Part 12 - Wooyoung POV

340 24 1
                                    

Aku terbangun dari tidur lelapku dan mendengar bunyi berisik dari luar kamar. 

Awalnya aku kaget karena merasa tidak familiar dengan ruangan ini, namun aku sadar dimana aku berada saat ini begitu memori tentang malam panas yang kulewati dengan San terputar di kepalaku.

Sekujur tubuhku terasa sakit ketika bergerak, terutama dibagian belakang tubuhku, tepatnya dipantatku. Ah, harus aku akui penis San sangat besar dan terasa sangat sesak saat memaksa masuk ke dalam lubangku. Aku bahkan sempat berpikir kalau lubangku robek karena tidak sanggup menerima penisnya.

Seketika wajahku memanas saat mengingat seks yang kami lakukan semalam. Perasaanku campur aduk saat ini. Perasaan malu, perasaan bersalah dan rasa jijik pada diriku sendiri, semuanya berkumpul menjadi satu.

Dengan sisa tenagaku, aku meraih pakaianku yang berhamburan di lantai lalu memakainya kembali.

Aku mengintip dari balik pintu kamar. Setelah memastikan San tidak ada, aku memberanikan diri untuk berjalan mengendap-endap keluar kamar.

Aku sedang tidak ingin  bertemu San saat ini. 

Tentang perjanjian kami? Akan kupikirkan nanti. Saat ini aku terlalu malu untuk sekedar bertatapan dengannya.

"Kau mau kemana?" Suara San menghentikan langkahku.

Sial. Aku tertangkap basah olehnya.

Aku membalikkan badan kearahnya. 

"Jangan bilang kau ingin kabur?" ucap San sambil menyiapkan sarapan di meja bar.

"Ahh, itu... aku akan kembali ke dorm..." jawabku gugup seperti seseorang yang tertangkap basah sedang mencuri.

"Kemarilah, sarapan dulu." tawarnya.

"Tidak perlu. Aku akan sarapan di dorm..." tolakku halus.

"Kau tidak ingin membahas tentang kesepakatan kita tadi malam?"

"Nanti saja. Aku akan menghubungimu nanti." tolakku lagi.

"Aku hanya punya waktu hari ini atau tidak sama sekali." ucapnya.

Aku menyerah.

Akhirnya aku berjalan kearah meja bar dan duduk berhadapan dengannya.

"Kopi?" San menyodorkan segelas kopi padaku.

"Terima kasih." aku mengambil gelas itu dan menyeruput kopinya.

Ahh, kopinya sangat enak. Kira-kira apa mereknya? Pasti mahal.

"Tentang semalam..." San mulai membuka suara.

Aku terdiam. Menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya.

"Apa aku menyakitimu?" tanyanya dengan nada suara rendah.

"Maksudmu?" aku menatapnya bingung.

"Itu... apa aku membuatmu lubangmu sakit?"

Pertanyaan San barusan berhasil membuatku tersendak roti yang sedang ku makan.

"Aku membacanya, katanya itu akan sangat sakit jika kau baru pertama kali melakukannya." lanjutnya.

Ahh, Choi San, kenapa dia sama sekali tidak malu mengatakan hal intim seperti ini? Dan kenapa harus pada saat sarapan?

Aku sampai tidak bisa menelan roti yang sedang kumakan.

"Sedikit..." jawabku malu-malu.

San tersenyum kikuk. "Aku tau, wanita yang pernah tidur denganku selalu mengatakan kalau penisku terlalu besar dari ukuran pada umumnya, dan mereka sering kesakitan saat melakukan seks denganku... aku hanya khawatir kalau kau...."

Forever: Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang