Di sisi yang lain.

62 5 3
                                    


Kohane tengah duduk menunggu di sebuah bangku yang berada di sekitar jalan sebelum mengarah tepat ke bangunan yang bernama toilet itu. Dia  memangku barangnya serta barang milik Toya, memainkan jari-jemarinya sambil menunggu, terlihat ekspresi khawatir di wajahnya.

"A-Azusawa..?"

"Aoyagi-kun!" Kohane segera berdiri ketika melihat sosok yang ia tunggu-tunggu daritadi.

"Apa kau sudah merasa enakan?"

Dengan wajah yang kaku itu, jawabannya adalah anggukan dengan seulas senyum kikuk. Kohane sadar itu jawaban yang sangat tidak meyakinkan. Namun dia mengurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut.

"Apakah aku membuatmu menunggu lama, Azusawa?"

"Tidak kok, aku sekalian beli ini dan itu tadi, kalau sudah enakan kau bisa mengisi perutmu lagi."

Kohane menyuguhkan sepotong roti dan air mineral, itu diterima dengan baik oleh penerima, mereka sama-sama duduk di bangku itu. Toya sebenarnya sudah merasa lebih baik, tapi apa yang membuatnya kepikiran adalah fakta bahwa dia membuat ini menjadi kejadian yang tidak mengenakkan untuk Kohane.

"Maafkan aku, aku sungguh telah merepotkanmu."

"Tidak! sama sekali tidak. Jangan bicara begitu Aoyagi-kun, ini sama sekali bukan apa-apa!" balasnya, matanya berbinar berusaha meyakinkan kalau dia tidak kerepotan sama sekali.

Ah Kohane... andai kamu tau, wajahmu sekarang membuat Toya tak bisa berkata-kata. Kalau ingin bertanya apa alasan Toya bisa jatuh hati padanya, jawabannya cukup simpel. Gadis itu...kita bisa tahu apa yang ia pikirkan dari ekspresi dan gesturnya, Toya iri padanya, baginya sulit sekali untuk mengekspresikan perasaannya, karena kejadian kejadian yang ia alami di masa kecil. Sampai rasa iri itu berubah menjadi rasa kagum dan entah bagaimana berakhir seperti ini. Ah- tanpa gertakan Akito waktu itu, mungkin Toya masih tidak begitu yakin dengan perasaannya.

"Aoyagi-kun? tolong jangan merasa terbebani, buatku tidak apa-apa kok, kita kan tidak tau akan jadi seperti ini." Melihat Toya yang daritadi diam, Kohane mencoba meyakinkannya lagi, meskipun ia sendiri merasa sedikit canggung.

"Terimakasih, Azusawa."

di sela-sela pembicaraan penuh haru itu, ponsel Toya yang berada di pangkuan Kohane berdering.

"Ah, Aoyagi-kun, ponselmu." Kohane mengembalikan telepon genggam itu kepada pemiliknya.

Segera setelah itu Toya mengangkat teleponnya.

'Oh, Ya, maaf untuk yg sebelumnya.'

'E-eh, apa?'

"Azusawa, maaf aku permisi sebentar..." Kohane mengangguk.

Kohane sebenarnya sempat melihat nama kontak orang yang menelpon, Akito, entah kenapa sepertinya ada sesuatu di antara mereka yang tidak boleh ia dengar.

"Apa maksudmu, Akito?"

"Apalagi? nikmatilah waktumu dengan Kohane saat ini."

"Tapi itu- Kalian melihat kami sekarang ya? Di mana kalian?"

"Tidak perlu tau, aku dan An akan segera pergi, dari sini kalian kelihatan mesra sekali, lagipula kau kan jarang bisa berduaan dengan Kohane begitu."

"Ah- tapi..kami kan menunggu kalian, aku harus bilang apa pada Azusawa, kalau kalian tiba-tiba pergi?"

"Wah apa ya, aku juga bilang padanya akan menyusulnya tadi.. O-oii-"

drrk- grrsk-

"Toya!"

"S-shiraishi?"

"Bilang saja pada Kohanee, aku dan Akito tampaknya tersesat dan memutar jauh dari tempat kalian sekarang, kalian pulang duluan saja, bilang kalau kondisimu masih tidak oke."

"A-ah, begitu ya, itu bukan ide yang buruk."

"Hey!! sini! uhh- Toya maafkan aku, si An itu dia jadi tau tentang perasaanmu. Haah-"

"Tidak apa, aku merasa dia memang akan mengetahuinya cepat atau lambat, lagipula aku cukup senang, teman dekatnya Azusawa mendukungku bukankah itu bagus?"

"Ha-haha..kurasa begitu. Ya baiklah, kita lakukan seperti yang orang itu katakan."

"Selamat menikmati waktumu dengan Kohane, tolong antarkan dia pulang dengan selamat, katanya."

"Terimakasih, kau juga, kuharap kau menikmati waktumu dengan Shiraishi, Akito."

Niit-

"Maaf membuatmu menunggu, Azusawa." Toya kembali setelah menutup telfonnya.

Kohane menggeleng perlahan. "Apakah itu pembicaraan yang serius?"

"Oh tidak...ini-"

'Bagaimana cara bilang padanya ya?'

"Akito yang menelfon, dia bilang sepertinya mereka tersesat dalam perjalanan kemari, mereka menyuruh kita kembali duluan, kalau-kalau aku masih merasa tidak sehat."

"Ah- lalu bagaimana? Haruskah kita kembali duluan saja?"

Toya sedikit terkejut, ternyata Kohane menerimanya begitu saja.

"Eh, kau tidak apa kalau seperti itu? Azusawa?"

"Emm, aku rasa ini yang terbaik juga, agar Aoyagi-kun bisa lebih cepat beristirahat." Gadis itu tersenyum.

"Ah, tolong jangan meminta maaf Aoyagi-kun, aku sama sekali tidak keberatan dengan ini." lanjutnya. Seakan Kohane tau bahwa Toya akan meminta maaf lagi padanya. Dan itu memang benar.

Toya terkekeh, "Baiklah, tapi aku yang akan mengantarmu pulang."

"Eh- apa? tidak perlu seperti itu, yang harus segera pulang beristirahat kan Aoyagi-kun."

"Hm? Oh, aku cukup yakin sambil berjalan bersamamu, aku akan merasa lebih baik."

Wah.. Toya sendiri tidak menyangka dia akan mengatakan hal seperti itu.

"M-Maksudku, seiring perjalanan aku pasti akan baik-baik saja.. Maaf membuatnya terdengar aneh. " Toya buru-buru menjelaskan.

"A-ah iya, aku mengerti kok." Kohane bisa merasakan suhu wajahnya yang naik tiba-tiba.

'Iya, tentu saja begitu maksud Aoyagi-kun, kan? aku ini berpikir apa...'

'Kenapa aku bicara seperti itu pada Azusawa...'

Tampaknya perjalanan pulang mereka akan diliputi kecanggungan untuk sesaat:)

.
.
.
.

You're wrong. [Akian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang