Kamu salah.

24 8 0
                                    

Tepat setelah Kohane mengirimkan lokasinya pada Akito, mereka segera bergegas menuju kesana.

"Seharusnya di sekitar sini..." ujar Akito sembari berulang kali memeriksa map yang ada di ponselnya.

"Hey Akito, bukankah itu mereka?" manik mata Amber-nya menangkap kehadiran kedua sosok yang mereka cari sedari tadi. Terlihat Toya baru saja menghampiri Kohane yang sedang duduk sendirian di bangku sana.

"Kohaa- " Baru saja An ingin menyeru mereka, namun orang disampingnya ini menginterupsi.

"Ssstt, An sebentar-"

"Eh? kenapa?" tanyanya kebingungan.

"Hanya- Tunggu dulu sebentar." Akito berpindah ke tempat yang cukup tersembunyi dari pandangan Toya dan Kohane.

An masih menatap heran Akito. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan pemuda ini sekarang?

"Sini."

Meski kesal dan heran begitu, An tetap mencoba menurut.

"Kau kenapa lagi sih?"

Yang ditanya tidak menjawab, malah sepertinya ia hanya terfokus pada pemandangan langka yang ada didepannya, Kohane dan Toya. An yang melihatnya jadi ikut memperhatikan mereka, ia berusaha mencari tahu, apa yang membuat Akito menahan diri disini. Setelah memperhatikan Kohane dan Toya sebentar, tampaknya An dapat mengerti maksud pemuda disampingnya ini. Sedangkan Akito, ia sibuk berpikir, bagaimana cara agar momen ini bisa berlangsung lebih lama.

"Sejak kapan?" An tiba-tiba bersuara.

"Hah? Apa maksudnya itu?"

"Toya, dia...menyukai Kohane ya?"

"Itu..." Akito akhirnya tersadar, dengan ia menahan mereka disini sama saja seperti ia memberitahu bahwa ada sesuatu dengan dua orang itu, atau lebih tepatnya dengan Toya.

"Payah, kau harusnya memberitahuku lebih awal tau." ujarnya.

sesaat mereka berdua terdiam.

"Kalau begitu ayo tinggalkan mereka berdua."

Akito sedikit terkejut, karena memang itu yang ingin ia lakukan sedari tadi. An menatap ponsel yang masih berada di genggaman Akito.

"cepat, telfon mereka."

◇◆◇

Toya dan Kohane beranjak dari bangku mereka, mulai berjalan menuju gerbang keluar, terlihat mereka masih berbincang-bincang sambil berjalan.

"fiuuh~ tampaknya rencananya sukses!" ucap An bangga.

Akito ikut senang dengan itu, tidak dapat dipungkiri ia terbantu oleh An. "Lalu apa? Kau mau pulang sekarang?" tanyanya.

"Ya, ayo pulang, hari ini melelahkan."

Sudah terlalu gelap untuk dikatakan senja, Matahari sekarang sudah tidak menampakkan dirinya, kini bulan mulai perlahan terlihat dengan jelas, mereka berdua berjalan beriringan, menuju ke cafe dengan banyak kenangan itu, Weekend Garage. Sejauh ini mereka hanya berjalan tanpa banyak bicara, setidaknya begitu sampai An memulainya.

"Oi, Akito." Akito menoleh, menunggu apa yang akan dikatakan lawan bicaranya sekarang.

"Jadi kau betulan tidak menyukai Kohane ya..."

Akito balik menatap heran gadis ini. "Kau bodoh ya, An Shiraishi? Kau serius membicarakan hal itu lagi?" Dia membuang nafasnya kasar.

"Sebenarnya kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

"Hah? kau serius bertanya tentang itu?"

Oh ayolah, sekarang mereka seperti membolak-balikan pertanyaan satu sama lain.

"Apa? Memangnya ada yang salah?"

"Hah! Kau ini benar-benar tidak sadar ya? minggu-minggu terakhir ini kau selalu bertanya tentang Kohane, kau tiba-tiba menjadi penasaran tentang hal-hal yang dia sukai, berkata kau ingin lebih mengenalnya, bahkan kau tertarik mengenai seperti apa tipenya. Apa ada yang salah jika aku sampai pada kesimpulan bahwa kau menyukainya?!"

Akito sedikit tertegun dengan kata-kata yang terlontar dari mulut gadis ini. Benar, tidak heran jika An sampai pada pemikiran seperti itu, Akito selama ini tidak sadar, karena ia hanya berpikir bagaimana agar perasaan temannya itu tidak ketahuan sebelum waktunya. Tapi entah kenapa rasanya sekarang An menatapnya terlalu lekat, itu membuatnya sedikit canggung.

"Ya, ya, baiklah. Aku akui aku membuatnya terlihat begitu. Percayalah aku hanya ingin membantu Toya tanpa membuatnya tidak nyaman, aku pikir dia ingin memberitahukannya sendiri nanti."

An menghela nafas panjang, "Dasar kalian ini, kita kan teman satu tim, cobalah lebih terbuka sedikit."

"Kau tau kan, aneh membicarakan hal begini dengan orang yang bersangkutan?"

"Oh! Benar juga ya!"

"Ck, yang benar saja kau ini."

An tertawa lepas, "Ngomong-ngomong Akito, bagaimana denganmu?"

Akito mengerutkan dahinya.

"Kau tidak punya orang yang kau sukai? biarkan aku membantumu kalau ada." ledeknya sambil menyikut Akito.

"Halah, kau yang tadi saja salah tanggap, mana bisa membantuku."

"Ey, apa maksudmu?! Yang tadi itu kan- Tunggu- jadi benar ada??" Mata An membulat tidak percaya.

Akito tidak menjawab.

"Kau buruk dalam menyembunyikan sesuatu tau."

"Apapun itu, aku tak sudi dibantu olehmu. "

"Oh ayolah, tidak usah malu-malu~ Siapa gadis yang tidak beruntung ini?"

"Ck. Apa maksudnya itu? hentikan."

"Fufufu, kau tau? aku kira kau benar-benar menyukai Kohane, aku berpikir tampaknya menyenangkan melihatmu canggung dengan seseorang."

"Tidak usah mengungkit hal itu lagi. Kohane itu bukan tipeku."

"Wah, jahatnya. Aku jadi penasaran tipemu seperti apa memangnya, gadis selucu dan sebaik Kohane kau bilang begitu."

"Aku tidak pernah bilang anak itu tidak baik?"

"Ya, ya, ya..sejak kapan kau suka dengan orang itu? sepertinya kau terlihat biasa saja selama ini. Kau bahkan terlalu fokus pada latihan, tepatnya kita semua, aku sampai tidak sadar dengan Toya."

"Sudah lama."

"Benarkah? kau tidak membuat kemajuan ya? bisa-bisa gadis itu sudah bersama orang lain.."

"Pfft- gadis itu? dia benar-benar bodoh sekali, aku tidak yakin dia tertarik pada hal seperti itu."

"Hey, memangnya begitu cara kau membicarakan orang yang kau sukai?"

An terheran-heran. Dia berpikir siapapun gadis yang disukai orang ini, lebih baik tidak bersamanya, orang ini sungguh menyebalkan.

"Itu kau."

"Hah?"

"Gadis bodoh itu kau."

.
.
.
.

🏃‍♀️🏃‍♀️

You're wrong. [Akian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang