29. We are Vignet Gang

291 34 20
                                    

Sepasang ibu dan anak itu sedang berhadapan di rooftop untuk membicarakan suatu hal. Tampak keduanya memasang wajah tak bersahabat.

"Puas kamu, Chaka."

"Apa Ma?"

"Puas karena kamu membuat nenekmu hampir membunuh anak saya," marahnya

"Maksud Mama apa?"

Chaka sungguh tak tahu apa maksud dari perkataan sang mama. Tapi kenapa sang nenek ikut terbawa? Memangnya ada apa?

"Kamu tau siapa yang membuat Fariz masuk rumah sakit?"

"NENEK MU CHAKA, NENEK MU, NENEKMU YANG SUDAH MELAKUKAN ITU," teriaknya tepat di wajah Chaka

"Bohong," elaknya

"Untuk apa saya bohong, Chaka."

"B-bisa aja bukan nenek," gugupnya

Sebenarnya ia kurang yakin dengan jawaban itu. Chaka tahu jika sang nenek akan berbuat nekat, tapi ia juga masih sanksi jika sang nenek yang melakukan hal tersebut.

"Hah, Chaka....Chaka....."

"Kamu terlalu naif, Chaka, karena kamu anak saya harus mengalami ini semua."

Chaka tak terima dengan perkataan sang mama. Disini ia jauh lebih terluka. Tapi kenapa perkataan sang mama seakan-akan Chaka tak pernah terluka.

"Maksud Mama apa? Chaka juga anak Mama kalau Mama lupa."

"Kamu memang anak saya, tapi itu dulu. Sekarang bagi saya, kamu sudah mati bersama dengan Gian," pergi meninggalkan Chaka sendiri

Chaka terdiam dengan air mata meluruh kala otaknya memutar kata-kata yang terlontar dari mulut sang mama.

Untuk apa selama ini ia bertahan jika sang mama saja sudah menganggapnya mati?

Untuk apa ia bertahan hanya demi menuruti permintaan terakhir sang kakak jika pada akhirnya semua terasa sia-sia?

Kenapa?

"KENAPA HARUS GUA YANG NGALAMIN INI SEMUA....." teriaknya yang kemudian jatuh bersimpuh dilantai rooftop rumah sakit

Chaka akan menepis itu dan ia harus ke Jepang sekarang tanpa peduli sang nenek akan mencarinya. Chaka akan egois untuk saat ini.

"Halo Gina, atur ulang meeting saya untuk besok"

"...."

"Atur saja jangan banyak bertanya"

.

.

.

.

Jepang

Setelah menempuh waktu perjalanan yang tak sebentar, Chaka sudah berada di Jepang sendiri tanpa asisten ataupun bodyguard pribadi. Hanya bermodalkan basic bahasa Jepangnya dan jangan lupa sebuah kertas berisikan alamat tempat suami pertama sang mama. Untung saja Chaka sudah menyiapkan semuanya setelah ia mengetahui jika suami pertama sang mama berada di Jepang.

Yang Chaka tahu, suami pertama sang mama adalah orang asli Indonesia dan di Jepang hanya karena pekerjaan saja.

Dari kejauhan, Chaka bisa melihat orang yang sedang ia cari sedang berjalan. Langsung saja Chaka hampiri orang tersebut.

"Bisa minta waktunya sebentar?"

Orang itu sepertinya memang mengenal Chaka. Buktinya tak ada kata penolakan sedikit pun dari orang tersebut, malahan ia tersenyum simpul dan mengangguk.

Chaka, Congrats!! || ZHONG CHENLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang