Sudah 3 hari sejak kembalinya Celly dan Alben yang datang menemui Rezga di apartemennya. Sejak saat itu pula, pemuda itu sibuk menyelesaikan dan mencari tahu akar masalahnya, sesekali pun Alben membantunya. Dirinya dan Devia pun jarang bertemu, hal tersebut membuat bayangan hitam itu terus hadir dan mengusiknya.
“Rez, apa yang sebenarnya terjadi setelah Celly kembali?” tanya Alben dengan kerutan di dahinya.
“Apa maksudmu?” tanya Rezga bingung.
Kedua pemuda itu berada di apartemen Rezga. Mendengar pertanyaan sang pemilik rumah, Alben langsung menatap ke dalam kamar pemuda itu.
“Ada apa?!” tanya pemuda itu penasaran.
Alben menghela napas panjang dan berat. “Sosok yang mengikutimu tiga hari ini berbeda. Apa kau ingat saat aku mengatakan bahwa sosok itu baik dan ingin menjagamu?”
Rezga mengangguk cepat dengan jantung yang berdegup kencang.
“Kali ini sosoknya merah, dia akan terus mengusikmu dan kau harus hati-hati!” jelas Alben.
Mendengar penjelasan Alben membuat pemuda itu mengela napas berat sambil terpejam, bahkan rambutnya pun diusap dengan kasar. Ia tak tahu harus bagaimana lagi karena banyak cara telah dilakukan untuk mengusir sosok tersebut.
“Mimpimu selama ini pasti ada hubungannya dengan sosok-sosok yang mengikutimu selama ini,” ujar Alben.
Ketika Rezga hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dan disusul dengan ketukan yang tak santai. Dengan cepat pemuda itu beranjak membukakan pintu, betapa terkejutnya ia begitu mengetahui bahwa tamu tersebut adalah Celly, bahkan gadis itu datang seorang diri.
Tanpa diminta masuk, gadis itu langsung menerobos. Ia pun terkejut begitu mengetahui bahwa ada Alben di sana. Celly menatap Rezga sebentar, lalu tertunduk.
“Baiklah, aku akan datang lain kali,” ucap Celly.
“Tidak masalah, Celly, kau sudah datang jauh-jauh. Aku pun tahu apa yang ingin kau bicarakan dengan Rezga, kami pun sedang membahasnya,” tutur Alben.
Celly menatap kedua pemuda itu secara bergantian, lalu tampak berpikir. Setelah menghela napas panjang, akhirnya gadis itu memilih untuk bergabung dengan keduanya.
“Bagaimana kau tahu apa yang ingin kukatakan, Al?” tanya Celly bingung.
Gadis itu duduk di sebelah Alben, sedangkan Rezga memilih duduk di karpet.
“Bagaimana kau bisa datang ke sini? Aku meminta Devia agar tak meninggalkanmu,” tanya Rezga mengalihkan pembicaraan.
Tatapan Celly beralih pada pemuda itu. “Devia sedang pergi ke luar kota bersama orang tuanya, yang dia tahu bahwa aku di rumah.”
Rezga dan Alben mengangguk-angguk.
“Lalu, apa yang ingin kau katakan dan tanyakan?” tanya Rezga.
Celly terdiam sebentar, kemudian menghela napas berat sambil menatap sekelilingnya. “Setelah hari itu, ada sosok hitam yang selalu mengikutiku.”
Kali ini Rezga dan Alben yang saling bertatapan. “Sosok hitam?”
Celly mengangguk cepat. “Apa kalian tahu?”
“Tapi, dia tidak ada di sini,” sahut Alben membuat gadis itu tersentak.
“Kau bisa melihatnya?” tanyanya pada sahabat mantan kekasihnya tersebut.
“Bukan hanya Alben, aku pun begitu,” sahut Rezga.
Celly kembali menghela napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa, sedangkan Rezga dengan cepat mengambilkan air mineral untuk gadis itu.
“Sepertinya, sosok itu bertukar dengan sosok yang selama ini mengikuti Rezga,” ucap Alben, “sosok itu tidak bisa masuk karena sosok yang sekarang ada di sini menghalanginya.”
Celly memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pemuda itu.
“Sebenarnya, apa yang terjadi padamu pagi itu, Cel? Mengapa tiba-tiba kamu pergi, lalu kembali dengan keadaan aneh?” tanya Rezga penasaran.
...
Waktu menunjukkan pukul 06.00 dan Celly terbangun karena harus ke toilet. Namun, setelah ke luar toilet, gadis itu melihat sebuah sosok dari jendela kamar tersebut. Ditatapnya Devia yang masih terlelap, hingga membuatnya diam-diam ke luar kamar untuk mengetahui siapa sosok itu.
Rumah Devia memiliki halaman belakang yang luas dan terhubung dengan hutan pinus dan karet yang dikelola oleh keluarga gadis itu.
Celly berusaha mencari sosok merah tersebut, tetapi sosok itu berjalan menuju halaman belakang. Tak ada pikiran buruk dan merasa bahwa yang bisa datang ke tempat itu hanyalah keluarga dan kerabat dekat mereka, membuat gadis itu mengikuti sosok tersebut, bahkan tanpa sadar memasuki hutan dengan pepohonan yang rimbun.
Di ujung hutan terdapat sebuah danau buatan yang dibuat untuk pengelolaan, bahkan beberapa kali digunakan untuk piknik keluarga.
Celly menghentikan langkahnya kala sosok tersebut masuk ke dalam danau tadi dan tenggelam. Gadis itu terdiam, sampai akhirnya sosok tadi kembali tampak, tetapi tak hanya satu, ada beberapa sosok.
Seketika tubuh Celly bergetar, bahkan giginya terdengar saling mengeretak. Tidak sampai di sana, tiba-tiba sosok tersebut melayang dan berhenti tepat di hadapannya. Detik itu pula, Celly tak sadarkan diri.
Setelah beberapa menit, gadis itu akhirnya sadarkan diri dengan tatapan kosong dan mulai melangkah meninggalkan tempat tersebut. Semula pergi melalui dapur yang terhubung dengan halaman belakang, Celly kembali melalui pintu utama melalui halaman samping. Gadis itu sadar bahwa ada Rezga dan Devia di sana, tetapi rasa sulit untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua sosok di hadapannya itu.
Celly berusaha untuk mengatakan sesuatu, hingga membuat napasnya tercekat. Sampai akhirnya, dua kata terucap dari bibirnya.
“Tolong aku.”
Namun, setelah itu ia tak sadarkan diri karena merasa ada sesuatu yang ke luar paksa dari tubuhnya, yang terasa begitu panas.
...
“Menurutku, sepertinya sosok itu sempat masuk ke tubuhmu, dia adalah sosok yang mengikuti Rezga sekarang,” ujar Alben.
“Apa kau yakin? Bagaimana jika kau temui sosok yang mengikuti Celly di luar dan bicara dengannya, tanyakan apa yang terjadi?” usul Rezga.
Alben menghela napas berat. “Tak semudah itu, Rez, karena yang mengikutimu sekarang lebih kuat dan jahat.”
“Ini bukan pertama kali aku menghadapi hal seperti ini, tetapi pertukaran sosok itu ada kali pertama bagiku,” tutur Rezga.
Ketika ketiganya sedang terdiam, tiba-tiba ponsel Rezga berdering yang menandakan panggilan masuk. Diraihnya benda persegi panjang di atas meja tersebut. Ternyata panggilan itu dari Devia, Rezga langsung menunjukkannya pada Celly dan Alben. Begitu mendapati persetujuan dari Celly, pemuda itu pun menjawab panggilan tersebut.
“Halo.”
“Halo, Rez, Celly tidak ada di rumahnya, aku sedang di luar kota.”
“Dia bersamaku, jangan khawatir.”
Terdengar helaan napas lega dari seberang sana.
“Syukurlah, aku titip Celly, ya. Aku akan kembali lusa.”
“Ya, jangan khawatir. Baik-baik di sana.”
Setelah disahuti dengan ‘ya’, panggilan pun berakhir dan Rezga kembali meletakkan ponselnya. “Apa orang tuamu tahu bahwa kau pergi?”
“Ya, tapi aku hanya mengatakan ingin membeli makanan sebentar,” jawab Celly sambil menunjukkan sederet gigi putihnya.
“Kau ini!” omel Rezga dan Alben bersamaan, sedangkan gadis itu hanya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Moon (COMPLETED)
HorrorGenre : Horor - Misteri Blurb : Kisah itu tidak bisa ia pendam sendiri, semakin berusaha maka kegelapan itu semakin dalam dan nyata. Penuh sesak di ruang terbuka yang luas, melarikan diri semula pilihan yang tepat, tetapi akhirnya tetap menjadikanny...