19 - Full of Pain

3 1 0
                                    

Ketika nama sang ayah disebut, Devia langsung terpaku dan membisu. Tak ada kata yang terucap, hanya rasa terkejut yang tak ada batasnya. Dirinya tahu apa yang pernah terjadi pada keluarganya, tanpa sengaja kala sang ibu berdebat dengan sang ayah.

"Jika kamu tidak melakukan hal itu, anak kita pasti masih hidup!"

"Aku melakukan itu demi kebahagiaanmu dan anak-anak kita!"

"Bahagia dari mana? Deano yang tidak berdosa harus mengorbankan nyawanya karenamu! Lebih baik kita berpisah!"

Dulu, gadis itu tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sang ibu, tetapi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Arsen, akhirnya ia memahaminya.

Air mata itu menetes tanpa disadari, Celly, Alben, dan Rezga hanya bisa menatap gadis itu lirih. Sepupunya itu tak pernah tahu apa yang terjadi pada keluarga besar mereka karena sejak kecil orang tua memisahkan diri dari keluarganya.

"Ayahmu tidak suka dengan keberhasilan Tommy, dia berusaha untuk membuat adiknya itu menderita karena merasa tak diperlakukan dengan adil."

Penjelasan Arsen semakin membuat Devia terpukul.

"Ibumu datang bersama kakek dan nenekmu, dia berusaha menyelamatkan mertuanya, tetapi tak sadar bahwa anaknya yang menjadi korban dari sosok jahat yang mengikuti kalian sampai ke sini," lanjut Dya.

"Kami pun mengalami hal buruk, setelah menyelamatkan keluargamu. Bahkan, itu pula yang menyebabkan Darez meninggalkan rumah karena merasa takut dan khawatir setiap malam," timpal Arsen.

Celly mengusap punggung sepupunya itu dengan lembut, ia tak bisa marah pada Devia yang kala itu masih terlalu kecil dan tak mengetahui apa-apa, sama seperti dirinya. Ketika sang kakak meninggal pun, dirinya hanya bisa menangis di pangkuan sang ibu yang begitu terpuruk.

"Tapi, mengapa di mimpi itu seakan aku yang terjebak?" tanya Devia.

"Itu karena sosok tersebut menganggap semua ini belum selesai dan dia meminta janji ayahmu, janji terakhir."

Jawaban Arsen membuat keempat muda-mudi tersebut terbelalak, mengerti apa yang dimaksud dari perkataan tersebut.

"Apa ini tidak bisa diakhiri?" tanya Celly dengan mata berkaca.

Lama Arsen dan Dya diam, sampai akhirnya keduanya menghela napas berat.

"Bisa, tapi apa yang kalian dapatkan akan hilang. Namun, itu bukan hal mudah karena banyak yang harus dikorbankan," jelas Dya.

Devia menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas dan sanggup mendengar kenyataan yang begitu menyakitkan tersebut.

"Kami sudah berusaha untuk membuang jauh sosok itu, tetapi sayangnya dia berhasil kembali," jelas Arsen.

"Pantas saja, Ibu merasa ada energi negatif ketika yang cukup kuat saat kalian datang," ungkap Dya.

Rezga mengusap wajahnya kasar, ia tak menyangka bahwa pelariannya selama ini ternyata malah membawanya pada sebab utama keterpurukannya.

"Ada satu hal yang ingin kutanyakan pada Ibu dan Ayah," ucap Alben seketika.

"Apa itu?" tanya Arsen dan Dya bersamaan.

"Ada sosok lain yang sebelumnya mengikuti Rezga, bahkan dia menjaga Rezga. Ketika aku hendak berkomunikasi dengannya, sosok itu menolak dengan keras. Apa Ibu dan Ayah tahu sosok itu?" tanya Alben.

Dya dan Arsen saling bertatapan, kemudian tertunduk.

"Ada apa, Yah, Bu?" tanya Rezga bingung.

"Apa kamu yakin ingin mengetahuinya?" Pertanyaan Arsen semakin membuat Rezga dan yang lain penasaran.

"Katakan saja, Ayah! Ada apa?" tanya Rezga.

"Sosok itu adalah kakakmu, dia mengalami kecelakaan di tengah hutan."

Pemuda itu terbelalak, begitu pula yang lainnya. Setelah sekian lama tak bertemu, ternyata yang didapatkan Rezga adalah kabar buruk.

"Tidak mungkin!" gumam Rezga.

"Setelah kamu pergi, Darenos yang diganggu oleh sosok jahat itu. Setiap malam dia selalu histeris dan merasa ada suara-suara yang mengganggunya, bahkan menyuruhkan untuk melakukan hal buruk. Malam itu, saat Ibu dan Ayah sedang rapat di rumah Pak Kades untuk menyelesaikan masalah tersebut, tiba-tiba ada tetangga yang mengadu bahwa Darenos berlari ke hutan melalui pintu belakang menuju hutan," jelas Arsen.

"Saat kami mencarinya, ternyata dia sudah jatuh ke jurang dengan keadaan yang mengenaskan," sambung Dya.

Rezga tertunduk dengan air mata yang mulai menetes. Seketika rasa bersalah merasuki dirinya karena sang kakak harus menanggu apa yang seharusnya tidak dirasakannya dan ia adalah tujuan yang sebenarnya.

"Setelah sekian lama kakakmu tidak hadir di mimpi Ibu, semalam dia datang dan mengatakan bahwa akan ada tamu istimewa yang datang. Tanpa disangka, ternyata itu adalah kamu, Alben, Devia, dan Celly. Darenos juga mengatakan pada Ibu bahwa akan ada tugas besar yang akan kami hadapi kembali," ungkap Dya.

Alben menguspa punggung Rezga yang mulai bergetar. Ini adalah kali pertama ia melihat pemuda itu serapuh ini, ditambah lagi sebab kematian sang kakak yang begitu membuatnya semakin terpuruk.

"Andai aku tidak pergi, pasti kakak masih hidup sampai sekarang," ucap Rezga.

Dya langsung menghampiri anak bungsunya itu dan mendekapnya erat. Keduanya saling menumpahkan kesedihan yang selama ini terpendam. Arsen hanya bisa menatap keduanya lirih, pria paruh baya itu juga terpuruk, tetapi ia berusaha tegar agar anak bungsu dan istrinya itu memiliki kekuatan darinya.

Suasana haru itu pun menyelimuti rumah sederhana tersebut. Tiba-tiba tubuh Devia melemas dan tak sadarkan diri. Setelah mendengar Celly berteriak, Dya dan Rezga pun langsung melepaskan pelukannya. Pemuda itu berusaha untuk membangunkan Devia, tetapi hasilnya nihil.

"Lebih baik dibawa ke kamar, sepertinya Devia benar-benar terkejut dengan apa yang sebenarnya terjadi," ujar Dya.

"Celly, jangan tinggalkan sepupumu. Dia membutuhkan kehadiran dan kekuatanmu," kata Arsen sambil menatap gadis itu penuh harap.

Celly pun mengangguk, lalu mengikuti Rezga dan Alben yang memindahkan Devia ke kamar.

"Sudah kuduga sebelumnya, sejauh mana pun Darez pergi, dia pasti akan menemukan keluarga itu," ujar Dya pada Arsen.

"Ya, sosok itu mempertemukan mereka agar gadis itu bisa mengetahui kebenaran atas kejahatan sang ayah dan Darez yang akhirnya mau menemui kita," tutur Alben.

Sedangkan di dalam kamar, Celly, Rezga, dan Alben berusaha untuk membangunkan Devia. Setelah beberapa menit, akhirnya gadis itu sadarkan diri dan langsung memeluk Celly dengan air mata yang mengalir deras. Alben langsung memberikan air mineral agar gadis itu lebih tenang.

Setelah meneguk air tersebut, tatapan Devia beralih pada Rezga yang menatapnya lirih. "Maafkan ayahku, Rez, apa yang dilakukannya berdampak pada keluargamu pula."

Rezga mengusap jemari gadis itu dengan lembut. "Kematian kakakku adalah takdir, sekarang kita fokus untuk menghentikan sosok itu."

Devia menggeleng dengan air mata yang kembali mengalir. "Aku tidak bisa memaafkan diriku, jika hal buruk terjadi dan menimpa kalian. Lebih baik, kalian tidak perlu membantuku, aku akan menemui ayah dan berbicara dengannya."

Gadis itu beranjak dari tempatnya, tetapi dengan cepat Rezga, Celly, dan Alben menahannya.

"Tidak, Devia! Kita keluarga, aku akan membantumu untuk mengakhiri ini!" kata Celly dengan penuh keyakinan.

"Tidak, ini bukan tentang keluarga lagi, tapi ini tentang keselamatan banyak orang. Aku dan Rezga akan membantumu mengakhiri ini!" sahut Alben.

Devia menatap ketiganya bergantian, tak menyangka bahwa mereka masih menerima dan ingin membantunya menghadapi hal berbahaya tersebut.

 - To be continue -

Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangannya. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, baik komentar ataupun vote! LuBeeYu!

Dark Moon (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang