5. Sifat asli

254 27 0
                                    

Al masih berdiam di depan kulkas yang kini sudah tertutup dia masih syok saat liat penampakan yang begitu menyeramkan yang duduk di sofa ruang tamu, anggota keluarganya sebenarnya bingung ada apa dengan Al tetapi mereka memilih abai toh bukan urusan mereka juga. Al mencoba mengatur detak jantungnya yang terlalu cepat Al yakin lama kelamaan dia akan benar-benar gila, dimana-mana transmigrasi itu tentang menahan mental dari keluarga yang membencinya itulah yang sering Al baca tapi ini malah double kill udah di benci, di abaikan keluarga, dan nambah lagi di suruh kuat mental kalo liat makhluk yang menyeramkan seperti tadi.

"Gue butuh bantuan. "

Al terperanjat kaget lalu berbalik dan menatap datar Vano yang sekarang cengegesan seperti orang eh maksudnya hantu gila.

"Ingin sekali rasanya gue buat dia mati dua kali. " ucap Al dalam hati

"Cih ayolah sorry kalo gue bikin lo kaget ya kali lo mau bunuh gue dua kali. "

Al melotot tak percaya kenapa juga dia bisa membaca pikirannya?

"Itu salah satu kemampuan gue. "

"Terus lo mau bantu apa dan lain kali jangan bikin gue jantungan, gue udah takut tadi liat kepala buntung. " jelas Al

"Bukan sekarang, tapi nanti. "

Al sekarang sangat ingin membunuh Vano lihat saja baru selesai bicara seenaknya sekarang dia pergi memang dasarnya hantu brengsek, Al yang sedang kesal langsung saja berjalan menuju kamarnya saat melewati meja makan anggota keluarga yang lain hanya melirik nya bahkan tak ingin bertanya atau sekadar bada basi. Begitu juga Al yang memilih untuk tidak memperdulikan mereka, fokusnya sekarang adalah bagaimana dia akan hidup tidak mungkin kan dia mengandalkan keluarga ini bahkan Vano asli memiliki uang jajan hasil dari balapannya.

.
.
.
.
.


Sudah seminggu sejak Al memasuki raga Vano semuanya berjalan dengan lancar, untungnya Al tak perlu berusaha untuk membuat keluarga ini melihatnya jadi untuk sementara dia masih aman. Al juga mulai terbiasa dengan hal-hal yang sering ia lihat, Al sebenarnya bukan tipe orang yang gampang takut hanya saja kejadian kemarin karena untuk pertama kalinya dia bisa melihat makhluk halus jadi dia kaget. Seminggu ini juga Vano jarang sekali menemuinya entah apa yang dia lakukan, ouh ya soalnya Keenan dan Edgar mereka sudah terbiasa dengan Al yang sekarang cukup banyak bicara tidak seperti sebelumnya yang hanya menjawab dengan beberapa kalimat saja, seperti sekarang mereka sedang makan di kantin sangat ramai karena hari ini para guru sedang rapat dan yang paling Al tak suka adalah geng Gavin ikut duduk di tempatnya ya karena tak ada kursi selain punya Al jadi mau tak mau Al setuju.

"Malam ini balapan. " ucap Edgar

"Iya Al lo udah lama gak balapan, kuy lah lumayan hadiahnya. " timpal Keenan

"Gak /ok." semua orang menatap ke arah Gavin yang menjawab secara bersamaan dengan Al

"Jam berapa? " tanya Al menghiraukan ucapan Gavin

"Jam.... "

"Gue bilang gak, Vano. " potong Gavin pada Keenan

Al mengernyit "lo apa-apaan sih, terserah gue lah gue yang jalanin kenapa lo yang repot. " ucap Al

"Tau lagian tumben banget lo bersikap kayak gitu sama Al. " ucap Keenan

"Iya tumben lo kayak gini, Vin? " tanya Satria teman Gavin

"Gak ada bantahan lo gak boleh balapan. " ucap Gavin

"Dih suka-suka gue lah. " jawab Al

Gavin menatap datar ke arah Al "apa?! Lo kira gue takut lebih baik lo bersikap kayak biasanya jangan sok ngatur lo bukan siapa-siapa. " jelas Al

"Gue kakak lo, gue...... "

"Sejak kapan? " potong Al sambil menatap Gavin datar "sejak kapan lo nganggep gue adek lo? Bukannya lo gak sudi ya punya adek pembunuh kek gue?! Lebih baik bersikap kayak dulu jangan so peduli. " jelas Al lalu pergi dari sana

"Saran gue mending lo jangan sok peduli, Al udah bahagia tanpa lo ah tidak lebih tepatnya tanpa kalian. " ucap Keenan lalu menyusul Al

Sedangkan Edgar hanya memandang Gavin dingin lalu menyusul kedua sahabatnya.

"Lo kenapa, vin? Tumben banget lo bersikap kayak gini? " tanya Elang

Gavin mengusap wajahnya kasar "gue gak tahu sejak gue mimpi perasaan gue jadi gak karuan." jawab Gavin

"Mimpi? Lo mimpi apa? " tanya Cakra

"Huft.... Gue mimpi ketemu Vano dan dia pergi ninggalin kita semua, pergi sangat jauh bahkan dia bilang sama gue kalo dia udah tenang di sisi kakek sama nenek. " jelas Gavin

Satria menepuk pundak Gavin pelan "kecapean kali lo makanya mimpi kayak gitu. " kata satria

"Apapun keputusan lo kita bakal dukung kok dan kalo lo mau memperbaiki semua itu kita juga bakal bantu lo dengan senang hati. " ucap Elang

"Santai aja, pelan-pelan, 11 tahun adalah waktu yang lama saat kalian mulai mengabaikannya hanya karena kalian melihat kejadian itu tanpa mendengar cerita Al dan lagi di sisi lain Al juga yang paling terluka karena langsung melihat kejadian itu. " jelas Cakra

Di sinilah mereka bertiga duduk di lantai rooftop menikmati angin siang yang cukup sejuk, tidak ada yang ingin berbicara karena mereka tahu Al tidak bisa di ganggu. Sedangkan di sisi lain Vano yang melihat mengepalkan tangannya erat jika bukan karena dirinya sepertinya Al tak mungkin menghadapi cobaan ini, padahal jika di ingat Lucifer pernah berkata kalau Al sudah menderita selama 15 tahun. Bukan cuma mentalnya yang rusak fisiknya juga sering menjadi pelampiasan kemarahan ibunya, dengan cepat Vano menghilang dan duduk di samping Al tampa permisi membaringkan kepalanya di kedua paha Al.

Al hanya melirik sekilas lalu menatap kedua teman barunya "gue dulu kayak apa sih? " tanya Al

Keduanya menoleh "apanya? " tanya balik Keenan

"Sifat gue. " jawab Al

"Bukannya lo paling gak suka bahas ini? " tanya Edgar

"Lo aneh sejak sadar dari mabok. " ucap Keenan

"Gue cuma pengin tahu aja menurut kalian sifat dan sikap gue gimana? Mungkin gue pengin ngerubah gaya hidup aja. " jelas Al

Keenan menatap ke arah langit " bisa di bilang lo itu datar, dingin, cuek, jarang senyum, terus suka ngajak tawuran, suka membully lalu di sisi lain lo itu emosian, lo itu tipikal orang yang gak bisa nahan emosi.... "

"Senggol dikit langsung bacok. " lanjut Edgar

"Nah itu perumpamaan yang pas buat lo. " ucap Keenan

"Ya mereka gak salah gue itu emosian jadi waktu lo diem dan tetap tenang waktu pertama kali lo pulang Gavin kaget sama sikap lo. "

Al mengangguk paham

"Gue juga ngerasain sendiri, gue bukan tipe orang yang bakal diem aja kalo mereka ngatain atau nantang gue, maka dari itu gue bisa jadi ketua geng Astro ya walaupun gue tahu mereka ada yang gak suka sama sikap gue. "

Maaf telat 😄

𝙰𝚕𝚟𝚊𝚗𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang