Masakan mama Sehun, tanpa ragu, adalah yang paling lezat yang pernah Ahra rasakan, dan dia bahkan tidak melebih-lebihkan.
"Kau beruntung karena memiliki mama yang begitu hebat dalam memasak," Ahra berucap, menatap Sehun dan tergelak pelan, "masa kecilmu pasti bahagia sekali."
Sehun yang mendengarnya hanya tersenyum, tanpa berhenti mengunyah makanan di dalam mulutnya. Dia kemudian mengambil satu iris daging kembali, dan meletakkannya kembali di atas mangkuk nasi milik Ahra yang masih setengah penuh. DIbandingkan dirinya, Ahra makan dengan jauh lebih lambat.
"Makanlah lebih banyak lagi, kalau kau mau, nanti aku sampaikan pada mama kalau kau menginginkan resepnya." Sehun cukup mengerti kalau Ahra mungkin tidak merasakan hal itu—mengingat masa kecilnya cukup traumatis karena kecelakaan yang dia alami dan sempat membuatnya kritis dulu. Dari apa yang Sehun dengar, Ahra pernah mengalami cidera kepala yang cukup serius. Itulah mungkin, yang membuat Ahra sama sekali tidak memiliki insting bahwa dia.. berbahaya.
Sehun cukup bersyukur untuk hal itu.
"Ah, tidak. Jangan lakukan itu," Ahra berucap, menggeleng pelan saat dia selesai menelan makanan yang baru saja selesai dia kunyah. "Bukannya resep makanan itu seperti harta karun keluarga? Sepertinya tidak sopan kalau aku memintanya sementara aku hanya orang asing."
"Orang asing apanya? Kau 'kan akan menjadi bagian dari keluargaku juga," Sehun segera berucap, menyela kalimat Ahra dan memperhatikannya lekat-lekat. Pria itu sejenak terkekeh pelan, merasa gemas melihat bagaimana terkejutnya Ahra pada kalimat yang baru saja dia ucapkan. "Menantu mamaku juga sebentar lagi."
"Sehun!" Ahra merengek, kemudian menyembunyikan wajahnya yang sudah kembali memerah dengan salah satu tangannya kembali. "Sudah, ah! Aku ini masih menikmati makan malam. Berhenti menggodaku." Ahra berucap kembali, dengan nada yang sedikit sebal kali ini, meski dia masih mencoba untuk menahan senyuman lebar di wajahnya dan kembali menghindari tatapan pria itu darinya lagi.
"Kau menggemaskan saat malu begitu," Sehun tergelak pelan, "bagaimana aku bisa tahan untuk tidak membuatmu malu, sayang?"
Ahra melepaskan sebuah tawa kecil, kemudian kembali menyuap makanan ke dalam mulutnya dan kembali mengunyahnya perlahan, menatap Sehun kembali kali ini. Di luar masih hujan dan masih begitu dingin, tetapi Ahra bersumpah, dia tidak pernah merasa sehangat ini di dadanya seumur hidupnya.
Sehun benar-benar seorang pria yang sempurna, dan Ahra bersyukur karena memiliki Sehun bersamanya.
***
Setelah mereka selesai dengan kegiatan makan malam, Ahra menawarkan pada Sehun untuk menginap karena hujan rupanya masih deras dan pria itu bilang kalau dia datang ke apartemen Ahra hanya dengan sebuah payung, berjalan kaki menyeberang dari gedung apartemennya.
Sehun tentu segera menyetujuinya—dia bahkan sebenarnya begitu antusias dan begitu merasa senang karena, ya, itu adalah rencananya sejak awal. Dia ingin bermalam di apartemen Ahra karena dia begitu merindukan gadis itu di pelukannya. Tetapi, tentu Sehun harus mencari cara seolah dia tidak terlalu bersemangat dengan ide itu seperti orang mesum.
Saat dia baru saja selesai membereskan kembali meja konter dapur Ahra di mana mereka makan malam, kalimat Ahra yang tiba-tiba semakin membuatnya bersemangat.
"Aku mandi dulu, ya. Tidak akan bisa tidur setelah memasak seperti ini." Dan segera diiyakan oleh Sehun. Dia memiliki rencana.
Ahra segera masuk ke kamarnya kembali untuk mandi—karena tentu saja, dengan ukuran apartemen sekecil ini, kamar mandinya tentu berada di dalam kamar—dan segera masuk ke sana untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah menutup pintu kamar mandi dan menyikat giginya, Ahra segera melucuti satu persatu pakaiannya, melemparkannya ke dalam keranjang kotor, kemudian melangkah ke bawah shower untuk mengguyur tubuhnya yang sudah telanjang dengan air yang untungnya cukup hangat malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Zero) Gravity • osh [ R/18+ ]
Fanfiction[ mature contents ]🔞 adult audience only! [DARK STORY] Ahra memilih untuk tinggal sendiri dan keluar dari rumah orang tuanya segera setelah dia bisa melakukannya. Berpikir bahwa dia akan memulai hidupnya sendiri, tanpa dicampuri orang tuanya yang t...