18 - Long Time

2 1 0
                                    

Setelah menyelesaikan semua tugas kuliah, keempap muda-mudi itu pun memutuskan untuk menemui orang tua Rezga. Devia dan Celly sudah mendapatkan izin dari orang tua mereka, tetapi dengan alasan berlibur. Sedangkan Alben sudah tahu tujuan mereka, awalnya sulit untuk mendapatkan izin karena khawatir pada anak tunggalnya tersebut. Namun, setelah sang anak dan Rezga menjelaskan, akhirnya mereka pun memberikan izin.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan, sudah dua jam lebih, yang artinya menyisakan setengah perjalanan lagi. Perjalanan itu pun kerap kali mendapatkan gangguan, bahkan sebelum berangkat pun sosok yang mengikuti Rezga mencoba mengagalkan kepergian mereka.

Dua hari sebelum mereka memutuskan untuk pergi, apartemen pemuda itu dibuat porak-poranda, sehingga dirinya dibantu Alben, Devia, dan Celly untuk merapikannya. Sebelum pergi, mereka dibekali penjagaan oleh orang tua Alben agar keempatnya selamat sampai tujuan, walau sesekali mendapat gangguan.

Sudah satu jam Rezga mengendarai mobil, setelah satu jam sebelumnya dikemudikan oleh Alben. Keduanya bergantian untuk mengemudi, tanpa meminta bantuan Celly atau Devia, walau sesekali kedua gadis itu memaksa kedua pemuda tersebut agar diperbolehkan mengemudi.

"Apa kamu tidak lelah?" tanya Devia yang duduk di sebelah Rezga.

Pemuda itu mengalihkan tatapannya sebentar. "Setengah perjalanan lagi, tidak begitu jauh."

"Benarkah? Sudah dua jam, itu tandanya setengah perjalanan lagi memakan waktu dua jam pula, 'kan?"

Rezga mengangguk, sedangkan gadis itu mendengkus. Pemuda itu menatap Celly dan Alben yang tertidur lelap di bangku belakang.

....

Setelah empat jam lebih di perjalanan dan saat ini Alben yang mengendarai mobil dengan Celly di sebelahnya, akhirnya mereka memasuki hutan dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan rimbun. Hanya ada jalan setapak dengan suasana sunyi nan sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan bermotor yang lewat.

"Apa kalian yakin, ini jalannya?" tanya Celly yang merasa takut.

"Pertanyaan macam apa itu? Kamu tidak memercayai Rezga, ya?" tanya Alben.

"Bukan begitu, baru kali ini aku melalui jalan seperti ini, setelah perjalanan panjang dan cukup melelahkan."

Alben hanya tersenyum kecil, tanpa mengatakan apa pun. Sepanjang jalan menyusuri hutan, Devia tak melepaskan tatapannya dari hutan-hutan tersebut dari jendela mobil yang tertutup, tentunya hal tersebut menarik perhatian Rezga.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya pemuda itu.

Devia tersentak, lalu mengalihkan tatapannya pada Rezga. "Hutan ini seperti yang ada di mimpiku."

Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, membuat ketiganya tersungkur ke depan.

"Alben! Kamu ingin menyelakai kita, ya?!" omel Celly.

Pemuda itu menggeleng sambil menghela napas panjang. "Maaf, aku hanya terkejut mendengar ucapan Devia."

"Apa maksudmu?" tanya Celly.

Alben menggeleng, kemudian mobil kembali berjalan. Kedua gadis itu tampak bingung, tetapi mereka tak ingin menanyakan hal tersebut.

"Kalian akan tahu nanti," gumam Alben.

...

Setelah 30 menit menelusuri hutan, akhirnya mereka memasuki perkampungan. Tak butuh waktu lama, sampai akhirnya mobil berhenti di depan sebuah pekarangan yang luas dengan rumah sederhana di hadapan mereka. Ketiganya menatap Rezga sebentar sebelum turun, sedangkan pemuda itu hanya mengangguk kecil.

Dark Moon (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang