11. Obsesi

530 44 7
                                    

Chaka tak tau apa yang terjadi sehingga ia bisa berada di apartemen milik Nabil. Yang ia ingat hanya dirinya yang mengalami pusing dan Nabil yang menghampirinya setelah itu gelap.

"Kok gua bisa disini?" Menyentuh kepalanya yang kembali terdapat perban

"Lo tiba-tiba pingsan," sahutnya setelah membantu Chaka menyandarkan tubuhnya

"Jam berapa?"
 
"Jam 5."

Sial...sial..... ia telat 30 menit dari waktu yang ditentukan mamanya.

"Makasih, gua pergi dulu."

Langkah Chaka tertahan karena tangan Nabil yang memegang lengannya. Alis Chaka terangkat dan menyentak ringan tangan Nabil dari lengannya.

"Gua rasa kita nggak sedekat itu sampai lo bisa nyentuh lengan gua," ucapnya tanpa ekspresi

"Sorry," menjauhkan tangannya dari lengan Chaka

"Kenapa?"

"Lo belum sembuh, Chak. Itu bisa fatal kalau lo pergi sekarang," ingatnya

"Tau apa lo? Makasih dah bawa gua dan dimana motor gua?"

"Gua nggak izinin lo pergi," kekehnya menahan Chaka

"Gua nggak minta persetujuan lo."

"Tapi ini apart gua kalo lo lupa," tersenyum remeh

"Sial," umpatnya

"Oke, apa mau lo?" Kini nadanya terdengar frustrasi karena Nabil benar-benar menahannya

"Let's be friend," tersenyum

Tunggu... tunggu.... jadi hanya itu? Oh ayolah.... Chaka rasa ia tak butuh teman. Tapi kenapa makhluk di depannya ini sangat menjengkelkan sekali?

"Hanya itu?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh Nabil

"Terserah, tapi lo bisa biarin gua pergi? Gua udah nggak ada waktu."

"Oke silakan, gua antar."

Nabil benar-benar mengantar Chaka menuju tempat ia menyimpan motor Chaka. Tapi rupanya manusia yang lebih tua 1 tahun darinya ini benar-benar licik.

"Dasar licik," desisnya

"Yeahh I'm," tersenyum penuh kemenangan

Apa yang membuat Chaka kesal? Kedua ban motornya dibuat kempes, belum lagi bensin yang dikuras habis oleh Nabil membuatnya ingin sekali mencekik Nabil saat ini juga.

"Hah," mengusap wajahnya kasar

"Dengerin gua," menatap Nabil

"Gua udah nggak ada waktu lagi oke? Please biarin gua buat pergi sekarang," ucapnya serius

"Sepenting apa urusan lo?"

Tanpa Chaka sadari, ternyata jarak yang Nabil berikan kepadanya sedikit demi sedikit mulai mendekat. Chaka tak sadar bahwa tangan Nabil sudah siap dengan suntikan bius.

"Sial," umpatnya saat merasakan jarum suntik menyentuh lengannya yang memang baru ia sadari bahwa ia tak mengenakan hoodie nya

Beberapa detik kemudian bius tersebut bereaksi membuat Chaka limbung dan berakhir pingsan di dekapan Nabil lagi.

"Sorry Chak, tapi ini perintah om Hardian."

Benar, semua memang sudah diatur oleh Agus yang menyuruh Hardian untuk menyampaikan semuanya kepada calon teman-teman Chaka, adiknya. Kalau kalian pikir Agus tak ada karena memang hal penting, selamat, setengah dari itu memang alasan yang tepat. Ketahuilah alasan yang paling tepat adalah Agus sengaja melakukan hal tersebut karena ia yakin bahwa orang yang dekat dengan adiknya ini dapat ia percaya. Ia juga yakin bahwa mereka bukan remaja pada umumnya.

Chaka, Congrats!! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang