Bibir Ahra kembali terbuka, dan tatapannya tidak beralih dari Sehun yang sudah kembali mendakti dirinya.
Pria itu menatapnya dengan begitu intens, seolah Ahra adalah santapan besarnya malam ini. Ahra sesaat mencoba untuk menelan air liurnya sendiri, kemudian mengangkat salah satu tangannya untuk menyentuh wajah Sehun yang sudah berada di hadapannya kembali.
Ahra mendekatkan wajahnya, mempertemukan bibirnya kembali dengan milik Sehun, dan mengikuti insting yang membuncah dalam dirinya. Dia merasa takut dan was-was—sepertinya, menurut apa yang Ahra rasakan di dadanya kini, dan mencium Sehun kembali adalah apa yang Ahra rasa bisa sedikit menenangkan dirinya.
Pria itu membalas ciumannya dengan jauh lebih bernafsu kini, membuat Ahra sedikit terkejut bahkan. Saat Sehun mendorong tubuhnya kembali untuk terbaring sepenuhnya di atas tempat tidur, Sehun, yang nafasnya masih tersengal seolah begitu tidak sabar menahan gairahnya, kini bergerak untuk meminta kedua kaki Ahra terbuka lebih lebar. Dia lalu kembali mengalihkan perhatiannya untuk menatap Ahra sepenuhnya sekali lagi, penuh arti, kemudian melepaskan sebuah kekehan tawa pelan yang sedikit mengejutkan Ahra.
"Akhirnya," Sehun berbisik kemudian, hidung bangirnya kembali menyentuh wajah Ahra, dan kedua tangannya mendorong kaki Ahra terbuka semakin lebar lagi dari sebelumnya.
"Aku sudah sangat menunggu saat ini tiba."
Belum sempat Ahra mencerna apa yang Sehun coba katakan padanya, dia segera mengerang kecil denagn terkejut saat merasakan sensasi sesuatu memasuki tubuhnya di bawah sana.
BIbir Ahra terbuka, kemudian dia memejamkan matanya dan gadis itu mendongak—Sehun bahkan tidak menunggunya untuk terbiasa hingga dia menekan dalam-dalam tubuhnya sepenuhnya.
"Ahh—aahhh.."
"Fuck." Sehun mengumpat pelan, kemudian terhenti sesaat untuk kembali mengecupi wajah Ahra. Dia tahu dia seharusnya tidak melakukan ini.
Meski ini sebenarnya bukan yang pertama kali untuk mereka—atau dirinya, sebenarnya, tanpa Ahra menyadarinya—tetap saja, yang Ahra tahu ini adalah kali pertama mereka, dan sepertinya Sehun mengejutkannya dengan apa yang tiba-tiba saja, baru saja dia lakukan.
Nafas Ahra semakin tersengal—dan Sehun segera menyadarinya. Pria itu seger amendekap tubuh Ahra kembali dengan erat, mendekapnya begitu erat dengan begitu posesif seolah tidka ingin melepaskannya sedikit pun.
"Maaf, sayang.. maafkan aku.." Sehun berbisik, kemudian bergerak untuk mengecupi wajah Ahra kembali dengan penuh kelembutan untuk memeprlihatkan penyelasannya—meski, sekali lagi, pria itu sama sekali tidak merasa menyesal saat ini. Tetapi, ah, dia harus tetap bersandiwara di depan Ahra. Dia adalah kekasih yang lembut dan penuh cinta saat ini—meski kenyataannya, Sehun ingin sekali melakukan hal yang sebaliknya—dia ingin sekali segera menggagahi Ahra habis-habisan, tidak akan berhenti meski Ahra memohon—tetapi Sehun masih punya banyak sekali waktu untuk saat itu tiba, jadi, dia akan bertahan sebentar.
"Aku tidak bisa menahan diri, apa aku menyakitimu?" Sehun bertanya kembali di antara kegiatannya, kali ini engangkat kepalanya untuk menatap Ahra dan salah satu tangannya bergerak untuk mengusap rambut Ahra, menyingkirkannya dari wajahnya yang juga sudah basah oleh keringat.
Perlahan, Ahra menggeleng pelan, kemudian dia membuka matanya untuk menatap Sehun, menatap pria itu dengan sepasang alis yang bertaut, dan dia menggigit bibirnya sendiri.
"Aku.." Ahra sempat menghentikan kalimatnya sesaat, menatap Sehun lekat-lekat dengan tatapan sayunya, dan Sehun menahan dirinya mati-matian. "Aku senang karena aku sepenuhnya milikmu sekarang.." gadis itu melanjutkan, sedikit berbisik.
Kalimat Ahra yang terakhir seolah membangkitkan sesuatu dalam diri Sehun—dia yang tadinya menahan diri mati-matian, pertahanannya akhirnya runtuh juga setelah mendengar kalimat Ahra padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Zero) Gravity • osh [ R/18+ ]
Fanfiction[ mature contents ]🔞 adult audience only! [DARK STORY] Ahra memilih untuk tinggal sendiri dan keluar dari rumah orang tuanya segera setelah dia bisa melakukannya. Berpikir bahwa dia akan memulai hidupnya sendiri, tanpa dicampuri orang tuanya yang t...