24 - One More

4 1 0
                                    

Apa yang terjadi benar-benar membuat Rezga kehabisan kata dengan kenyataan yang tak sesuai mimpinya. Saat ini mereka berada di depan rumah mewah, tak tak semewah rumah orang tua Devia.

"Tidak ada tanda-tanda kehidupan," gumam Alluna.

Rezga dan Alben tak henti memperhatikan rumah tersebut. Sudah 2 jam mereka parkir di supermarket yang dekat dengan rumah tersebut, tetapi tak ada seorang pun yang ke luar dari rumah itu.

"Maaf, saya perhatikan sejak tadi kalian memperhatikan rumah itu, ada apa? Kalian bukan orang jatah, 'kan?" tanya gadis yang bekerja di supermarket tersebut penuh curiga.

Ketiganya menggeleng cepat sambil melambaikan tangan.

"Bukan, Kak, kami anak baik-baik," sahut Alben.

"Lalu, kenapa kalian bersikap mencurigai seperti ini?" tanya gadis itu.

"Saya dapat informasi, jika teman lama saya tinggal di sana, tapi saya ragu," jawab Alluna berbohong.

"Jadi, kalian temannya Zake, ya?" tebak gadis itu.

Kali ini ketiganya mengangguk cepat. "Benar!"

Gadis itu mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis. "Setahu saya, Zake itu dirawat dan orang tuanya pindah ke luar kota, sedangkan rumah itu hanya ada asisten rumah tangga."

"Dirawat karena apa, ya?" tanya Rezga penasaran.

"Kalau tidak salah, dia pernah mengalami kecelakaan dan membuat dua temannya meninggal. Kejiwaannya terganggu karena rasa bersalah," jelas gadis itu.

Alben dan Alluna langsung menatap Rezga yang terdiam.

"Apa Kakak tahu, di mana dia dirawat?" tanya Alben.

Gadis itu menggeleng. "Tidak, keluarganya merahasiakan itu karena malu, itulah sebabnya orang tua Zake pindah."

Alben dan Alluna mengangguk-angguk, sedangkan Rezga masih terpaku di tempatnya.

"Siapa dua temannya itu? Apa kamu tahu?" Tiba-tiba pemuda itu menanyakannya.

"Kalau tidak salah, namanya Troy dan Frans. Mereka kerap kali belanja di sini dan duduk di depan sini sampai toko tutup," ungkap gadis itu.

"Terima kasih infonya, ya," ucap Alluna.

"Baik, kalau begitu saya kembali ke dalam ya, Mas, Kak," pamit gadis itu.

Ketiganya memutuskan untuk kembali ke mobil, tetapi tak langsung mengendarai mobilnya. Alben dan Alluna menatap Rezga yang masih diam di bangku belakang, pemuda itu seperti memikirkan sesuatu.

"Apa kita sebaiknya kembali?" tanya Alben.

"Tidak, aku masih ingin menemui Celly," jawab Rezga.

Keduanya terbelalak mendengarnya. "Yang benar saja!"

"Kamu sudah membuktikan bahwa mimpimu itu benar, Rez, apa lagi yang ingin kamu cari tahu?" tanya Alluna tak habis pikir.

Rezga hanya terdiam sambil menghela napas panjang, sampai akhirnya pemuda itu teringat suatu hal. "Ada satu lagi yang ingin kutunjukkan pada kalian!"

...

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tepi jalan yang tak begitu ramai. Ketiganya menatap bangunan klasik itu dengan dahi berkerut.

"Apa yang terjadi dengan perpustakaan ini?" tanya Alben.

"Dalam mimpi itu, aku sudah dua kali datang ke sini sampai meminjam buku, tetapi saat ingin mengembalikannya ditemani Celly, Devia, dan dirimu, perpustakaan ini berubah menjadi museum tua terbengkalai," jelas Rezga.

Dark Moon (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang