6. Pulang

362 30 5
                                    

Pagi ini keenam orang itu masih terlelap di ruang inap Chaka. Sedangkan sang pasien sudah lebih dahulu terbangun dan menyender pada ranjang rumah sakit seraya menatap keenam orang tersebut. Entahlah, saat kejadian kemarin yang dia ingat hanyalah Galang yang menendang Fahrezi.

"Kenapa lo semua di sini?" Tanya Chaka saat melihat Mark yang bangun terlebih dahulu

"Chaka?" Tanyanya

"Hmm?" Menaikkan salah satu alisnya

Mark paham, kini Chaka sudah kembali.

"Semalem kita nyelamatin lo dan sebagai penanggung jawab, gua dan yang lainnya mutusin buat jagain lo."

"Thanks, tapi lain kali jangan nyusahin diri lo, cukup bawa gua ke rumah sakit abis itu tinggal," ucapnya dengan datar

Mark hanya bisa bergumam dalam hati, andai saja Chaka tau apakah yang akan terjadi.

"Oke."

Mark pun mulai membangunkan yang lain dan sedikit berbisik jika Chaka sudah kembali. Meskipun setengah sadar, tapi mereka paham dengan maksud tersebut. Mereka mulai berakting seolah semalam tak terjadi apa-apa.

"Itu, di depan ada asisten pribadi kakak lo."

"Ya udah, lo semua bisa pulang, thanks."

Mereka yang sudah selesai mengumpulkan nyawa dan bersiap pun bergegas meninggalkan ruang rawat Chaka. Kini tinggal Chaka sendiri yang ada diruangan tersebut.

"Tuan Muda?"

"Hardian, sejak kapan?"

"Saya kurang tau pasti Tuan Muda, semalam Tuan Muda Ryan hanya menelepon saya dan memberi tahu bahwa Tuan Muda berada di sini."

"Panggilkan Jevar," perintahnya

Jevar, ia adalah asisten pribadi Chaka yang sudah bekerja dengan Chaka semenjak Chaka kecil berusia 3 tahun.

"Anda memanggil saya Tuan Muda?"

"Awasi mereka, gua yakin setelah ini mereka pasti diincar."

"Baik Tuan Muda," membungkuk hormat

Chaka tak tau apa yang akan terjadi, tapi dia juga tak bisa melawan.

.

.

.

.

Siang ini Chaka sudah kembali ke rumah sang mama. Disana terlihat jika keluarganya sudah berkumpul di ruang keluarga.

"Ingat rumah kamu?"

Sabar Chaka, kamu harus sabar.

"Punya mulut kan?"

"Punya."

"Merasa bebas karena ada papa hah?!"

"Seenggaknya aku nurutin permintaan Mama kan?"

"Anak kurang ajar!"

Mama yang sudah kepalang kesal karena Chaka sedari tadi menjawab pun langsung menariknya menuju gudang belakang.

Bugh....

Tubuh Chaka terhempas begitu saja saat sang Mama melempar tubuhnya. Tongkat baseball yang bertengger apik di samping pintu gudang sudah berada di hadapan Chaka dengan sang Mama yang sepertinya memiliki dendam kesumat.

"Tau kesalahanmu apa, Chaka?"

"Tolong, jangan sekarang," batin Chaka menjerit

Bugh.... bugh.....

Chaka, Congrats!! || ZHONG CHENLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang