Pemuda itu menepati janjinya untuk membantu Devia untuk menemukan keberadaan Celly. Saat ini keduanya sedang berada di rumah gadis itu, tepatnya di ruang tamu. Devia tak bisa tenang karena sudah dua jam mereka menunggu, tapi sepupunya tersebut tak kunjung kembali.
Sesekali ponsel milik Celly bergetar yang menandakan sebuah panggilan masuk dari sang ibu, tentunya itu membuat Fielma semakin gusar. Rezga yang tampak sibuk dengan pikirannya, mengingat rentetan kejadian yang terjadi pada orang sekitarnya, termasuk Celly dan mimpi buruknya.
"Rezga! Kita tidak bisa diam di sini, ayo cari sekarang!" rengek Devia dengan rasa khawatir yang semakin meningkat.
Pemuda itu mengangguk, tetapi ketika keduanya hendak melangkah, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Fielma pun langsung membukanya, betapa terkejutnya gadis itu begitu mendapati sosok yang sedang dicarinya sejak pagi tadi. Rezga yang berdiri di belakang Fielma pun ikut tercengang.
"Celly!" gumam keduanya.
Gadis itu hanya diam menatap dua orang di hadapannya secara bergantian, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
"Kamu dari mana, Cel? Aku mencarimu sejak pagi, bahkan aku meminta bantuan Rezga," kata Devia sambil memegang kedua bahu sepupunya itu.
Terdengar helaan napas panjang dari Celly, kemudian gadis itu menggeleng dan melangkah begitu saja.Rezga dan Devia saling bertukar pandang dengan dahi berkerut, lalu tatapan keduanya beralih pada gadis yang duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan kosong itu. Ada satu hal yang mencuri perhatian Devia, yakni penampilan sepupunya tersebut.
Celly bukanlah sosok yang mau berpenampilan lusuh atau kusam saat ke luar rumah, bahkan sampai bolos kuliah. Penampilan gadis itu masih sama seperti semalam, setelan piyama teddy bear berwarna kuning, rambut yang tergerai berantakan, wajah yang pucat dan lusuh, serta kotoran yang menempel di pipinya. Aneh! Gadis itu tidak suka hal-hal tersebut.
"Apa yang terjadi padamu, Cel?" tanya Devia sambil beranjak mendekati sepupunya itu.
Celly hanya diam, bahkan sampai Rezga dan Devia duduk di sebelahnya, ia tetap diam dengan tatapan kosongnya.
"Apa yang terjadi, Cel? Kenapa kamu tiba-tiba pergi meninggalkan rumah dengan penampilan seperti ini, bahkan ponselmu ditinggal?" tanya Devia.
Rezga tak melepas pandangannya dari Celly, tatapan kosong yang dirasa tak asing. Pemuda itu yakin bahwa ada yang menuntun gadis itu untuk pergi tanpa pamit dan menjadi aneh seperti ini. Disentuhnya pundak Celly, hingga membuat gadis itu menatapnya dengan mata berkaca.
Rezga yang ditatap seperti itu hanya bisa mengerutkan dahi dengan perasaan yang aneh. "Aku seperti pernah merasakannya."
"Apa maksudmu, Rezga?" tanya Devia penasaran.
Pemuda itu terdiam sambil menatap wajah Celly, tak lama kemudian gadis itu menitihkan air mata membuat Devia bingung dan semakin khawatir."Kamu kenapa, Cel?" tanya Devia, semakin khawatir.
"Tolong aku!" Dua kata penuh arti, disusul dengan Celly yang tak sadarkan diri.
.....
"Lepaskan mereka yang berjiwa murni dan tak bersalah!"
Kegelapan di balik pepohonan menjulang tinggi nan lebat itu suara lantang tersebut terdengar membara.
"Dia tidak salah! Carilah yang berjiwa gelap dan penuh ambisi itu! Pergilah!"
Sosok berjubah hitam itu malah menunjukkan senyum spetisnya, setiap kemarahan dan kesedihan yang dirasakan pemuda itu malah membuatnya senang, seakan berhasil mencapai tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Moon (COMPLETED)
HorrorGenre : Horor - Misteri Blurb : Kisah itu tidak bisa ia pendam sendiri, semakin berusaha maka kegelapan itu semakin dalam dan nyata. Penuh sesak di ruang terbuka yang luas, melarikan diri semula pilihan yang tepat, tetapi akhirnya tetap menjadikanny...