"Good morning." ucap San sambil melingkarkan tangannya dipinggangku dan bergelayut manja dibahuku.
"Kau sudah bangun?" tanyaku sambil tetap fokus membuat sarapan.
San menganggukkan kepalanya.
"Apa yang sedang kau buat?" tanyanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan mengendus leherku, hobi barunya yang selalu ia lakukan padaku setelah bangun tidur.
"Aku membuat sandwich dan kopi untuk sarapan kita. Duduklah, aku akan menyiapkan sarapanmu." Perintahku.
San memberikan kecupan ringan dipipiku, melepaskan pelukannya lalu beranjak ke meja makan dan duduk manis disana sambil aku menyiapkan sarapan.
Entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasa ada yang berbeda dengan sikap San.
Ia seperti menjinak padaku. Apapun yang aku suruh dan aku perintahkan pasti akan selalu diturutinya tanpa perlawanan seperti awal pertama kami bersama.
"Makanlah." Ucapku setelah selesai menghidangkan sarapan di meja.
San meraih sandwich buatanku dan mengigitkan hingga tersisa setengah. Ia mengunyah sambil menganggukkan kepalanya, tanda kalau ia suka dengan masakanku.
Lima bulan kami bersama, selama itu pula aku mulai mengenal San. Kepribadiannya, kebiasaannya sehari-hari, segala tingkah randomnya, bahkan aku sudah bisa menebak perubahan mood-nya setiap hari.
Awal aku mengenalnya, San itu ibarat sebuah buku yang dibungkus sampul plastik, yang covernya terlihat menarik tapi tidak bisa ditebak apa isinya.
Setelah beberapa bulan mengenalnya, kepribadian San jauh berbeda dari yang aku bayangkan bahkan berbeda dengan San yang kukenal saat masih sekolah dulu.
San yang sekarang adalah San yang perhatian dan penyayang.
Seumur hidupku, aku tidak pernah merasa disayang dan diperhatikan seperti yang dilakukannya padaku, bahkan oleh orang tuaku sekalipun.
Pada awalnya, San memang sangat dingin seperti bongkahan es di kutub utara, tapi lama kelamaan, dia meleleh dan itu membuat hatiku ikut tersentuh.
Hal yang paling tidak terlupakan olehku adalah saat aku sakit karena kelelahan berlatih untuk persiapan comeback, San memaksa untuk membawaku ke Apartmentnya dan merawatku selama 4 hari.
Tentu saja ini semua ada campur tangan Jun yang berkorban untuk berdiskusi dengan Hwanhee hyung dan sedikit menyogoknya agar ia mau memberi ijin padaku untuk keluar dari dorm dengan alibi pulang untuk beristirahat di rumah.
San juga mendatangkan dokter keluarganya untuk memeriksa kondisiku secara rutin setiap hari dan seorang perawat yang selalu standby selama 4 hari untuk mengganti botol infusku.
Ah ya, ia bahkan membuatkanku bubur.
Selama mengenalnya, aku tidak pernah melihatnya menyentuh peralatan di dapur, apalagi memasak. Tapi hari itu dia melakukannya untukku dengan berbekal resep yang ia tonton di youtube.
Yah, hasilnya, jangan ditanya lagi.
Sudah ditebak. Tentu saja tidak enak dan ujungnya ia memesankan makanan di restoran untukku.
"Aku akan kembali ke Dorm hari ini." Ucapku setelah menyeruput kopi hitam.
"Hari ini?" tanya San sedikit terkejut.
"Hm." Aku mengangguk.
"Apa harus hari ini?" tanya lagi memastikan.
"Ya. Aku harus melakukan rekaman untuk lagu baru besok malam, jadi aku harus pulang siang ini untuk istirahat dan latihan sebelum rekaman bersama Yunho dan Wooyoung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever: Say My Name
FanfictionSejak kecil Wooyoung bermimpi untuk menjadi Idol, Ibunya adalah fans grup legenda HOT, hal itu membuatnya sejak lahir terbiasa mendengar lagu-lagu Kpop dan belajar menari saat usianya baru menginjak 7 tahun. Konser Bigbang tahun 2016 yang didatangin...