Edgar dan Keenan menatap Al yang hanya diam sambil menunduk padahal tanpa sepengetahuan mereka sekarang Vano sedang mengelus pipi putih milik Al eh atau miliknya sendiri?
"Al." panggil Edgar
Al mendongak "kenapa? " tanya Al
"Lo gak papa kan? " tanya Keenan
Al menunjuk dirinya sendiri "gue? Emang gue kenapa? " tanya Al dengan muka polos
"Ya gak papa, cuma kita takut lo bakal marah. " jawab Keenan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat melihat ekspresi lain dari Al
"Santai aja kali, gue gak marah cuma gue lagi mikir aja, gue pengin rubah sikap gue. " jawab Al
"Kita bakal dukung lo apapun yang lo pilih, Al." ucap Edgar
"Thanks." jawab Al
Mereka kembali terdiam Edgar dan Keenan yang memilih bermain game sedangkan Al memilih untuk menatap Al yang kini sedang memejamkan mata.
"Tampan." ucap Al tanpa sadar
"Tahu gue tampan, kenapa lo suka? "
"Gila." jawab Al yang langsung tersadar
Membuat Vano tersenyum tipis sejak kedatangan Al, Vano jadi membuat hari-harinya menyenangkan ya walaupun mereka sudah beda dunia. Vano sudah menganggap Al sebagai saudaranya mungkin karena nasibnya yang hampir sama membuat dia berpikir untuk menyayangi Al dengan sepenuh hati.
"Hari ini lo gak usah pulang ke mansion. "
"Kenapa?! " tanya Al yang langsung reflek menutup mulut
Edgar dan Keenan yang mendengar langsung menatap Al dengan tatapan bingung.
"Apanya? " kompak mereka
"Ouh eh gak tadi reflek aja, lanjut main game aja sono. " jawab Al yang membuat Vano terkekeh
"Diem lo! " ucap Al
"Pokoknya malam ini lo pulang ke apartemen pribadi gue gak ada penolakan. "
Al yang mendengar nada datar sekaligus perintah yang sepertinya tak bisa di bantah hanya mengangguk.
.
.
.
.
.Di sinilah Al berbaring di kasur apartemen milik Vano, jam masih menunjukkan pukul 3 sore sedangkan balapan yang di janjikan pukul 10 malam. Vano juga gak tahu kemana setelah memberitahu di mana apartemen miliknya dia langsung menghilang begitu saja membuat Al kesal tak karuan, karena malas memikirkan makhluk jadi jadian itu Al memilih memejamkan mata untuk sekedar istirahat.
"Anak itu tak pulang lagi? " tanya Jovan yang sedang duduk di sofa dengan salah satu kakinya naik ke kaki satunya
"Bukan kah itu sudah biasa? Seminggu ini saja dia ada di rumah. " jawab Zenith
"Kenapa daddy tak menghukumnya? " tanya Gavin
"Untuk apa? Biarkan saja dia, mati pun daddy gak akan peduli. " jawab Jovan
Sedangkan tanpa sepengetahuan mereka ada seseorang? Yang mengepalkan tangan saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Jovan. Kalo kalian tanya di mana Queen dia ada kelas sore jadi tidak ada di rumah hari ini, Queen itu sudah kuliah S2 jurusan model jadi tidak heran jika di usia mudanya dia sudah menjadi model yang sangat terkenal.
Brak
Prang
Jovan dan yang lain terlonjak kaget saat mendengar seperti benda jatuh, lalu dengan cepat membalikkan badan dan menatap seseorang yang sedang berdiri dengan aura tak menyenangkan dan jangan lupa guci mahal milik Zenith yang pecah.
"APA KAU SUDAH GILA, VANO?! KAU TAHU GUCI ITU BAHKAN LEBIH MAHAL DARI HARGA DIRIMU! " teriak Zenith marah sambil melangkah mendekat
Sedangkan Vano hanya diam sambil memandang mereka dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.
"Kenapa kau diam saja?! Kau bisu hah?! " ucap Jovan marah
Vano menghiraukan ucapan marah mereka dan memilih terus berjalan tak tentu arah membuat Jovan dan lainnya mengernyit heran, ada apa dengan Vano kenapa dia hanya mondar-mandir tak tentu arah di sepanjang ruang tamu dan dapur. Dan itu semakin membuat mereka bingung saat melihat Vano seperti sedang mengusir sesuatu dengan cara menancapkan sebuah salib di sofa yang tadi sempat mereka duduki.
"Gila." ucap Jovan membuat mereka menatap ke arahnya bingung kecuali Vano
"Apa maksud mu, dad? " tanya Queen
"Usir dia dari mansion ini! " ucap Jovan penuh penekanan membuat mereka semakin bingung
"Sebenarnya ada apa? Daddy tak pernah...... "
"Daddy bilang usir dia dari mansion ini, Gavin!" Jovan memotong ucapan Gavin dengan nada dingin dan penuh penekanan
"Cepat!! " ucap Jovan
Mau tak mau Gavin mendekat ke arah Vano tapi beberapa langkah sebelum tepat di samping Vano, Gavin berhenti setelah melihat raut wajah Vano yang dingin dan sepertinya tak ingin di sentuh. Gavin otomatis mundur tapi belum sempat tiba-tiba saja Vano sudah ada di depannya entah sejak kapan mereka bahkan kaget (-Jovan?) Vano dengan cepat mencekik Gavin kuat membuat sangat kakak tidak bisa bernafas dengan benar.
"Vano apa yang kau lakukan?! " kompak Queen dan Zenith yang langsung menghampiri keduanya
Queen berusaha melepas cekikan Vano yang membuat Gavin sangat sulit bernafas.
"Vano lepas. " ucap Queen
Vano hanya diam sedangkan Gavin menatap Vano dengan pandangan tak seperti bisa, ada apa dengan Vano kenapa sifatnya berubah-ubah. Seminggu ini dia tida membuat masalah dan tetap tenang tapi kenapa sekarang dia kembali seperti awal? Apa jangan-jangan Vano memiliki dua kepribadian ini semua bisa juga terjadi jika Gavin mengamati perubahan sifat yang di miliki Vano.
Bug
Cekikan Vano terlepas membuat mereka bernafas lega, Gavin dengan rakus menghirup begitu banyak oksigen. Tapi detik berikutnya dia di buat terkejut saat sangat ayah memukul kepala Vano dengan tongkat baseball tidak bukan itu yang membuatnya terkejut bahkan semua anggota keluarga terkejut akan hal itu. Vano yang mendapat perlakuan seperti itu semakin menggelapkan aura di sekitar, niat hati pulang ingin mengatakan sesuatu yang penting tapi dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin membunuh seseorang.
Semua keluarganya terutama Jovan berjalan mundur menjauhkan diri dari Vano, mereka tidak salah lihat kan? Ini benar-benar membuat mereka panik, takut, sekaligus tak percaya apa ini?
Seharusnya jika tongkat itu di pukul ke arah kepala walaupun tidak terlalu keras pasti akan tetap terluka tapi saat memukul Vano dia tidak terluka melainkan tembus?
Di sisi lain sekarang Al di apartemen sedang duduk dengan Vano? Yang ada di hadapannya dengan cara duduk melayang, sejak tadi Vano hanya diam saja bahkan terus melihat ke arahnya tanpa berniat untuk berpaling walau barang sedetik pun itu membuat Al bingung sekaligus waspada.
"Lo kenapa sih, van? Tumben banget lo diem aja di hadapan gue? " tanya Al yang sudah mati penasaran
"Tidak ada. " jawab Vano cepat dan terkesan datar
"Aneh lo. " ucap Al lalu memilih membaringkan diri tanpa tahu apa yang terjadi dengan raut wajah Vano yang tiba-tiba berubah dan....
Al langsung membuka matanya yang tadi sempat ia pejamkan.
"A-pa yang...lo lakuin...lepas." ucap Al mecoba melepas cekikan dari Vano