Bab XIX

302 28 13
                                    

keesokan harinya, seperti biasa, yang bangun duluan adalah iofi, iofi hanya bangun lalu melihat jam, "oh, masih jam tujuh. masih lama buat ketemuan." ucapnya. iapun turun dari kasur dan langsung menuju ke dapur, ia melihat isi kulkas reine dan anya, hanya ada bumbu nasi goreng dan sosis, jadi ia membuat nasi goreng pada pagi hari itu.

dikarenakan wangi masakan yang terlalu harum, membuat moona terbangun, sayangnya... kakinya masih sedikit sakit. ia hanya bisa berjalan pelan pelan dan menemui orang kesayangannya itu.

"yopi... lapaaar..." ucapnya sambil memeluk iofi dari belakang.

"eh, sayang? udah bisa jalan?"

"udah... tapi masih sakit... cuma bisa jalan pelan pelan, kayak orang pincang, huhu~"

"maaf ya, aku bener bener terlalu kasar ya? maaf."

"gapapa, selesaikan dulu itu masakanmu, aku udah lapaar..."

"haha, iya bayi gede."

tidak lama setelah perbincangan mereka berdua, datanglah reine dari arah pintu kamar.

"hey, masak apa?" tanyanya.

"oh rei, nasi goreng nih. mau makan? bangunin anya gih, bocahnya udah bangun belum?"

"belum, kayaknya masih ngantuk, aku tinggalin aja dulu."

"hmm, si anya udah bisa jalan belum? moona udah bisa jalan dikit dikit."

"ooh! yang jadi top kamu yop? pantes suaranya bukan kayak kamu!"

"lah... baru sadar anaknya." ucap moona sambil menghela nafas.

mereka bertiga tertawa bersama sama, lalu datang anya dari arah pintu kamar karena berisik dari dapur.

"hey... hooamm..." ucapnya yang datang dari arah pintu kamar.

"hey! udah bisa jalan tuh, masih sakit nggak nya?"

"masih, gapapa kok, nanti ku kasih salep deh."

"mau aku bantu nggak?" tanya reine.

"nggak." jawabnya singkat padat dan jelas.

"yah... bocahnya masih marah tuh rei"

"sayang... maafffff, jangan marah sama akuu, yaa??" ucap reine sambil memeluk tunangannya yang kecil itu.

"beliin aku keris baru aku maafin."

"iyaaa, nanti aku beliin, tapi jangan marah yaa?"

"iya sayangg." ucap anya menyubit pipi reine karna gemas.

"hehehe..."

"dah, makan yuk? si moona dari tadi keliatan laper bener tuh."

"iya ayok makaaan, aku lapaar..."

"iya... ayok makan terus mandi ya? kita ketemuan jam 9.30..."

"eh iya, aku sampai lupa ada jadwal ketemuan astagaa, ayok makan!" ucap reine yang panik.

"masih jam 8 elah, santai aja."

"iya iya, buset dah."

merekapun makan bersama... dikarenakan kota yang 'hampir' hancur total, bantuan dari pusat baru akan datang jam 12 siang, memeriksa kota apakah ada yang tertindih atau tidak. sebenarnya iofi dari kemarin sangat khawatir dengan ayahnya, tapi karna moona selalu menenangkannya, dia jadi agak sedikit tenang dan percaya kepada ayahnya itu.

mereka pun bersiap siap untuk pergi menemui teman temannya itu, merekapun berangkat memakai mobil dan sampai di sebuah... gedung? yang berisi dengan restourant dan sebuah ruang untuk berlatih. mungkin karna mereka mau jalan jalan sekaligus latihan.

"kita nyampe paling pertama kah?" tanya iofi.

"iya, gaada tanda tanda orang yang kita kenal." ucap reine.

"oy!"

terdengar suara panggilan dari belakang ternyata itu adalah kobo dan ollie.

"ey, kalian nggak bareng kah sama yang lain?" tanya iofi.

"nggak, kayaknya bakal telat dikit deh, ayok masuk dulu."

"oke deh."

merekapun menunggu, selang 10 menit, akhirnya mereka pun datang, membawa berita bahwa penduduk sekitar sudah di evakuasi. syukurlah, ucap mereka semua.

"terus? yang evakuasi ke tanah gimana? udah bisa dikasih sinyal belum?" tanya moona.

"katanya sih udah bisa ya, tapi nggak tau..." ucap risu yang membuat nada khawatir.

mendengar itupun iofi cemas, tetapi tak lama setelah itu... ada panggilan telfon di hp iofi yaitu nomer tidak dikenal. ia pun menangkat nomer itu.

"halo? dengan siapa?"

"ah... sayang... untunglah, gimana dengan ibumu itu? kau baik baik saja kan?"

"ayah...! untunglah... apakah evakuasi disana lancar?"

"lancar sayang... ini ayah bareng dengan mertuamu. untunglah dievakuasi dengan sangat aman. moona nggak apa apa kan?"

"syukurlah yah... moona nggak apa apa, gimana dengan ayah?"

"ayah baik baik aja... lalu, bagaimana dengan kondisi ibumu nak...?"

"dia sudah tiada... maafkan aku, ayah. kami tidak sempat untuk menyegelnya."

"nggak apa. yang penting putri kecil ayah selamat... sudah ya, kami sudah ingin keluar dari dalam tanah, sudah dulu."

"iya ayah... hati hati."

*tut* bunyi telefon berakhir.

"gimana sayang? lancar?"

"lancar moon, ada ayah kamu juga."

"baguslah kalau kayak gitu... ayo balik ke dalem, kita mau makan lalu berlatih."

"okee~"

merekapun menghabiskan waktu mereka di dalam gedung itu, sampai sore... dikarenakan besok sekolah, jadi... mereka tidak bisa main terlalu larut malam.

iofi moona reine dan anya pun pulang ke rumah, dikarenakan iofi dan moona yang seragamnya hangus, mereka tidak sekolah dulu besok. mereka berempat pun tidur dengan pulas.

- to be continued -

halo ges, maaf kalau kalian kangen dengan author, karna memang author ngangenin😎, maaf 1 minggu ini hilang, karna author lupa punya wattpad. (tolol emang) yaudah yah, mau turu.

oh iya, makasih buat 300 votenya yah! kawal sampai 1000, ehe~

VOTEEEEEE🫵🫵🫵🫵🫵

keep happy reading readers readers kuw~❣️

Blind Loves• [VOL 1] • (ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang