Di sinilah sekarang Al sedang memilah sayur di supermarket ya dia tak jadi ke pasar karena Lastri bilang jika tak perlu jauh-jauh ke sana cukup di supermarket langganan saja, setelah merasa semua kebutuhannya terpenuhi Al berjalan sambil mendorong troli menuju kasir. Meletakkan semua barangnya di atas meja khusus untuk membayar (gak tahu namanya) agar sang kasir mudah untuk menghitung, beberapa menit kemudian kasir itu sudah menyelesaikan semuanya.
"Terimakasih sudah berbelanja di supermarket kami. " ucap sang kasir
"Sama-sama." jawab Al lalu mengangkat tas berisi belanjaan cukup banyak
Perjalanan Alvano awalnya baik-baik saja sampai tiba di mana tanpa sengaja Al melihat seorang anak mungkin usianya 5 tahun yang tiba-tiba saja muncul di depannya sedangkan lampu untuk orang jalan kaki sedang merah. Semua orang yang melihat langsung berteriak meminta seseorang untuk membantu anak kecil itu, di sisi lain Al mencoba untuk mengerem karena jaraknya masih cukup jika untuk melakukan itu tapi mungkin memang ini takdirnya.
Rem mobil milik Al sama sekali tak berfungsi yang artinya remnya blong jika terus melakukan dia akan menabrak anak kecil itu sedangkan jika dia ke sisi kanan ada pembatas jalan dan di bawahnya juga banyak mobil berlalu lalang, jika ke sisi kiri orang-orang pejalan kaki yang akan terkena dampaknya.
"Ini tidak bisa di sebut bunuh diri kan? Ibu juga ingin aku mati begitu juga diriku. " gumam Al lalu langsung membanting setir ke arah kanan
Bak di film drakor slow motion nya itu sangat terlihat orang-orang yang melihatnya menatap mobil Alvano yang melayang dengan kaget, pengendara lain yang melihat langsung menghentikan kendaraannya.
Brak
Dentuman yang begitu keras membuat semua orang di jalan menutup telinga dan matanya, beberapa orang juga meneteskan air mata saat melihat mobil itu sudah hancur tak berbentuk. Begitu juga dengan dua orang yang mematung melihat mobil yang sangat mereka kenali, orang-orang berhamburan melihat apa yang terjadi tak ayal mereka juga menghubungi polisi dan ambulans. Anak kecil itu kini sedang berada di pelukan wanita yang mencoba menenangkannya, dari beberapa orang hanya dua orang itu yang keluar dari mobil dengan air mata yang keluar dan berlari ke arah mobil hancur itu
Mereka si kembar Alena dan Alden saudara tiri tidak lebih tepatnya adek tiri dari Alvano yang kini sudah tak sanggup mengatur nafasnya. Alden dan Alena mencoba mengeluarkan Alvano dari himpitan mobil itu, tidak ada yang berani mendekat karena mobil itu bisa meledak kapan saja, setelah berjuang sangat keras mereka berdua akhirnya bisa mengeluarkan Alvano yang kini sudah bersumpah darah.
"K-kak Al hikss bangun. " ucap Alena
"Bang bangun jangan tidur, kau mendengarkan kami ayo bangun. " ucap Alden yang kini sedang memangku kepala Alvano
Alvano pov
Gue tahu siapa yang narik gue keluar dari dalam mobil tapi gue gak bisa ngomong, tenggorokan gue rasanya sakit bukan cuma itu semua badan gue berasa remuk. Gak sanggup lagi kalo untuk sekedar buka mata, dia Alena dan Alden anak kembar yang nganggep gue sebagai kakak kandung mereka walaupun mereka gak tahu kalo aslinya gue kakak tirinya. Mereka berdua sangat baik bahkan ayah tiri gue juga cukup baik ya walaupun mereka hanya tahu kalo gue anak pembantu, gue dengan susah payah mencoba membuka mata setelah berhasil ternyata gue udah di dalam ambulans kembar A juga dengan erat memegang tangan gue yang penuh darah.
"Kak hikss jangan tinggalin kita. " itu Alena yang ngomong ke gue
Gue cuma bisa senyum tipis "kita udah hubungi bi Lastri sama orang rumah mereka lagi di perjalanan ke RS jadi tolong bertahan." ini kalimat terpanjang yang gue denger dari Alden karena memang kepribadiannya mirip sama ayahnya dingin dan juga pendiam secara bersamaan.
Gue genggam tangan keduanya dengan lemah "m-a-k-a-s-i-h." gue cuma bisa ngeja itu tenggorokan gue beneran sakit banget bahkan nafas gue juga mulai sesak
Gue ngeras mobilnya berhenti aaa ternyata kita udah sampai di RS, kayaknya walaupun gue di bawa ke sini gue gak akan selamat, gue juga bisa lihat keluarga gue baru sampe. Mereka cukup kaget begitu juga bi Lastri yang langsung nangis, gue gak tega sumpah tapi di sisi lain gue juga gak mau bertahan para suster dan dokter berlarian ke sana kemari untuk mempersiapkan operasi gue. Gue udah di ruang operasi para dokter juga udah ada di sini dan siap memulainya saat ingin memulai gue pegang salah satu tangan dokter itu yang otomatis membuat dokter itu natap gue dengan lemah gue menggeleng lemah.
"Sepertinya pasien tidak ingin di tangani, dok." ucap dokter lain
Gue ngangguk karena memang itu yang gue mau "bi-lang sa-ma hah...hah.....me-reka ka-lau..... Al... Me-nye-rah... Al... U-dah ca-pek. " itu yang bisa gue ucapkan sebelum semuanya menjadi gelap.
Alvano pov end
Tangan alvano yang menggenggam dokter itu terjatuh begitu saja, begitu juga dengan elektrokardiogram alat yang untuk mendeteksi jantung berhenti. Di depan ruangan operasi mereka sedang sangat cemas sekarang begitu juga Eliz yang menahan air mata.
Ceklek
Semua orang langsung berdiri dan menghampiri dokter itu "bagaimana putra saya, dok? " tanya Eliz tanpa sadar membuat mereka kecuali bi Lastri terdiam
"Putra? " kompak mereka dalam hati
Dokter itu menghela nafas kasar "maaf tapi kami tak bisa menyelamatkan nyawa putra anda, tidak melainkan putra anda tidak ingin di operasi dan hanya mengirim pesan jika pasien memilih untuk menyerah karena lelah dengan hidupnya. " jelas dokter
"Di mana putra ku! " teriak seseorang yang baru saja tiba
"Maaf tuan pasien sudah pergi ke sisi Tuhan, kami permisi untuk menyiapkan semua keperluan. " jawab sang dokter
Dengan cepat lelaki itu masuk di ikuti yang lain "Arvel bangun! Kau tak akan meninggalkan ayah kan, Arvel ayah ada di sini ayah sudah menepati janji ayah yang akan membawa mu ikut dengan kami, ayo bunda dan yang lain sedang menunggu, bangun Arvel. " jelas Rindu pada sang putra
Tidak ada jawaban dengan cepat Rindu berbalik dan....
Plak
"ADA APA DENGANMU HAH!? KAU YANG MEMINTA UNTUK MERAWAT ALVANO LALU DENGAN TEGA DAN TANPA SEPENGETAHUAN SIAPAPUN KAU MENYIKSANYA?! IBU MACAM APA KAU HAH! KAU TAHU BETAPA MENDERITANYA DIA SAAT BERCERITA DAN INGIN PERGI DENGAN KU?! KAU PENYEBAB ANAK KU MATI KAU HARUS BERTANGGUNGJAWAB! "
bukan kah sekarang percuma dia marah, Rindu sangat amat terlambat mengetahui fakta bahwa putra semata wayangnya tersiksa selama 15 tahun, semuanya sudah terlambat untuk menyesal, sekarang yang ada hanya tangisan atas kepergian Alvano Marvell.
Semoga suka
Bye bye