Pagi itu 'Moonez' sudah menunggu Rezga di depan kampus dengan wajah tegang mereka. Setelah Devia meninggalkan apartemen pemuda itu, tak ada kabar lagi dari gadis yang biasanya selalu menanyakan kesibukannya tersebut.
Pemuda itu merasa ada yang hilang, tetapi dia berusaha untuk mengabaikannya, walau di sisi lain merasa khawatir.
Begitu keempat pemuda pembuat onar itu melihat Rezga, mereka langsung bersiap dengan berbaris di halaman kampus.
Bugh!
Kepalan itu melayang di pipi kiri Rezga, sehingga membuatnya terhuyung ke belakang.
"Sudah kubilang, jangan mengatakan apa pun pada Devia!" teriak Zake membuat suasana yang sepi menjadi ramai.
Semua mahasiswa yang masih berada di luar tadi menyaksikan hal tersebut dan saling berbisik, sedangkan Rezga hanya diam karena tahu bahwa semua ini akan terjadi.
"Beraninya kau menantangku! Apa kau merasa begitu hebat?" tanya Zake dengan wajah merahnya,
Pemuda itu sudah siap dengan kepalan tangannya, tetapi saat hendak melayangkannya ke pipi Rezga, lagi, tiba-tiba tubuhnya terangkat ke udara. Semua orang terbelalak, termasuk Rezga dan keempat teman Zake.
"Turunkan aku!" teriak Zake.
Rezga menatap sekitarnya, ternyata apa yang terjadi pada ketua Moonez adalah perbuatan sosok misterius yang selama ini mengikutinya dan sosok itu bersembunyi di balik pohon. Rezga menatap sosok tersebut dan menggeleng, saat itu pula tubuh Zake terjatuh ke tanah dan langsung ditolong oleh teman-temannya.
Kelima pemuda itu menatap Rezga penuh ketakutan, begitu pula yang lain.
"Kau memiliki sihir, ya?!" tuduh Troy sambil menunjuk Rezga.
Pemuda yang dituduh itu hanya diam, perasaanya sedang tak menentu. Dirinya kesal dengan sosok tersebut karena akan mendatangkan pembicaraan baru tentang dirinya, tetapi di sisi lain dirinya senang karena tak perlu mengotori tangannya untuk membalas Zake.
"Wah! Ternyata kau punya sihir! Pantas selama ini kau hanya diam dan tidak mau berteman dengan siapa pun! Aku akan mengatakan hal ini pada Devia, agar dia lebih berhati-hati dan berhenti mendekatimu!" tukas Zake, lalu pergi dengan keempat temannya.
Sepeninggalan keempat pemuda itu, Rezga hanya diam dan menghela napas berat. Semua mata tertuju padanya dan saling berbisik. Setelah sekian lama, akhirnya apa yang ia takuti pun terjadi, lagi.
.....
Akhirnya, kelas pun berakhir dan seperti biasa, Rezga menuju halaman belakang sekolah yang sepi agar bisa menenangkan dirinya dari tatapan semua orang.
Dirinya merasa terbebani sejak kejadian pagi tadi, walau bukan salahnya, tetapi ini pertama kalinya di tempat yang baru, hal lama itu kembali terjadi. Sosok itu memang melindunginya, tapi hal tersebut malah membuat banyak orang menjadi salah paham.
Rezga pandai dalam bela diri, tetapi tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Dulu, dia pernah menggunakan keahliannya tersebut, tapi setelah sosok misterius itu datang, semua berubah drastis. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan teman lamanya pergi.
Ketika pemuda itu sedang menikmati waktu kesendiriannya, tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya. Rezga tak sedikit pun membuka penutup kepalanya dan mengecilkan volume musiknya.
Sosok itu menepuk pundaknya, sehingga membuat pemuda itu menghela napas panjang dan mematikan musiknya.
"Aku tahu apa yang terjadi padamu dan Devia," ujar sosok tersebut yang tak lain adalah Celly.
Rezga hanya diam, ia tahu ke mana arah pembicaraan gadis itu.
"Tolong jaga Devia, Rez. Semua pemuda yang pernah mendekatinya hanya berniat buruk, setelah mereka mendapatkan apa yang diinginkan, Devia pasti dicampakkan!" tukas Celly membuat dahi Rezga berkerut.
"Di mana Devia?" tanya pemuda itu.
