Ahra kembali terkesiap—Sehun sudah begitu keras, dan pipinya segera terbakar oleh rasa malu kembali, pias oleh warna merah muda. Meski dia merasa malu pada apa yang sedang Sehun lakukan, tetapi Ahra membiarkan pria itu untuk menuntunnya kembali. Bergerak naik turun kali ini.
Sebuah erangan rendah lolos dari bibir Sehun, kedua netranya hampir terpejam merasakan betapa nikmatnya telapak tangan Ahra yang begitu lembut melingkari kejantanannya saat ini.
Akhirnya, akhirnya Sehun bisa membuat AHra menyentuhnya. Membuat Ahra mewujudkan setiap fantasinya selama ini.
"Aku begitu tersiksa setiap kali melihatmu, sayang.." Sehun berbisik kembali, mencoba untuk menggoda Ahra sekali lagi. "Aku tersiksa, aku begitu menginginkanmu. Kau membuatku menjadi seperti ini."
Bibir Ahra kembali terbuka, dia sepertinya ikut semakin terpancing nafsu dan girahnya mendengar bagaimana Sehun mengerang pelan. Hanya dalam waktu sebentar saja, Sehun tahu kalau Ahra juga sudah tidak sabar untuk segera dia setubuhi.
"Ayo kita ke tempat tidur," Sehun berbisik dengan segera—ereksinya sudah begitu keras hingga rasanya hampir menyakitkan. Dia terlalu bergairah, tidak lagi dapat menunggu dan bersabar untuk bisa menenggelamkan kembali dirinya dalam hangat dan lembutnya tubuh mungil Ahra. Dia terlalu bersemangat.
Ahra memandanginya kembali, bibirnya terbuka, dan dia mengerjap sesaat sebelum kembali menunduk untuk memperhatikan tangannya sendiri, yang masih dituntun Sehun di bawah sana untuk memuaskan dirinya.
Perlahan, Ahra melepaskan tangannya sendiri dari kejantanan pria itu, membuat Sehun segera membuka kembali kedua netranya dalam mode waspada—dia cukup yakin kalau dia mungkin akan memaksa Ahra seandainya kekasihnya ini menolak untuk bercinta setelah sejauh ini.
"Boleh aku menyelesaikan mandiku dulu?" Ahra bertanya pelan, dia sepertinya takut menyinggung Sehun melihat bagimana tatapan gadis itu, "setelah itu.. kita bisa.."
Kalimat Ahra tidak selesai, menggantung di udara. Dia sepertinya terlalu malu untuk mengucapkan kalimat yang ada di dalam kepalanya. Sehun hampir melepaskan sebuah gelak tawa kembali melihat bagaimana pipi Ahra kembali bersemu merah.
Gadis itu bahkan masih merasa malu setelah mereka sejauh ini?
"Bercinta?" Sehun meneruskan kalimat Ahra—melengkapi, kalimat Ahra. Dan gadis itu segera bersemu merah kembali karena malu.
"Iya.." Ahra menjawab lambat-lambat tanpa keraguan.
"Dan setelah itu kau akan membiarkanku menggagahi tubuhmu, Ahra?"
Ahra semakin merasa malu.
"Iya.."
Sehun tergelak pelan kembali karenanya. Pria itu kemudian beralih dari Ahra yang ada di hadapannya, tangannya kembali terulur, dan kembali memutar bagian kran shower hingga air di ata kepala mereka kembali mengucur.
Pria itu kemudian melangkah mundur, membuat Ahra memperhatikannya kembali. Sehun bahkan tidak repot-repot untuk menutupi tubuhnya sendiri dan membiarkan Ahra memandangi tubuh kekarnya sepenuhnya. Dengan air yang mengaliri seluruh tubuhnya, dan kejantanannya yang sudah begitu tegak menantang dengan ujung bulatnya yang sudah memerah karena dia begitu bergairah.
"Kalau begitu, aku tidak keberatan untuk membantumu mandi."
***
Ahra memekik pelan saat Sehun melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya sendiri—pria itu segera mengikutinya, naik ke atas tempat tidur, kemudian mengurung Ahra dengan tubuhnya yang jauh lebih besar.
Seluruh tubuh mereka bahkan masih lembab, begitu juga dengan rambut Sehun yang masih setengah basah, meski milik Ahra sudah cukup kering karena dia menghabiskan beberapa saat untuk emngeringkan rambutnya terlebih dahulu—permintaan terakhirnya sebelum mereka melakukan "malam pertama" mereka untuk bercumbu dan bercinta sebagai sepasang kekasih.
Namun, Sehun rupanya sudah tidak sabar karena dia bergegas membawa tubuh mungil Ahra hanya sesaat setelah gadis itu mematikan pengering rambutnya—seolah Sehun merasa takut kalau Ahra akan berubah pikiran. Dan kini, di sinilah mereka, di atas tempat tidur Ahra, telanjang, dan masih bergumul dengan ciuman intens yang begitu bernafsu dan penuh gairah.
Tangan Sehun sudah meraba seluruh tubuh telanjang Ahra, menikmatinya dengan sungguh-sungguh.
Kali ini Ahra sadar—dan Sehun bahkan jauh lebih menyukai fakta itu dari sebelumnya—dari pada setiap kali dia diam-diam menyetubuhi tubuh indahnya saat dia lelap tertidur dan tidak menyadarinya.
Sehun menyukai setiap suara yang Ahra buat, yang Ahra berikan padanya. Dia bahkan semakin merasa bernafsu dari sebelumnya.
Pria itu ebrgegas untuk bergerak turun, ciumannya terus menerus menghujani seluruh tubuh Ahra yang sudah bersemu oleh gairah dan perasaan mendamba. Kepalanya kini mendarat di atas bantal, sesekali mendongak dan tubuhnya menggeliat pada setiap sentuhan yang Sehun berikan pada dirinya.
Seluruh tubuh Ahra terasa sensitif—dia ingin Sehun menyentuhnya, di manapun pria itu inginkan. Ahra ingin merasakan bagaimana telapak tangan Sehun yang sedikit kasar menyentuh kulitnya yang lembut dan hangat, mendamba.
Ahra mengerang kecil kembali—bibirnya terbuka, dan dia segera menunduk saat merasakan Sehun kini sudah sampai di antara kedua kakinya dan memintanya untuk bergerak terbuka. Tatapan pria itu tertuju pada sesuatu di antara kedua kaki Ahra, dan gadi situ bisa melihat bagaimana bibirnya terbuka, membisikkan sebuah umpatan pelan, sebelum dia melirik pada Ahra dengan tatapan tajamnya.
Gadis itu hampir terkesiap kembali—sedikit merasa takut dengan bagaimana cara Sehun menatapnya. Pria itu seolah predator yang tidak sabar untuk menyantap mangsanya sepenuhnya.
Ahra mengerjap, tidak melepaskan tatapannya dari Sehun yang juga balik menatapnya lekat-lekat. Pria itu akhirnya memutuskan untuk kembali mendekati Ahra karena menyadari bagaimana ekspresi gadis itu—Ahra sepertinya terkejut dan takut saat menyadari bagaimana caranya menatap tubuh indahnya.
Ahra tidak bisa menyalahkannya, tentu saja. Dia memiliki tubuh yang begitu indah, dan Sehun begitu tergila-gila padanya. Sehun bahkan berbohong seandainya dia mengatakan kalau dia tidak ingin segera menggagahi tubuh Ahra habis-habisan hingga gadis mungil ini mengerang memohon ampun dan untuk berhenti padanya. Tetapi Sehun masih menahan diri. Dia tidak mau menghancurkan pengalaman ini untuk Ahra.
Bagaimanapun juga, dia begitu mencintai Ahra—meski hanya kata "cinta" saja tidak cukup untuk menggambarkannya. Ahra sudah memnuhi setiap sudut kepalanya, dan Sehun bahkan merasa dia hampir gila. Tetapi Ahra, oh, gadis mungil yang lembut ini tidak bisa melihat—tidak boleh, melihat bagaimana gilanya dia sebenarnya. Sehun harus bermain dengan hati-hati dan membentuk Ahra perlahan sesuai dengan keinginannya.
Untuk menjadi istri mungilnya yang penurut, dan bergantung sepenuhnya pada dirinya. Sehun ingin membuat Ahra tidak dapat hidup tanpa dirinya—tidak membutuhkan orang lain selain dirinya, dan Sehun harus melakukannya dengan hati-hati.
Dengan semua ingatan—dan kesadaran—itu, Sehun kembali melepaskan ciumannya, dia sedikit menunduk seolah ingin memperlihatkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya pada tubuh Ahra.
Saat tatapan Ahra mengikuti milik Sehun, bibirnya segera terbuka kembali menaydari apa yang Sehun lakukan kini—pria itu mulai menyentuh bagian paling sensitif dari tubuhnya. Dengan jemarinya, Sehun mulai menyentuh kewanitaan Ahra yang hangat dan lembut, jemarinya mulai menelusup di antara bibir kewanitaan Ahra yang lembut untuk mengusapnya perlahan, dan Ahra segera melepaskan sebuah erangan tertahan.
Kepala Ahra kembali terlempar ke belakang, dan bibirnya kembali terbuka. Rasanya begitu nikmat.
Dan Sehun semakin menatapnya dengan berbahaya, tidak sabar untuk mendengar bagaimana Ahra akan mengerang, memekik, dan mendesah pelan pada sentuhannya yang lebih jauh.
***
sebelum lanjut scroll, jangan lupa tap bintang🌟 di pojok kiri bawah dulu yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
(Zero) Gravity • osh [ R/18+ ]
Fanfiction[ mature contents ]🔞 adult audience only! [DARK STORY] Ahra memilih untuk tinggal sendiri dan keluar dari rumah orang tuanya segera setelah dia bisa melakukannya. Berpikir bahwa dia akan memulai hidupnya sendiri, tanpa dicampuri orang tuanya yang t...