Dua

727 36 0
                                    

Ketika akhirnya Rea turun dengan dandanannya yang paling rapi dengan menggunakan dress batik selutut yang merupakan satu-satunya dress yang ia miliki dan rambut yang terurai dan hanya dihiasi jepitan rambut berbentuk bunga, keluarga besarnya dan keluarga Om Jaya yang terdiri dari Om Jaya, lalaki paruh baya berbadan tambun dengan kepala botak dan berwajah jenaka yang Rea kenal lewat kunjungannya di kantor papanya bertahun-tahun lalu, Tante Ratih, wanita paruh baya berwajah keibuan yang begitu ramah yang merupakan istri Om Jaya dan seorang pemuda yang tampak begitu angkuh. Meski melalui penilaian sekilasnya, Rea langsung memberi nilai tujuh pada pemuda itu, tentu saja penilaian itu minus dengan sikapnya yang terkesan dingin dan angkuh.

"Selamat malam om, tante," sapa Rea sopan yang langsung disambut senyuman serta anggukan dari Om Jaya serta Tante Ratih.

"Rea kecil sekarang sudah dewasa, ya" komentar Tante Ratih sambil tersenyum lembut saat Rea duduk disebelah mamanya. "Cantik lagi, ya kan Ata?" tambah Tante Ratih seraya melirik putranya yang sedari tadi diam. Ata? Demi Tuhan! Lelaki sedingin dan seangkuh itu bernama Ata? Rea mati-matian menahan tawanya, benar-benar tidak sesuai rasanya jika lelaki sedingin dan seangkuh itu memiliki nama yang begitu imut.

Pemuda yang dipanggil Ata itu mengangguk kaku sebelum mendengus sebal ketika ia pikir tak ada yang melihatnya meski mata tajam Rea yang kini berubah geli tak pernah lepas dari pemuda itu, menilai pemuda yang merupakan pilihan orang tuanya.

"Oh ya, kenalkan ini putra om dan tante satu-satunya, Ata," ujar Om Jaya.

Demi kesopanan, Rea mengulurkan tangannya ke arah Ata yang langsung disambut oleh pemuda itu.

"Rea"

"Barata"

Setelah perkenalan canggung dan minim kata-kata itu, kedua orangtua Rea dan Ata, panggilan akrab Barata langsung membicarakan tentang pernikahan meski nyata-nyatanya kedua orang yang akan dinikahkan baru saja saling mengenal. Sementara kedua orang yang seharusnya antusias tentang rencana pernikahan mereka hanya diam dan tampak sama sekali tidak berminat. Baik Ata maupun Rea, kedua orang dewasa itu sama-sama memilih diam dan hanya menjawab pertanyaan kedua orang tua mereka disaat-saat yang tepat. Akhirnya, setelah melewati perbincangan yang cukup panjang dan menguji kesabaran Ata juga Rea, kedua orang tua yang sama sekali tidak memahami perasaan anak-anaknya itu memutuskan untuk mengadakan pernikahan kedua anak mereka enam bulan dari sekarang yang langsung disambut senyuman yang nyaris mirip seringaian oleh Ata dan juga Rea.

*

Usai acara lamaran itu, tanpa menunggu kakak-kakaknya pulang, Rea langsung kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri didalam kamarnya lagi. Ia lelah setengah mati. Lelah berpura-pura baik-baik saja, lelah berpura-pura tampak senang. Satu-satunya yang diinginkan Rea saat ini hanyalah tidur.

Rea mulai mengganti pakaiannya dengan baby doll lusuh kesayangannya dan hendak menguncir rambutnya asal-asalan saat smartphone-nya memekik, menandakan sebuah BBM baru saja masuk. Dengan enggan Rea meraih smartphone-nya yang sedari tadi ia letakkan di nakas disamping tempat tidurnya dan membaca sebuah BBM yang baru saja masuk.

Kenapa telponku tidak diangkat?

Segera setelah membaca BBM itu Rea memeriksa catatan panggilan masuk. Ternyata benar saja ada tiga missedcall. Tanpa membalas BBM ataupun menelpon balik seseorang yang di kontak smartphone-nya bernama sweetheart itu, Rea mematikan smartphone-nya dan langsung bergelung di tempat tidurnya tanpa mengikat rambutnya seperti yang ia rencakanan tadi. Saat ini yang diinginkannya hanyalah tidur tanpa gangguan dari siapapun.

*

Dengan mulus Rea memarkir Nissan March-nya di satu-satunya tempat pakir yang tersisa di lantai tiga pakiran salah satu mall yang cukup besar dikotanya. Siang ini ia ada janji makan dengan Helen, sahabatnya semenjak kuliah. Meski sejak lulus kuliah beberapa tahun yang lalu, mereka sudah tidak lagi selalu bersama, tapi hubungan Rea dan Helen masih cukup dekat. Secara berkala sepasang sahabat itu selalu menyempatkan waktu mereka untuk bertemu, entah untuk makan siang bersama atau terkadang sekedar belanja dan nongkrong bersama. Dan di kesempatan langka yang lain, biasanya Helen akan muncul didepan rumah Rea dengan berurai air mata tiap kali ia bertengkar dengan suaminya yang menurut Rea nyaris sempurna itu.

Her MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang