"Bajingan...." Aku membanting semua barang yang ada di apartmentku.
"Tenanglah San... Belum tentu dia melihat kalian." Jinu Hyung, manager kami, berusaha untuk menenangkanku.
"Tidak hyung, dia pasti melihatnya. Bajingan itu pasti melihatku dan staf wanita itu dengan jelas. Kalau tidak, mana mungkin dia lari setelah menangkap basah kami." bantahku.
"Bukankah aku sudah sering memperingatkanmu... jangan pernah melakukan seks di tempat umum, kau bisa membooking hotel. Kalau sudah terjadi seperti ini, siapa yang rugi?" Kali ini Hongjoong ikut berbicara, ada kilatan amarah di matanya.
"Tapi hyung, aku sudah sering melakukannya dan baik-baik saja..." ujarku membela diri.
"Yang namanya bangkai... mau ditutup serapat apapun pasti akan ketahuan..." timpa Hongjong hyung.
"Sudahlah, kalian berdua tidak perlu bertengkar. Sekarang kita cukup memikirkan caranya agar anak itu menutup mulutnya." Jinu Hyung meleraiku dan Hongjoong hyung.
"Hyung, coba hubungi manager mereka, bicarakan hal ini dengannya..." perintahku.
"Jangan..." sela Hongjong hyung. "Menghubungi managernya hanya membuat masalah semakin melebar. Belum tentu anak itu sudah membuka mulut, 'kan? Lebih baik Jinu hyung menghubungi anak itu terlebih dahulu. Bicarakan dengannya dan membuat kesepakatan. Kalau memang harus, kita bisa menyogoknya dengan sejumlah uang...."
Setelah dipikir-pikir usul Hongjoong hyung ada benarnya juga. Bisa jadi Wooyoung belum membuka mulut, jadi sebaiknya aku langsung membuat kesepakatan dengannya.
Sial!
Kenapa aku harus berhubungan lagi dengan bajingan itu setelah bertahun-tahun?
Seketika aku kembali teringat kejadian masa lalu....
*****
Flashback, 10 tahun yang lalu....
"San, gawat, video kita tersebar." ucap junho sambil menunjukkan video di ponselnya.
Aku cukup terkejut melihat video yang ditunjukkan padaku, didalamnya ada adegan bullying yang aku dan gengku lakukan pada Sian, adik kelas kami.
"Bagaimana ini San? Wajah kita terlihat jelas di video ini!" ucap junho panik.
Tidak hanya Junho, aku juga panik.
Aku tidak takut kalau dikeluarkan dari sekolah, tapi aku lebih takut jika video ini sampai ke tangan ayahku. Bisa-bisa aku dibunuh olehnya.
"Shibal~ siapa yang berani merekam dan menyebarkan video ini?" makiku penuh amarah.
"Siapa lagi kalau bukan Wooyoung?" jawab Namhae, satu-satunya wanita di geng-ku. "Memangnya siapa lagi yang berani melawan kita selain dia?"
"Aku tau dia membenci kita, tapi waktu kejadian ini bertepatan dengan jam les tambahannya. Si kutu buku itu tidak mungkin melewatkan les tambahannya." kali ini Junghwa ikut memberikan pendapat.
"Aku yakin 100% kalau ini ulah Wooyoung." Ucap Namhae yakin. "Dia pasti sengaja bolos les untuk merekam kejadian ini, sekarang siapa lagi yang diuntungkan jika San dikeluarkan dari sekolah? Si kutu buku itu bukan? Dia bisa kembali menjadi juara umum."
Masuk akal.
Aku mulai memikirkan ucapan Namhae barusan, yang menurutku ada benarnya juga.
Ya, walaupun aku berandalan di sekolah, tapi aku selalu menjadi juara umum, dan ranking kedua-nya tidak lain si kutu buku itu.
Kalau aku dikeluarkan, ia pasti bisa tersenyum bahagia karena akhirnya menjadi juara satu.
'Bajingan kecil itu! Aku akan membuat perhitungan dengannya!' batinku.
*Masa Sekarang*
Aku kembali dihantui amarah dari kejadian masa lalu yang terjadi antaraku dan Wooyoung.
Berkat video yang disebarnya itu, aku dikeluarkan dari sekolah dan ayahku memukulku hingga aku nyaris mati. Bahkan bekas pukulannya saat itu masih terukir indah di tubuhku hingga saat ini.
Aku meremas kaleng bir yang sudah tandas.
Dalam hati aku terus bersumpah untuk membalaskan dendamku pada Wooyoung.
Aku akan membuat perhitungan dengannya.
Bajingan itu harus menyesali semua perbuatannya padaku di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever: Say My Name
FanfictionSejak kecil Wooyoung bermimpi untuk menjadi Idol, Ibunya adalah fans grup legenda HOT, hal itu membuatnya sejak lahir terbiasa mendengar lagu-lagu Kpop dan belajar menari saat usianya baru menginjak 7 tahun. Konser Bigbang tahun 2016 yang didatangin...