"Dia sedang ada urusan dengan ayahnya, jadi dia tidak bisa hadir hari ini. Jangan khawatir, kami sudah bicara dan semuanya baik-baik saja. Hubunganku dan Zake sudah berakhir, aku minta maaf dengan apa yang terjadi pagi tadi," ucap Celly tak enak hati.
"Jangan meminta maaf untuk mewakili kesalahan orang lain, lagi pula aku tidak peduli dengan mereka," ujar Rezga yang masih fokus membaca buku yang dipinjamnya kemarin.
"Apa aku juga boleh berteman denganmu, seperti Celly?" tanya gadis itu membuat Danos diam.
Dirinya tak mungkin menolak, tapi di sisi lain seperti ada yang aneh. "Baiklah."
Celly tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya ke bangku kayu tersebut. "Lanjutkanlah bacaanmu, aku hanya ingin istirahat di sini sebentar, setelah itu pergi. Aku berjanji tidak akan mengusikmu."
Rezga mengangguk dan kembali mendengarkan musik sambil membaca buku. Rasanya seperti ada yang aneh ketika gadis itu berada di sampingnya, tidak seperti saat ia bersama Devia.
Sosok misterius itu pun tak pergi, seperti saat sepupu Celly itu bersamanya. Namun, pemuda itu tak mau ambil pusing, jika gadis di sampingnya saat ini bukan orang baik maka ia akan berhenti berteman dengannya.
.....
Malam yang biasanya pemuda itu lalui dengan kesendirian, kali ini diisi dengan kehadiran Devia dan Celly. Sungguh hal yan terduga, untuk sekian lama ada teman yang berkunjung ke apartemennya.
Hubungan kedua gadis itu benar-benar sudah membaik, apa yang terjadi kemarin hanyalah kemarahan kecil dari Celly karena hal tak terduga.
"Apa kamu dan Zake benar-benar berpisah?" tanya Devia tak enak hati.
"Ya, lagi pula aku sudah lama ingin mengakhirinya karena Zake terlalu sibuk dengan teman-temannya," jawab Celly tanpa beban.
Devia mengangguk pelan, sedangkan Rezga masih sibuk membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan kuno itu.
"Aku sudah dengar apa yang terjadi padamu pagi tadi," kata Devia membuat suasana menjadi tegang.
Seketika jantung Rezga berdegup kencang, rasa gugup menjalar di seluruh tubuhnya.
"Kenapa Zake memukulmu? Kenapa kamu tidak mengatakan padanya bahwa Frans yang memintaku untuk bertanya padamu?" tanya Devia.
Rezga mengedikkan bahunya.
"Kalian tidak akan tahu bagaimana liciknya empat orang itu, mereka hanya mengandalkan kekuasaan orang tua tanpa memiliki kemampuan apa pun!" tukas Celly.
Pemuda itu hanya diam, tak sedikit pun ia tertarik membicarakan para pembuat masalah tersebut.
"Jika mereka masih mengusikmu, katakan padaku, aku akan menyampaikannya pada ayahku," ujar Celly.
Rezga menggeleng sambil tersenyum tipis. "Tidak apa."
Celly mengangguk, lalu kembali membaca bukunya.
Rezga terus memikirkan apa yang terjadi pada kedua gadis itu, tak satu pun dari mereka menanyakan kejadian aneh yang menimpa Zake.
"Apakah mereka tak enak hati untuk menanyakan hal itu atau semua orang merahasiakannya?" tanya Rezga dalam hati.
Pemuda itu menatap kedua gadis yang sedang fokus membaca buku mereka sebentar, lalu kembali melanjutkan bacaannya,
Jika memang mereka tahu, tapi berusaha menutupinya, pasti akan terasa canggung ketika bersama. Namun, hal tersebut tak dirasakan oleh pemuda itu, bahkan keduanya bersikap biasa saja padanya.
"Apa mungkin, ini perbuatan sosok itu? Apa dia membuat semua orang melupakan kejadian pagi tadi?" batin Danos. "Harus kucari tahu!"
-----
To be continue
-----Bagaimana part kali ini? Semoga kalian menyukainya! Mohon maaf jika ada kesalahan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dan silakan beri komentar! Jangan menjadi pembaca gelap.
See you next part and LUVU!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Moon (COMPLETED)
HororGenre : Horor - Misteri Blurb : Kisah itu tidak bisa ia pendam sendiri, semakin berusaha maka kegelapan itu semakin dalam dan nyata. Penuh sesak di ruang terbuka yang luas, melarikan diri semula pilihan yang tepat, tetapi akhirnya tetap menjadikanny...