DASAR ANAK TIDAK BERGUNA! MAU JADI APA KAU!? BEKERJA SAJA TIDAK BECUS! KENAPA AKU BISA MEMILIKI ANAK LAKI-LAKI SEPERTI MU YA TUHAN! " teriak seorang wanita cukup tua berumur sekitar 40 tahunan
Sedangkan pemuda yang menjabat sebagai anaknya hanya diam dan memilih untuk terus mebersihan kekacauan yang tak sengaja ia buat, Alvano Marvell pemuda berumur 22 tahun ini hanya bisa pasrah saat sang ibu dengan tega menginjak tangannya dan menyebabkan telapak tangannya tertusuk pecahan gelas itu.
"Dasar tidak berguna. " ucap Eliz sambil mengangkat kakinya yang telah menginjak tangan anaknya bahkan dia tak peduli saat melihat darah yang cukup banyak
"Bersihkan semuanya sampai bersih setelah itu pergi lanjut kerja, menyusahkan saja andai saja ayah brengsek mu itu membawamu aku tak akan repot seperti ini, cih. " jelasnya
"Jika bisa mati saja sana, hidup mu hanya menyusahkan orang lain saja, lagian kenapa dulu aku mempertaruhkan nyawaku hanya untuk anak tak berguna seperti mu, membuang energi saja. " lanjutnya lalu pergi begitu saja
Al atau Vano menatap kepergian sang ibu, kemudian menatap telapak tangannya yang tertancap pecahan gelas, dengan hati-hati Al mencoba untuk menarik pecahan itu yang sepertinya sudah masuk terlalu dalam.
Ssshhhh
Al mencoba untuk tidak berteriak karena itu akan membuat ibunya kembali marah, bisa di lihat darah yang mengalir begitu derasnya dari luka itu. Dengan perlahan Al mengambil kain dan membalut nya ke telapak tangan setelahnya ia kembali melanjutkan acara membersihkan pecahan gelas itu, setelah merasa semua lantai bersih Al berjalan menuju ke arah kamarnya yang berada di samping dapur.
Kenapa di sana padahal mereka memiliki rumah berlantai 2?
Jawabannya tentu saja karena sang ibu lebih mementingkan suami dan anak tirinya, ya Al memiliki saudara tiri 1 laki-laki dan 1 perempuan mereka kembar, menurutnya mereka itu baik tentu saja karena mereka tak tahu jika Alvano yang ada di sini adalah anak dari ibu baru mereka. Al boleh tinggal di sini tapi dengan dua syarat yang di ajukan oleh ibunya yaitu dia tak akan pernah mau mengakui kalau Alvano adalah putranya dan dia di sini sebagai pembantu jadi dia harus memperlakukan mereka seperti majikan.
Al menatap dirinya di pantulan cermin, tubuhnya yang penuh luka dan lebam adalah hasil dari siksaan Eliz tidak ada yang tahu selain dirinya dan juga sang ibu. Karena ibunya itu sangat pintar dia akan menyiksa saat semua anggota keluarganya pergi ke sekolah dan kantor, hanya beberapa maid yang tahu akan hal itu dan mereka memilih bungkam karena takut di pecat. Al menghela nafas jujur saja dirinya sangat lelah selama hampir 15 tahun dia bertahan hanya karena dia tahu jika bunuh diri itu dosa, dan penderitanya semakin menjadi sejak 6 tahun yang lalu lebih tepatnya sejak ibunya menikah lagi.
Kenapa tidak melawan padahal Al sangat pintar dalam ilmu bela diri apapun, otaknya juga cerdas?
Karena Al tidak ingin menjadi anak yang durhaka, pemikiran yang beginilah yang membuat dirinya semakin merasa sakit hati. Pikirannya ingin sekali melawan tapi hati kecilnya melarangnya karena dia tahu bahwa wanita itu yang sudah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan dirinya, awalnya memang mereka adalah keluarga cemara sampai suatu hari sang ayah ketahuan selingkuh dan berakhir mereka cerai dengan kesadaran masing-masing kata lain mereka memang menginginkan itu semua.
Alasan ibunya sering menyiksa adalah wajahnya sangat mirip seperti sangat ayah setiap Eliz melihatnya ia akan teringat suami ralat mantap suami brengseknya.
"Jika aja bunuh diri gak dosa kayaknya gue udah lama pergi dari dunia ini. " gumam Al
Tok tok
Al menoleh ke arah pintu dia tahu siapa yang mengetuk pintu itu.
"Masuk aja bi. " ucap Al
Cek lek
Wanita paruh baya memasuki kamar milik sangat tuan muda.
"Kemari." ucapnya sambil menarik lembut Ak untuk duduk di kasur
Bi Lastri menatap telapak tangan Al dengan sedih bahkan air matanya juga keluar, Al tersenyum tipis lalu menghapus air mata bi Lastri yang sudah ia anggap ibu keduanya.
"Arvel gak papa kok, bi lagian ini juga udah biasa. " ucap Al
Arvel adalah panggilan sayang dari sang bibi sedari dia kecil "lihatlah kenapa nyonya begitu tega dengan mu. " jawab Bi Lastri sambil terus fokus mengobati luka Al dia juga menjahitnya karena bi Lastri dulunya bekerja sebagai suster di salah satu rumah sakit saat remaja
Beberapa menit mereka hening sampai suara Lastri membuyarkan keheningan itu "bibi ingin ke pasar beli bahan makanan kau mau ikut?" tanya Lastri
"Biar Arvel aja, bi, bibi tinggal tulis apa aja yang di butuhkan lagian kalau di sini ibu pasti akan marah lagi. " jawab Al
Lastri tersenyum "baiklah bibi akan buatkan daftarnya, kamu siap-siap gih, bibi tunggu di dapur. " jawab Lastri lalu keluar dari kamar Al
.
.
.
."Hati-hati bawa mobilnya jangan ngebut. " nasehat Lastri
"Gak janji, tapi tenang aja aku bakal pulang kok. " jawab Al tanpa sadar
"Ya udah sana berangkat. " jawab Lastri
Al mengangguk lalu berjalan ke arah mobilnya tapi baru beberapa langkah dia berhenti dan balik lagi jalan ke arah Lastri.
"Ada apa? " tanya Lastri bingung
"Aku ingin memelukmu. " jawab Al
"Tumben?" tanya Lastri tapi tak ayal dirinya memeluk Al erat
Dirinya benar-benar bingung karena selama dia merawat Al, tuan mudanya sangat jarang meminta untuk di peluk dan sekarang dengan tiba-tiba dia sendiri yang berinisiatif meminta pelukan itu.
"Aku pamit, bi jaga diri baik-baik jangan sakit." ucap Al lalu melepas pelukannya
"Aku pergi dulu, bi jangan kerja terlalu berat ingat untuk istirahat. " lanjut Al lalu memasuki mobilnya dan melesat begitu saja
Lastri hanya diam dia masih mencerna ucapan Al "kenapa aku sedih? Padahal Arvel hanya ke pasar, sudahlah lebih baik lanjut bekerja. " ucap Lastri menepis pikiran negatifnya
Hai Hai 🙋😊
Ini cerita pertama ku, jadi mohon maaf kalo jelek
Semoga terhibur
Typo tandain
Bye bye