7 - Past

2 3 0
                                    

Setelah mendapatkan pesan dari Celly, Rezga tak bisa kembali tidur karena terus memikirkan kedua gadis itu. Saat ini dirinya sudah berada di kelas karena datang lebih awal dari pada terus di rumah, hanya membuat pikirannya kacau.

Satu persatu temannya datang, tapi pemuda itu masih gusar karena belum mendapati kehadiran Devia. Hingga akhirnya, setelah lima belas menit gadis itu pun datang dengan lemas seperti kurang tidur, sama seperti dirinya.

Devia hanya tertunduk sambil berjalan menuju tempat duduknya. Begitu gadis itu duduk, kepalanya langsung diletakkan di atas meja dengan tangan yang menjadi bantalannya. Tanpa menunggu waktu, Rezga langsung mendekatinya dengan duduk di bangku depannya.

"Hei, bagaimana kondisimu?" tanya pemuda itu cemas.

Devia mengangkat kepalanya, tampak jelas lingkaran hitam di sekitar matanya. "Apa Celly memberi tahumu?"

Rezga mengangguk cepat dengan tatapan penasaran, tapi begitu mendengar jawaban pemuda itu, Devia malah menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya.

"Ada apa?" tanya Rezga bingung.

"Padahal, aku sudah melarangnya memberi tahumu. Gadis itu benar-benar!" rutuk Devia.

"Lalu, apa kalian baik-baik saja?" tanya pemuda itu, lagi.

Mendengar pertanyaan Rezga, gadis itu malah melayangkan tatapan tajam bak belati. "Apa kamu tidak melihat lingkaran hitam ini? Apa kamu tidak melihat tubuhku yang lemas ini? Dasar tidak peka!"

Pemuda itu meringis karena mendapatkan omelan atas pertanyaannya. "Aku tahu kondisimu, tapi bagaimana dengan sosok itu? Sampai jam berapa dia berjaga di depan rumahmu? Apa kalian melakukan yang kusarankan?"

Devia yang mendengar pertanyaan itu langsung tediam dan menatap Rezga dalam, seakan mencari sesuatu di balik mata dan pikiran pemuda di hadapannya itu. "Apa kau tahu sesuatu?"

Kali ini Rezga yang terdiam. Sekali pun ia jujur, gadis itu pasti tidak akan memercayainya atau bahkan menganggapnya 'gila'.

"Namun, ini bukan pertama kalinya aku mengalami hal ini," ujar Devia membuat Rezga bingung.

"Maksudmu, kamu pernah mengalami hal ini sebelumnya?" tanya pemuda itu memastikan.

Devia mengangguk dan menatap Rezga cukup lama. "Aku pernah mengalami ini ketika menginap di rumah oma dan opaku, dulu. Mereka melakukan hal yang sama seperti Celly semalam, menyalakan seluruh lampu rumah, mengunci pintu dan jendela dengan rapat, barkan bawang putih dan garam di sekitar kita, lalu tetaplah bersama."

Rezga terdiam mendengarnya, tapi menurutnya ini hal biasa karena siapa pun akan melakukan hal yang sama jika mengalaminya.

"Kata mereka, hal yang dilakukan itu memang lumrah, tapi kenapa sosok yang kulihat semalam sama dengan sosok saat itu?" tanya Devia.

Pertanyaan gadis itu membuat Rezga tersentak. "Kapan hal itu terjadi?"

Devia berpikir sebentar, berusaha mengingat kejadian tersebut. "Sepertinya sepuluh tahun lalu, saat aku berusia dua puluh tahun."

Ketika keduanya sedang asyik berbincang, jam kelas pun tiba dan mereka kembali ke tempat duduk masing-masing karena dosen sudah datang.

Sepanjang kelas, Rezga sama sekali tidak bisa konsentrasi karena terus memikirkan ucapan Devia. Hal yang menimpa keluarga gadis itu terjadi pada 10 tahun lalu, bersamaan dengan dirinya yang mulai diganggu suara, bayangan, dan sosok misterius.

Rezga tak bisa mengaitkan masalah oranglain dengan masalahnya, apa lagi ia tidak mengenal keluarga Devia. Namun, jika gadis itu mengatakan bahwa apa yang terjadi padanya semalam bukanlah kali pertama, maka pasti ada kejadian besar pada 10 tahun lalu.

Dark Moon (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang