Part 17 - Wooyoung POV 🔞

374 30 0
                                    

"Sudah bangun?" tanyaku begitu melihat San membuka matanya dan menatap kearahku.

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi dan kami masih terbaring di tempat tidur. 

Sebenarnya, aku sendiri sudah bangun dari satu jam yang lalu. Namun, aku memilih untuk tidak beranjak dari kasur dan menatap wajah San yang masih terlelap.

Jika sedang tertidur, San akan terlihat sangat manis dan menggemaskan. 

Aku menyentuh dahinya. "Syukurlah. Demammu sudah turun." Ucapku sambil tersenyum.

San balas tersenyum. Ia lalu mendekat dan mengecup bibirku singkat.

"San!" aku menepuk lengannya. Kesal karena ia tiba-tiba menciumku. "Aku belum sikat gigi."

"Lalu?" tanyanya tanpa merasa bersalah.

Dengan gerakan cepat, San menindih tubuhku. Ia melumat bibirku dengan paksa. Awalnya aku melawan, namun lama-lama aku menyerah dan membalasnya.

Kami saling melumat sampai hampir kehabisan napas.

Ciuman San merambat ke leherku dan ia memberikan gigitan kecil dileherku.

"San. Aku belum membersihkan diri." tegurku saat Aku merasakan tangannya masuk ke dalam celanaku.

San menghentikan aktivitasnya. Ia menatapku.

"San junior sangat merindukanmu." ucapnya manja. 

Bisa-bisanya ia menjadikan 'junior-nya' sebagai alasan.

"Tapi, ini masih pagi. Aku juga belum membersihkan diri."

"Tidak masalah."

"San."

"Wooyoung." ia merengek manja.

Aku menyerah. 

Tekad San terlalu kuat untuk ku tolak.

Akhirnya kami kembali berciuman, kali ini ciuman kami lebih bernafsu dari sebelumnya. 

Tangan San bergerilya di seluruh tubuhku, dari memainkan putingku sampai merambat ke penisku yang mulai mengeras di balik celana.

San mencium dadaku lalu memainkan putingku dengan lidahnya sambil tangannya melakukan blow job pada penisku.

"Sssaaannn... hmpphhh... ahh..." 

Apa yang dilakukan San pada tubuhku memberikan getaran seperti aliran listrik yang membuatku tidak ingin dia berhenti.

Tubuhku sepertinya merindukan sentuhan San yang sudah cukup lama tidak aku rasakan.

Tanganku juga tidak tinggal diam, aku memasukkan tanganku ke dalam celana San dan memainkan penisnya.

Wajah San menunjukkan kalau ia juga menikmati apa yang aku lakukan pada 'junior-nya'.

San melepaskan ciumannya dan menarik laci nakas di sebelah tempat tidur, tangannya meraba-raba seperti mencari sesuatu namun tidak ia temukan.

"Kenapa?" tanyaku, karena San tampak bingung.

"Kondomnya habis." ucapnya sedih.

Aku bisa melihat kekecewaan di wajahnya. 

Kondom tidak ada, itu artinya kegiatan ini harus dihentikan. Sesuai dengan perjanjian kami.

Setelah berpikir sejenak, aku menarik wajah San dan memberikan ciuman singkat dibibirnya.

"Lakukan saja." perintahku.

"Kau yakin?" tanyanya memastikan.

Aku mengangguk yakin.

"Aku akan membuangnya diluar." ucapnya lalu mengambil pelumas di laci.

Forever: Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang