3

6 0 0
                                    


sesaat setelah pertemuan ku dengan togame suara keributan terdengar dari tempatnya, aku berinisiatif untuk kembali ketempat itu meski aku tau dia akan memarahi ku. kericuhan terjadi, pertarungan yang tak ku ketahui penyebabnya shisitoren melawan preman-preman. sesaat netra ku menatap sosok togame yang memiliki banyak luka, dia terlalu fokus dengan musuh didepan nya sehingga tak menyadari jika ada musuh yang akan menghampirinya dari belakang dan menyerangnya. tanpa sadar badan ku berlari untuk melindunginya sebuah usaha yang sia sia, sebuah pukulan keras mengarah tepat ke pipi kanan ku erangan yang ku keluarkan menarik perhatian togame.

" (name)!!!" teriakan togame menarik perhatian sebagian orang. kepala ku pusing, aku terlalu susah untuk fokus dengan apa yang dilakukan togame selanjutnya yang kudengar  hanya suara pukulan yang keras dan dentuman yang menandakan seseorang terjatuh. togame menarik tangan ku untuk menjauhi kerumunan kerumunan.

" apa yang kau lakukan? kenapa kau melakukan hal berbahaya seperti itu?!" togame menggeram pelan, pertanyaan pertama yang langsung dia katakan sesaat setelah dia memastikan bahwa tempat mereka sekarang aman.

tangan togame dengan lembut menangkup wajah ku, dia memutarnya mata zamrudnya memperhatikan memar yang menggelapkan pipi gadisnya, alisnya berkerut saat rasa bersalah bergejolak di dadanya. bukan rasa bersalah karena memukuli preman itu hingga pingsan *benar benar hal yang baik baginya*   tetapi rasa bersalah karena tidak mampu menjauhkan kekasihnya dari bahaya. "kamu tidak seharusnya terluka seperti ini." togame menegur, ujung jarinya menyentuh memar itu dengan hati hati. biasanya dia memiliki aura riang yang membuatnya tampak seperti tidak ada yang mengganggunya, tapi melihat (name) terlibat langsung dalam pertarungan shisitoren membutnya tergucang.

" maaf niat awalku ingin membantu mu tapi malah aku yang sekarang menjadi beban seperti ini." (name) menundukkan kepalanya perasaan bersalah terlukis jelas pada wajahnya, dari caranya berbicara terdengar sangat jelas bahwa dia menahan rasa perih di pipinya.

ekspresi togame melembut saat dia menatap (name), pemandangan penyesalannya menarik hati sanubarinya. " kau bukan beban." jari jarinya dengan lembut mengelus pipi sang gadis  nya berharap dia bisa mengurangi rasa sakit. mata zamrudnya menjadi gelap saat dia melihat memar itu, kemarahan diam diam muncul didalam hatinya. dia dengan lembut menangkup wajah gadisnya. sentuhannya lembut dan terasa kasar di ujung jari jarinya. " berjanjilah kepadaku beberapa hal."

(name) menatap balik mata indah itu, menunggu kata kata selanjutnya. tatapan mata togame mengamati wajah (name), dia mengembuskan nafas perlahan, ibu jarinya dengan lembut mengusap memar di pipinya, kemarahan didalam diri togame masih membara tetapi diredakan oleh perhatian gadisnya terhadapnya. "lain kali jika hal seperti ini terjadi, lebih baik kau berjanji padaku kau tidak akan mencoba melindungi ku." aku menganguk, selama  beberapa hari togame tidak akan membiarkan ku sendirian karna kejadian ini.    


-end-





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang