempuan Sehun itu.

***

Setelah menghabiskan selama kurang lebih dua jam untuk mencari hadiah untuk Ahra, kedua gadis itu akhirnya melangkah keluar butik dengan beberapa tas belanja. Ahra sejak tadi masih terus mengatakan soal bagaimana "ini terlalu banyak", tetapi Karin selalu mengalihkan pembicaraan pada hal lain setiap kali Ahra membicarakannya.

Mereka akhirnya sudah akan menuju pintu keluar pusat perbelanjaan itu saat hari sudah mulai sore—Karin yang akan mengantarkan Ahra pulang karena Sehun sudah lebih dulu pergi mengantarkan ibunya. Pria itu benar-benar membiarkan Ahra menghabiskan waktu bersama adik perempuannya, dan bahkan membuat Karin sempat membawa Ahra ke sebuah salon kuku untuk mengecat kuku mereka.

Ahra merasa benar-benar dimanjakan, dan yang paling membuatnya merasa malu dan tidak enak pada Karin adalah kenyataan bahwa Karin yang mengeluarkan semua biaya untuk mereka—dia sama sekali tidak membiarkan Ahra menyentuh tas miliknya sendiri—terlebih untuk mengambil dompet dan mengeluarkan uang, Karin selalu lebih cepat melakukannya untuk mencegah Ahra.

Menghadapi Sehun yang begitu dermawan padanya mungkin adalah hal sudah biasa untuk Ahra, tetapi dia sungguh tidak menyangka kalau adik perempuan Sehun ternyata juga sama sepertinya. Ahra bahkan merasa sedikit takut kalau uang Karin habis hanya untuk membelikan barang-barang ini untuknya. Setelah pulang dari sini, saat selanjutnya dia bertemu Sehun, sepertinya Ahra harus membicarakan soal ini pada pria itu—bagaimana Karin tidak perlu melakukan semua ini untuknya. Mereka mungkin bisa mengembalikan beberapa barang dan mendapatkan uang Karin kembali?

Ah, itu konyol.

Karin masih melangkah tepat di sisinya, berceloteh bagaimana dia ingin mengajak Ahra untuk mengunjungi salah satu restoran jepang—yang berada di Jepang—favoritnya. Karin bahkan mulai bertanya pada Ahra kapan dia bisa meluangkan waktu untuk mereka pergi berlibur berdua tanpa Sheun atau mamanya, karena dia bilang ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ahra.

"Sudah lama sekali aku ingin punya kakak perempuan, menjadi adik Kak Sehun itu sedikit membosankan karena dia tidak bisa diajak memilih baju atau pergi ke konser penyanyi favoritku bersama. Tapi sekarang aku punya Kak Ahra!"

Ahra hanya tergelak pelan dan tersenyum kecil mendengar celotehan Karina. Dia bahkan sempat tidak memperhatikan langkahnya sendiri hingga hampir bersinggungan dengan seorang perempuan lain.

"Oh!"

Gadis itu segera mengalihkan perhatiannya sendiri dari layar ponselnya, sementara Ahra mengerjap beberapa kali karena terkejut, lalu merapalkan permintaan maaf beberapa kali.

"Kakak?"

Suara familiar itu segera mengalihkan perhatian Ahra, dan tentu saja, Karina. Keduanya segera memusatkan perhatian mereka pada gadis yang hampir saja menabrak Ahra dnegan tubuh tingginya itu, dan wajah familiar segera Ahra kenali.

"Ahreum?"

"Apa yang kakak lakukan di sini?" Ahreum kali ini berdiri lebih tegak, memperhatikan Ahra sesaat, pada tas-tas belanja di kedua tangannya, kemudian beralih pada gadis yang ada di sisi Ahra.

"Oh, apakah ini adik Kak Ahra?" Pertanyaan Karina selanjutnya membuat Ahra tersadar dari keterkejutannya. Dia segera menoleh ke samping, lalu tersenyum kembali dan sesaat kembali menatap Ahreum.

"Ah, iya, Karin. Ini adik perempuan kakak," Ahra menjawab, lalu kembali menatap Ahreum yang masih memperhatikan bergantian antara dirinya dan Karina dengan bertanya-tanya. Sesaat kemudian, perhatian Ahra kembali padanya.

"Ahreum, kenalkan, ini Karina. Eum.. dia.. adiknya pacar kakak."

Ahreum cukup yakin dia belum pernah merasa seterkejut ini dalam waktu yang cukup lama.

Kakaknya memiliki kekasih?


(Zero) Gravity • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang