8 - Two Sides

2 3 0
                                    

Ketukan pintu di malam yang dingin disertai hujan itu mengusik waktu istirahat keluarga di rumah sederhana tersebut. Anak laki-laki berusia 10 tahun yang tertidur di sofa pun terbangun dan langsung menuju kamar kedua orang tuanya.

"Bu, Yah, ada tamu!" pekiknya.

Tak ada jawaban dari dalam rumah, tapi terdengar suara langkah kaki. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan menampakkan seorang pria dengan rambutnya yang berantakan khas rang bangun tidur.

"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" tanya pria itu membuat sang anak mengedikkan bahunya.

Anak itu mengikuti sang ayah yang sudah lebih dulu berjalan menuju pintu. Ketika tangan pria itu hendak menyentuh knop pintu, sang istri ke luar dari kamar dan langsung menghentikannya.

"Yah, siapa yang bertamu di malam berhujan seperti ini?" tanya sang istri.

"Tidak tahu," jawab sang suami.

Ketukan itu kembali terdengar, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk membuka pintu. Kala pintu terbuka, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari anak laki-laki tadi, bahkan kedua orang tuanya terdiam melihat siapa yang datang.

"Malam, Pak Arsen dan Ibu Dya. Maaf mengganggu, tapi tolong bantu Ibu Mertua saya," kata seorang wanita muda sambil mendorong kursi roda.

Anak laki-laki tadi langsung bersembunyi di balik sang ibu, dirinya merasa ketakutan. Mereka memang orang biasa, tetapi ada sosok lain yang dilihat oleh anak itu.

"Silakan masuk," sahut pria itu sambil membantu wanita muda tadi.

"Pergilah ke kamarmu," bisik sang ibu pada anaknya.

Anak laki-laki itu menggeleng ketakutan. "Tidak! Jangan biarkan mereka masuk, Ibu!"

Dahi wanita itu berkerut mendengar perkataan anaknya tersebut. "Ada apa, Darez? Apa yang kau lihat?"

"Ada sosok berjubah hitam dengan tubuh besar yang mengikuti nenek itu," jawab anak tadi.

"Hei, kita akan mengusirnya, jangan takut," kata sang ibu mencoba menenangkan.

"Tidak! Dia jahat dan sulit diusir, jika Ibu dan Ayah mengganggunya, dia akan marah pada kita," tuturnya.

"Bu, cepat bantu Ayah!" pekik sang suami.

Wanita itu hendak beranjak, tetapi anak laki-laki bernama Darez itu menahannya. "Biarkan mereka pergi, aku mohon."

"Cepat, Bu! Darez, kembali ke kamar!"

Anak laki-laki itu berusaha menahan air matanya sambil melangkah berat menuju kamarnya.

Sejak saat itu, banyak kejadian aneh yang menimpa keluarganya, terkhusus dirinya. Kerap kali anak laki-laki itu mendengar suara-suara aneh, banyangan di dalam rumah, dan sosok yang berjaga di depan rumahnya setiap tengah malam.

Ketika usia anak laki-laki tadi bertambah, di tahun yang sama, suara, bayangan, dan sosok itu semakin menjadi-jadi. Dirinya berusaha untuk diam, tetapi hal tersebut semakin mengganggu. Bayangkan saja, anak berusia 11 tahun harus mengalami hal tersebut, apakah mungkin?

Dirinya memang sudah terbiasa dengan makhluk-makhluk yang tak bisa dilihat orang lain karena keistimewaannya. Setelah beberapa bulan menahananya seorang diri, akhirnya anak itu memutuskan untuk mengatakannya kepada sang ibu, Dyanafa.

"Ibu, kenapa suara-suara itu terus datang? Aku membenci suaranya!" Tangisnya pecah karena suara misterius itu semakin menjadi-jadi.

Sang ibu berusaha menenangkannya dengan memberi pelukan erat dan hangat. Wanita itu tahu bagaimana kondisi sang anak dan awal dari kejadian tersebut.

"Aku selalu diganggu, setelah Ibu menolong nenek-nenek di malam berhujan tahun lalu," ungkap Darma yang semakin terisak.

Dyanafa atau Dya mengusap punggung anaknya itu dengan lembut. "Tenanglah, Darmanos, Ibu akan membuat semuanya berakhir. Bertahanlah!"

.....

Di sanalah pertama kali pemuda itu mengalami hal aneh tersebut. Bertahun-tahun bertahan dengan janji sang ibu, tetapi tak juga menemukan jalan keluar yang selama ini ia tunggu dan harapkan.

Setelah mendengar cerita Devia, Rezga kembali ke rumah dengan pikiran yang kacau. Akhirnya, ia tahu siapa yang telah membawa hal aneh itu ke dalam hidupnya.

"Andai mereka menolak menolong mereka malam itu, aku tidak akan seperti ini," gumam Rezga sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

Pemuda itu menyandarkan tubuhnya ke sofa kecil tersebut dengan gusar. Jika sejak awal dirinya tahu bahwa keluarga gadis itu yang membawa keterpurukan dalam dirinya sejak 10 tahun lalu, maka ia tidak akan mau dekat dengannya. Namun, semuanya telah terjadi, bahkan keduanya semakin dekat setiap hari, bahkan sepertinya ada ruang khusus untuk gadis itu di hatinya.

Rezga tak bisa menyalahkan Devia sepenuhnya karena saat itu mereka masih kecil dan ia yakin, gadis itu tidak mengerti apa-apa.

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya pada Devia, apa dia akan percaya? Bagaimana jika dia malah marah dan menuduhku yang tidak-tidak?"

Ketika dirinya sedang memikirkan hal tersebut, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di kamarnya. Tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung berlari ke kamar dan melhat apa yang terjadi.

Betapa terkejutnya Rezga saat mendapati sebuah kotak yang selama ini diletakkannya di atas lemari tiba-tiba terjatuh. Pemuda itu langsung mengambil kotak tersebut dan menatap sekitarnya.

"Bagaimana mungkin, kotak ini berat," ujarnya.

Rezga membuka kotak tersebut untuk memastikan bahwa isinya tak berkurang sedikit pun. Begitu kotak terbuka, pemuda itu terkejut melihat isinya dan langsung melemparkannya ke sembarang tempat.

Kotak itu mendarat tepat di dekat pintu. Untuk memastikan apa yang dilihatnya tadi benar atau tidak, dirinya kembali mendekati kotak tersebut dan melihat isinya. Dirinya terbelalak, setelah mengetahui dengan jelas isi kotak tersebut, dan ....

Rezga terbangun dengan keadaan terkejut dan napas tercekat. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 08.00 malam. Tanpa terasa dirinya tertidur di sofa selama dua jam dengan mimpi yang seakan benar-benar terjadi padanya beberapa menit lalu.

Bugh!

Suara benda jatuh itu terdengar di kamarnya dan ia langsung berlari untuk mengetahui apa yang terjadi. Betapa terkejutnya Rezga saat mendapati kotak pemberian ibunya terjatuh dari atas lemari. Ketika hendak mengambilnya, ia teringat akan mimpi yang seolah nyata tersebut.

Pemuda itu menatap sekitarnya, sosok misterius yang mengikutinya berdiri di balik dinding di luar kamar, lalu mengangguk ketika Rezga melihatnya.

Dengan tangan bergetar dirinya meraih kotak tersebut, begitu kotak terbuka, pemuda itu menghela napas lega karena isinya masih sama dari sebelumnya. Kotak itu berisi barang berharga yang diberikan sang ibu padanya, dari ia kecil sampai terakhir kali bertemu.

Merasa sudah tak ingin memakainya, Rezga memutuskan untuk menyimpannya di kotak tersebut karena barang-barang itu berharga baginya.

Setelah itu, dikembalikannya kotak tadi pada tempat semula, lalu dirinya menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dengan harapan bisa menjernihkan pikirannya pula. Tak ada obat yang bisa menenangkan pikirannya karena hal tersebut tidak bisa diobati cara medis, sekali pun ia tertidur, pasti mimpi buruk yang datang.

Sesungguhnya, Rezga tak sanggup menjalani semua ini, tapi ia sudah berjanji kepada teman-temannya yang mengalami hal buruk untuk membantunya, sehingga dirinya bertahan sejauh ini. Ya, ia ingin menyelesaikan semua ini, seperti janjinya pada teman-temannya, termasuk gadis istimewa beberapa tahun lalu, Alluna.

---
TO BE CONTINUE
---

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK! LUVU!

Dark Moon (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang