28. Different places, different atmosphere

421 38 6
                                    

Chaka tak tahu apa yang terjadi sampai-sampai ia bisa berada di dalam kamar milik Agus. Chaka menduga bahwa mungkin saja penyakitnya kambuh hingga membawanya kemari. Tapi memangnya apa yang terjadi?

"Lo masih marah sama gua?" Tanya Agus yang baru saja memasuki kamar

Chaka diam dan mencerna situasi. Apakah penyakitnya ini membawanya untuk berbaikan dengan Agus?

Chaka merasakan ngilu pada kedua tangannya. Ah... ia baru ingat jika kemarin baru saja membuat luka. Tapi apakah benar kemarin?

"Kemarin lo dateng dan minta maaf sama gua, lo nggak mau minta maaf sama gua dalam keadaan sadar?"

"Gua minta maaf," ucapnya setelah beberapa saat terdiam

Agus tersenyum simpul dan mengusak kasar rambut Chaka.

"Gua tau lo nggak akan mungkin bisa marah lama sama gua."

Chaka mendelik menatap Agus, "PD banget lo."

"Kemarin ada yang bilang gua kalo ada yang nangis karena kangen gua," ledeknya

Chaka duga itu adalah ulah dari penyakitnya. Sial sekali sekarang ia merasa malu. Sebenarnya bagaimana sih sifat dari penyakitnya? Kenapa sepertinya saat ia sudah sadar, mereka semua suka sekali meledeknya.

"Lo saat mode Kara tuh manjanya luar biasa. Nggak mau ditinggal bahkan persis kayak anak umur 5 tahun," ucap Agus menjawab semua kebingungan Chaka

"Sialan," umpatnya dalam hati

"Nggak usah mengumpat."

Chaka mendengus dan menyingkirkan tangan Agus yang masih bertengger apik di atas kepalanya. Chaka bangkit dan pergi keluar dari kamar Agus.

Chaka melihat bunda di dapur dan langsung saja memeluknya.

"Maafin Chaka," ucapnya setelah menelusupkan wajahnya pada bahu sang bunda

Bunda tersenyum saja. Chaka juga tak kalah manja dari saat mode Kara. Hanya saja Chaka akan bersikap manja jika sudah terlalu lama mengenal atau saat badannya merasa kurang enak, tapi itu tak sering. Contohnya saat ini, mungkin saja terlalu lelah sehingga anak itu badannya sedikit hangat.

"Gapapa, Bunda maafin. Sana ke ruang keluarga, ada teman-temanmu," ucap sang bunda yang membuat Chaka langsung terkejut

"Loh? Mereka berenam disini?"

"Gih sana samperin."

Chaka langsung berjalan menuju ruang keluarga. Perkataan bundanya benar jika keenam temannya memang ada disana dan bersama papanya.

"Lo pada ngapain disini?" Tanyanya setelah mendudukkan diri di samping sang papa

"Yah... ginilah bocah kalau udah sadar seakan-akan tidak mengingat apa yang sudah terjadi," cibir Hernes

"Bawel," sahut Chaka

"Mulutnya," ucap papa setelah menyentil bibir Chaka

"Lo nggak inget udah nangis-nangis sambil minta peluk sama kita? Ditimang-timang cem bayi baru lahir," kini Nabil ikut mengompori

"Hahaha padahal lo lucu banget tau Chak," tawa Mark

"Lo nggak mau manja lagi Chak?" Tanya Jian

"Mana minta disuapin sama gua," Galang pun ikut berkontribusi dalam meledek Chaka

"Lo juga lucu saat manggil gua 'Bang Endi' tau," dan Rendi juga ikut-ikut

Wajah Chaka sudah memerah sempurna di hadapan mereka. Sepertinya penyakitnya ini mampu membuat Chaka kehilangan wibawa di hadapan mereka semua.

Chaka, Congrats!! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang