10.

148 13 2
                                    

Al masih setia memeluk Vano yang masih sesenggukan, sebenarnya kalo boleh jujur Al ingin sekali tertawa tapi takut nanti Vano malah ngamuk kan gak like nanti.

"Udah weh, laki kok nangis. " canda Kaiser membuat Lucifer tertawa

"Udah, Van lagian sejak kapan lo manja kayak gini? Bukannya imut malah geli annjir. " balas Lucifer

Vano langsung melepas pelukannya dari Al "udah gak usah emosi. " ucap Al saat melihat Vano yang hampir ngomel

"Kalian juga diem deh, bacot lagi gue gorok lo pada. " ucap Al

Yang membuat kedua manusia berkedok iblis itu mengisyaratkan menutup mulut. Al kembali menatap Vano yang masih mengeluarkan air mata, Al tahu betul sesakit apa mengetahui kebenaran yang tidak pernah kita sangka akan terjadi. Musuh paling mengerikan adalah teman terdekat karena apa? Karena mereka udah tahu kelemahan dan kelebihan kita.

"Gue selalu ada buat lo, Van. " Vano yang mendengar menatap ke arah Al

"Thanks."

Al tersenyum tipis bahkan sangat tipis sampai tidak ada yang menyadarinya.

"Gue pengin denger siapa keluarga lo yang lo maksud itu. " ucap Al

Di sisi lain........

"Dia sudah tahu tentang kebenaran tentang kematiannya sendiri. " ucap seseorang

"Jadi benar selama ini yang ada di raga Al hanya jiwa asing. " timpal salah satunya

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Jika dua iblis itu bersatu maka kejadian 11 tahun lalu juga akan dengan mudah terbongkar? "

"Kau lupa jika kita memiliki mereka. " jawabnya sambil menunjukkan senyuman andalannya yang terkesan menyeramkan

"Jadikan kita jemput, Al? " tanya Keenan

Edgar mengangguk "jadi." jawab Edgar

"Gue masih bingung kenapa Al di ganggu makhluk halus, padahal dulu kagak pernah tuh di ganggu, apalagi makhluk itu sangat mirip dengannya. " jelas Keenan sambil menaiki motor sport nya

"Lo lupa makhluk seperti mereka bisa berwujud seperti apapun yang mereka inginkan. " jawab Edgar

"Iya gue tahu, cuma aneh aja gitu masa wujudnya sama kayak Al dan lagi mereka kelihatan nyamannya satu sama lain. " jelas Keenan lagi

"Lupakan, kita harus cepat sampai rumah sakit. " ucap Edgar

Pada akhirnya mereka memilih untuk melajukan motornya menuju ke rumah sakit di mana Alvano di rawat. Perjalanan yang cukup panjang membuat kedua adam itu bernafas lega satu sudah sampai di depan ruang istirahat Alvano, dengan cepat dan tanpa permisi Keenan membuka pintu itu dan......

Keduanya membeku melihat keadaan Al saat ini begitu juga Al yang melotot tak percaya saat melihat kedua sahabatnya berdiri memandang dirinya dengan syok, ya gimana ya sekarang posisi mereka itu ambigu. Ya mereka Al yang sedang di kukung oleh seorang pria tampan dengan emas keperakan mirip dengan rambut Keenan , Al reflek langsung menendang orang yang sedang mengukungnya.

Akh

Ssshhhh

"Eh.... " Al yang panik langsung turun dari brankar dan membantu orang tersebut

"Sorry, sorry reflek tadi sumpah lagian lo sih. " ucap Al

"K-kalian.... "

"Duh jangan salah paham dulu, gue jelasin ini bukan seperti yang kalian pikirin sumpah. " potong Al

"Lo udah bisa ngomong, Al? " tanya Keenan kaget

Kaget lah pasalnya mereka baru jenguk Al hari ini kemarin mereka sibuk soalnya, Al yang sadar meringis dalam hati dia lupa jika Vano menyuruhnya untuk pura-pura belum bisa bicara.

"Iya gue udah bisa bicara tapi ingatan gue tiba-tiba ilang gitu aja. " jawab Al

"Alasan lo gak logis tahu, Al kalo emang lo belum siap cerita kita juga fine fine aja kali. " jawab Keenan

Al hanya tersenyum canggung "lupakan, sekarang mending kita pulang, barang lo udah di beresin kan atau belum? " tanya Edgar

Al mengangguk "udah , nih di bantu sepupu laknat gue. " jawab Al

"Sepupu ya?!" ucap seseorang dalam hati sambil bersmirk tanpa ada yang tahu

"Oh iya btw lo pulang ke mana?" tanya Keenan

"Ke mansion/apartemen." jawab Al bersamaan dengan seseorang yang baru saja datang

Al dan Kaiser menatap Gavin datar sedatar dada Lucifer.... Canda.....

"Mansion." ucap Gavin mengulang dengan nada datar

Al mengernyit tak suka " gue pulang ke apartemen, gak usah sok peduli lo. " sarkas Al

"Tidak menerima penolakan. " jawab Gavin datar

Kaiser menatap Gavin penuh permusuhan "kau melupakan keberadaan ku? Sepupu? " tanya Kaiser penuh tekanan



Hai hello

Thanks yang udah mau baca

Sorry chapter nya terlalu pendek

See you minggu depan

Typo tandain

𝙰𝚕𝚟𝚊𝚗𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang